82. Kemarahan Sang Ibu

Plak!

Sebuah tamparan keras menghantam pipi Rissa. Ia jatuh tersungkur. Napasnya tersengal-sengal. Rissa menyentuh pipinya yang perih dan panas. Ia tidak percaya ibunya menamparnya sebegitu kerasnya. Hatinya bahkan terasa lebih sakit lagi.

Ia melirik pada ibunya. Tampak penyesalan di mata ibunya. Tangan ibunya yang baru saja menamparnya, tergenggam keras dan bergetar.

"Jangan pernah bicara seperti itu lagi!" Suara ibunya ikut bergetar. "Ingat! Bukan Mama yang tidak mau membawamu ke Batam, tapi kamu sendiri yang tidak mau ikut. Ibu mana yang tega meninggalkan anaknya hanya demi kemewahan. Seharusnya kamu tahu itu!"

Ibunya kemudian berbalik dan berjalan menuju ke kamarnya, menutup keras pintunya hingga gantungan boneka ayam yang menempel di daun pintu terayun keras. Ayahnya kemudian mendekati Rissa, membantunya untuk berdiri.

"Kamu tidak apa-apa, Rissa?"