Gavin mengambil baju ganti. Mengetahu Rhea dalam ruangan, ia masuk kamar mandi untuk berganti baju. Selesai mengenakan pakaian, ia keluar kamar dan berencana untuk memesan makanan kerestoran langganannya melalui delivery order. Sebelumnya ia melangkah keruang makan dan melirik nasi gorengnya yang masih utuh. Tatapannya tertuju pada pintu kamarnya yang tertutup. Rhea sedang berada didalam. Gadis itu tak akan pernah tahu jika dirinya mencicipi nasi goreng masakannya yang tampilannya cukup menggungah selera. Gavin menyuapkan sesendok nasi kemulutnya. Ia kunyah pelan. Rasa makannya sangat aneh, tapi ia terus mengunyah, barangkali akan ada kejutan perubahan rasa yang menjadi lebih enak setelah ditelan.
Pintu kamar bergeser. Rhea keluar kamar. Betapa kaget Gavin melihat sosok mungil itu keluar dari balik pintu. Gavin tersedak dan segera meminum air untuk menetralkannya. Rhea terkesiap melihat suaminya tersiksa karena tersedak. Ia meneliti kejutan kecil yang baru ia temukan. Ada sebutir nasi yang menempel diujung bibir Gavin. Kini Rhea tahu, Gavin telah mencicipi nasi goreng nya.
Gavin gelagapan sendiri. Ia berusaha menetralkan deru nafasnya yang terburu karena kepergok memakan masakan Rhea, padahal sebelumnya ia mengatak bahwa ia tak menyukai nasi goreng.
Gavin berlalu dari dapur dan masuk ke kamar untuk mengambil jaket dan kunci mobil. Ia memutuskan keluar apartemen untuk mencari angin segar. Ia tak nyaman jika harus seharian di apartamen bersama Rhea.
Ia keluar begitu saja tanpa berpamitan pada Rhea. Gadis itu tertegun. Sungguh pernikahan inu terasa semakin asing dan aneh untuk nya.
*****
Sungguh bosan Rhea menunggu Gavin pulang. Ia tak tahu kemana perginya laki laki itu. Ia mendapat nomor suaminya setelah bertanya kepada ayah mertuanya. Meski demikian, ia tak berani menghubungi nya.
Sekitar jam 3 sore, Gavin kembali ke apartemen, tidak sendiri tapi dengan seorang perempuan. Rhea bertanya tanya siapa perempuan itu. Melihat gelagat manja sang perempuan mengelayut dilengan Gavin, Rhea menduga jika perempuan itu adalah kekasih Gavin.
Gadis berbusana mini itu menatap Rhea dengan pandangan menelisik.
"Ini istrimu, Gav? Ya ampun anjlok kedasar bumi ya seleramu." Gadis itu menaikkan sebelah sudut bibirnya dan memandang Rhea dengan tatapan meremehkan.
"Istri sebatas status saja. Hatiku masih tetap bebas." Seringai Gavin.
Entah kenapa Rhea merasa sakit mendengarnya. Padahal ia berjanji untuk tidak melibatkan perasaan apapun pada pernikahannya. Meski cinta belum hadir, tapi ia berpikir tak seharusnya Gavin membawa perempuan lain ke apartemen.
"Apa aku masih punya kesempatan untuk masuk ke hatimu?" Gadis itu membuka pahanya dan duduk dipangkuan Gavin, menghadap laki-laki itu. Tangannya menggantung di leher pria yang sudah lama ia sukai.
"Untuk cewek seksi kayak kami jelas masih ada," balas Gavin enteng. Ia tak peduli akan keberadaan Rhea yang mematung menyaksikan pemandangan menyakitkan itu.
Gadis itu tertawa kecil. Ia bergerak agresif dengan melumat bibir Gavin rakus. Gavin membalasnya, tak kalah panas. Rhea tercengang menatapnya. Seseorang yang baru saja resmi menjadi suaminya berani mencium perempuan lain dihadapannya.
Selintas ingatan akan perselingkuhan ibunya menyelinap di benak. Adegan ibunya yang berciuman dengan pria selingkuhannya seolah memutar dengan sendirinya layaknya film dokumenter yang tengah di putar. Luka itu menganga. Ia menunduk dan tak terasa air mata itu berjatuhan tanpa mampu ia cegah.
Wanita ernama Gladisa itu menghentikan aksinya. Ia menatap Rhea yang masih mematung dan sesenggukan.
"Binimu cengeng juga, ya Gav."
Gavin melirik sang istri. Ia tak menyangkan Rhea akan bereaksi seperti ini.
Gladisa beranjak dari pangkuan Gavin.
"Aku pulang dulu Gav, kalau kamu butuh teman bersenang-senang hubungi aku." Gladisa mengedipkan mata dan keluar darri ruangan.
Gavin mendesah kesal. Ia tak suka melihat Rhea menangis.
"Tolong jangan lebay! Jangan menangis! Jangan cengeng. Sudah aku bilang jangan berharap banyak dari pernikahan ini!" Gavin beranjak dan kembali ke kamar. Ia membanting pintu, membuat gadis malang itu tersentak.
Dalam hati Rhea menguatkan diri. Bertahanlah... bertahanlah... Jangan kecewakan ayah. Ayah menaruh harapan besar padamu untuk menjadi bagian dari keluarga papa Andre.