WebNovel5 Prince90.00%

9. Ellzer

Berbeda dari biasanya, langit siang ini terlihat dihiasi oleh gumpalan awan hitam. Rintik hujan pun mulai bergerak turun dan dengan cepat membuat para manusia di Kota Zurich kalang kabut karenanya. Para pedagang mulai berkemas-kemas dan para pejalan kaki mulai panik berlarian mencari tempat berteduh.

Tak terkecuali siswa-siswi di Reazurry High School. Banyak siswa-siswi yang berlarian dari gerbang dan segera masuk ke dalam mobil yang sudah menjemput mereka, tak lupa dengan sang sopir yang turut memayungi. Di antaranya ada sepasang kekasih yang tengah berlarian dimana tas si lelaki harus dikorbankan untuk menjadi payung agar sang gadis tidak kehujanan. Perlakuannya terlihat manis memang, tapi kalau dipikir pakai logika itu merupakan hal bodoh. Percuma saja harus ditutupi dengan tas walaupun ujung-ujungnya pasti akan basah juga. Mana mungkin tas sekecil itu bisa menutupi seluruh tubuh mereka.

Rintiknya semakin deras dan mulai berubah menjadi hujan. Terlihat di sebuah halte bus di dekat sekolahan berdiri seorang gadis yang tampaknya adalah salah satu siswi Reazzury High School jika dilihat dari seragamnya. Kemudian gadis itu duduk di kursi panjang halte dan memeluk tubuhnya sendiri karena hawa dingin yang mulai menyapa. Jaket yang setiap hari ia pakai entah kenapa hari ini ia lupa untuk membawanya. Hal seperti inilah yang menyebalkan bagi manusia, sebab ada saat tidak dibutuhkan dan sebaliknya tidak ada saat sedang dibutuhkan. Dan sepertinya ia akan pulang terlambat, mengingat bahwa tidak ada tanda-tanda hujan akan berhenti.

Pukk!

Dyeza menoleh kesamping ketika merasa bahunya ditepuk oleh seseorang. Kepalanya mendongak untuk melihat wajah orang yang menepuk bahunya tadi.

Dan tepat disampingnya berdiri seorang lelaki berparas tampan dengan bajunya yang sedikit basah. Tak lupa juga rambutnya yang sedikit berantakan namun malah terlihat keren.

"Ellzer?"

Ellzer tersenyum tipis, "Sedang apa kau disini? Kenapa tidak pulang?" tanyanya yang mendapat gelengan pelan dari Dyeza.

"Aku tidak membawa payung. Lagipula kenapa kau bisa berada disini?" Kini Dyeza yang balik bertanya kepada lelaki yang baru beberapa hari yang lalu menjadi temannya itu.

Ellzer menghela napas setelah mendaratkan pantatnya di kursi halte. "Aku dalam perjalanan pulang dan tak sengaja melihatmu disini!" jelasnya.

Dyeza hanya ber-oh ria. Matanya melihat sebuah mobil berwarna hijau metallic yang terparkir di sebelah halte, dan sepertinya mobil itu punya Ellzer.

Canggung.

Mungkin kata itu tepat untuk menggambarkan keadaan mereka sekarang. Dimana Dyeza sibuk dengan pemikirannya dan Ellzer yang hanya menatap kendaraan yang berlalu lalang, walaupun matanya sesekali melirik ke gadis di sebelahnya itu.

Cuaca kian bertambah buruk. Perpaduan antara derasnya hujan dengan angin kencang yang menyebarkan hawa dingin semakin menjadi-jadi.

"Mau ku antar pulang?" tawar Ellzer dengan salah satu alis yang terangkat. Dan tawaran Ellzer tersebut langsung mendapat gelengan kepala dari Dyeza.

"Tidak perlu! Itu pasti akan sangat merepotkanmu." tolaknya dengan tetap mengulas senyum tipis.

"Tidak, rumah kita satu arah!" Ellzer berdiri dari duduknya lantas menoleh ke arah Dyeza. "Lagipula hujan semakin deras! Tidak baik jika lama-lama berada disini!"

Dyeza terdiam.

Jika ia ikut maka dengan cepat ia sampai dirumah, dan bisa segera menyelesaikan pekerjaan rumah serta bisa sedikit bersantai sebelum mengambil shift malam di cafe. Tapi tetap saja ia merasa tidak enak.Mereka baru bertemu dua kali, tapi ia malah akan merepotkannya.

