Bab 8

Pukul 14.20 siang, Rui baru saja selesai memasak dengan hidangan menu yang lezat. Tentu dibantu tenaga ahli pembantu IRT juga.

Rui menuju ke halaman belakang rumah, di sana ada Albert sedang bermain dengan Monika. Sedangkan Nenek Gwen tengah menikmati suasana alam di halaman tersebut.

Lalu untuk Nico dan Aldo sedang sibuk dengan diri sendiri. Nico setia sama surat kabar bagai seorang pecinta berita politik, sedangkan Aldo memilih melihat ponsel berita online.

"Makanan sudah siap?! Albert, mandi dulu sayang. Monika, nenek, ayo kita masuk ke dalam. Waktunya makan siang," ucap Rui mendorong kursi roda nenek Gwen.

Monika dan Albert pun ikut masuk.

"Tante Monik mandiin Albert, ya!" pinta Albert menoleh arah Monika. Rui yang mendengar langsung menyepi.

"Albert, mandi sendiri. Tante Monik masih lelah. Tidak sopan?!" sungut Rui menegur putranya. Akan tetapi wajah Albert langsung buram.

"Tapi, Albert mau tante Monik mandiin. Cuma mandiin enggak macam-macam!" rengek Albert memohon sembari menggoyangkan tangan Monika berharap Monika menyetujui.

Monika melirih putra Rui, lalu berganti menatap Rui menajamkan mata pada putranya. "Sudah, sudah, tidak apa-apa. Biar aku yang mandikan dia, namanya juga anak kecil. Jangan terlalu keras padanya," ucap Monika merelaikan keributan.

Ternyata, Monika salah menilai. Ia pikir Rui sangat menyayangi putranya. Ternyata salah, Rui terlalu keras kepada putranya. Apa cara ini Rui memanfaatkan situasi atas keharmonisan keluarganya.

Tetapi, Monika yakin, Rui lakukan Albert seperti tadi agar tidak terlalu memanjakan. Ya memang, itu sangat bagus untuk dididik. Entahlah Monika tidak bisa menyarankan, apalagi Albert bukan putranya.

Monika memandikan Albert penuh hati-hati, anggap saja Albert adalah putra angkat Monika. Meskipun Monika belum dikaruniai keturunan, ia berharap dan bersabar akan ada waktunya memiliki seorang putra/putri yang cantik dan tampan.

Albert mandi sambil bermain pesawat mainannya, Monika menyiram air ke tubuh Albert. Setelah selesai mandikan Albert, ternyata Rui sudah menyiapkan baju albert.

"Tante Monik nanti ikut menginap, kan?" Albert bertanya pada Monika.

Monika mengoleskan minyak kayu putih dan bedak, serta memakaikan bajunya. Dari pertanyaan anak laki-laki itu, Monika hanya bisa beri senyuman.

"Tidak, sayang. Tante tidak menginap. Nanti sore tante, nenek, dan Om Nico akan pulang ke rumah," jawabnya jujur.

Albert yang mengharapkan agar Monika bisa menginap itu luntur dan menunjukkan wajah sedih. Padahal Albert sangat menyukai Monika bisa datang ke rumah mamanya.

"Loh, kok sedih. Lain kali saja, Tante menginap kalau tidak ada kesibukan," ucapnya lagi menyentuh pipi Albert yang imut.

Albert melirik Monika nanar, Monika senyum mencoba menenangkan hati anak laki-laki tampan itu. "Kok nangis? Masa jagoan cengeng nanti gantengnya hilang loh, ayo, kita makan siang. Nanti mama kamu marah lagi." Monika bangun dari jongkok nya kemudian menggandeng tangan Albert menyusul ke meja makan.

Nico sekilas menoleh menatap sosok yang di tunggu untuk segera memulai makan siang tersebut. Dapat Nico lihat betapa akrabnya sangat keponakan dengan istrinya. Apalagi melihat larut wajah Monika begitu bahagia.

Monika melepas gandengan tangan Albert mengembalikan pada ibunya. Kemudian Monika duduk disebelah Nico. Tentu tak lupa mengambil nasi untuk suaminya. Nico sedari tadi tak lepas akan wajah berseri-seri sang istrinya.

"Ada apa?" Monika membuyarkan lamunan Nico dari tatapannya. Nico langsung mendeham, seolah tidak ada apa-apa yang dia pikirkan.

Suasana di meja makan sunyi, tak ada satu patah kata yang menjadi pembukaan bicara. Albert disuapin oleh Rui, nenek Gwen menikmati pelan-pelan makanan di depannya.

"Ma, nanti Tante Monik boleh menginap di rumah kita, nggak?" ucap Albert bertanya pada Rui.

Monika yang diam menikmati makanannya. Rui berhenti menyuapi putranya. Aldo dan Nico tak menunjukkan apa pun setelah seorang anak laki-laki membuka suara yang dari tadi membisu.

****