"Jangan melamun! Ayo cepat kita pergi ke mobil!" ucap Ellzer seraya menarik Dyeza ke dalam pelukannya dan menutupi tubuh mereka dengan jaket yang ia pakai.

Dyeza langsung shock. Selama ini ia tidak pernah berdekatan dengan laki-laki lain kecuali kelima suaminya sampai sejauh ini. Belum sempat ia melayangkan protes, tubuhnya sudah terlebih dahulu diseret Ellzer menembus derasnya hujan.

Dyeza bahkan masih tak bisa berkata-kata saat mereka sudah berada didalam mobil Ellzer. Matanya hanya bisa menatap lurus ke arah Ellzer yang sedang memasukkan jaket ke dalam plastik berukuran sedang lantas menaruhnya di jok belakang.

"Rambutmu sedikit basah, tapi ini masih lebih baik daripada harus berdiam disana." Tangan Ellzer mengambil sesuatu di dalam dashboard mobil. "Keringkan pakai ini!" ucapnya seraya menyerahkan sebuah handuk kecil berwarna magenta.

Dengan sedikit canggung, Dyeza mengambil handuk yang disodorkan oleh Ellzer. Pandangannya kini beralih lurus kedepan, tak berani menatap Ellzer yang tengah menyalakan mesin mobil.

Mobil Ellzer pun mulai melaju dengan kecepatan sedang, menembus hujan yang tampaknya sudah tidak deras seperti tadi.

Di dalam mobil pun hanya ada keheningan. Dyeza yang sibuk dengan pemikirannya menatap lurus ke luar jendela. Dan Ellzer yang fokus menyetir, walaupun terkadang masih curi-curi pandang ke gadis di sebelahnya.

Setelah perjalanan yang menempuh waktu kurang lebih 15 menit, akhirnya mobil Ellzer telah sampai di depan apartemen Dyeza. Hujan pun sudah reda dan hanya menyisakan gerimis ringan.

Dyeza masih belum beranjak dari tempat duduknya. Keningnya berkerut, tanda bahwa ia sedang berpikir keras. Darimana Ellzer bisa tahu alamat apartemennya? Padahal ia tidak pernah memberitahunya! Apakah dia seorang penguntit? Atau malah psikopat?

Ellzer yang sepertinya berubah menjadi cenayang itu tersenyum geli, "Aku pernah melihatmu masuk ke apartemen ini, jadi jangan berpikir macam-macam!"

"Eh?" Dyeza menggaruk kepalanya yang tidak gatal seraya tersenyum kikuk. Pipinya memerah karena malu melihat Ellzer yang kini tertawa keras.

"Hm, Dyeza?" panggil Ellzer setelah berhasil menghentikan tawanya.

Dyeza hanya mengangkat satu alisnya.

"8 huruf, 3 kata, 1 makna. I love you!"

Sontak ucapan Ellzer tersebut langsung membuat Dyeza tercengang. Matanya bahkan tak bisa berkedip dan jantungnya serasa berhenti berdetak.

"Aku hanya bercanda!" Ellzer terkekeh geli saat melihat ekspresi Dyeza. "Wajahmu tolong dikondisikan!"

Dan itu langsung membuat Dyeza bernapas lega. Bisa bahaya kalau ucapan Ellzer tadi adalah sungguhan. "Kalau begitu aku masuk dulu ya! Terimakasih!" ucapnya sebelum membuka pintu dan keluar dari mobil.

Mobil Ellzer pun segera melaju setelah sebelumnya sang pemilik mobil melambaikan tangan dari dalam mobil.

Setelah memastikan mobil Ellzer sudah hilang di balik pertigaan, Dyeza membalikkan tubuhnya dan segera membuka pintu apartemen setelah memasukkan kunci di lubangnya.

Gelap.

Itulah pemandangan yang ia lihat pertama kali didalam apartemennya. Tapi kenapa bisa gelap? Seingatnya lampu apartemennya tidak pernah ia matikan, jadi kenapa bisa gelap? Ada penyusup-kah? Atau pencuri?

Dengan pelan Dyeza melangkah mencari saklar lampu di dekat pintu.

Klik!

Ruangannya pun sudah berubah menjadi terang, tapi bersamaan dengan suara bariton khas seorang laki-laki yang berhasil membuat Dyeza tersentak kaget.