Cause you're a sky,
Cause you're a sky full of stars
I'm gonna give you my heart
Cause you're a sky,
cause you're a sky full of stars
Cause you light up the path
I don't car-
Plak!
Bunyi suara tangan berbenturan dengan bagian tubuh manusia—dan bagian tubuh itu adalah kepala.
"Berisik banget sih Kee!" protes laki-laki yang sedang serius mengemudikan mobil itu dengan suara kesal setelah memukul kepala pria yang sibuk bernyanyi.
"Ikut audisi sana, dari pada bikin polusi di mobil gue!" komplainnya lagi.
"Astaga A, lo serius banget sih! Gue gugup mau ujian meja nih! Elo sih enak udah kelar duluan..." aku memprotesnya. Heran, aku dan dia lahir hanya selisih tujuh menit saja tapi kenapa kelulusan kuliah kami berbeda tujuh bulan bahkan dia mendapat nilai cumlaude.
Aku?
Jangan tanya, Mommy sudah pusing menyuruhku belajar dan sebagai gantinya Mommy meminta Arion menjadi satpamku saat waktu belajar tiba, yah saudara kembar sekaligus kakakku itu adalah kebanggan Mom.
Well, sebelum lulus kuliah Arion sudah magang di salah satu kantor arsitek ternama di Jakarta.
Perusahaan Daddy?
Bukan!
Daddy tidak memberikan izin Arion magang di perusahaan Daddy, entah apa alasannya. Aneh? memang Daddy-ku adalah pria teraneh di jagat raya ini.
‘Dasar brondongnya Mommy’ , begitu aku sering memprotesnya karena Daddy menikahi Mom saat masih berusia delapan belas tahun, sedangkan Mom sudah berusia dua puluh sembilan tahun. Aku juga tidak tahu bagaimana dua manusia beda generasi itu bias menikah bahkan mereka berdua adalah pasangan super romantis abad ini.
"Lah, lo sendiri ngapain ambil jurusan kedokteran? Aneh!" ucap Arion datar.
"Elo sih sok cool! Gue kasih tahu ya, cewek-cewek di fakultas kedokteran itu cakep-cakep! And—"
"Otak lo emang mesum! Dasar playboy cap kadal!" umpat Arion.
"Ketahuan Mommy elo mainin cewek bisa digorok lo, atau bakal dimasukin perut lagi sama Mommy!"
"Kalo’ bocor elo tersangkanya A!" sahutku cepat
"Shit!"
Aku tersenyum bahagia melihat kakakku mengumpat kesal seperti ini, pria dingin yang hemat bicara dan berwajah datar itu kini akhirnya menunjukkan wajah kesal.
"Ngomong-ngomong gimana kabar Gabby? Dia udah nembak elo?" aku nyengir melihat Arion melotot padaku.
"Astaga, salah apa gue di kehidupan lalu sampai punya saudara gila kaya elo!" Arion protes sambil geleng kepala lalu berdecak kesal.
"Kembar lagi, ck!" desisnya lagi dan itu membuatku tersenyum semakin lebar.
“Love you, A” aku merentangkan kedua tanganku hendak memeluknya tapi Arion keburu melotot memberi peringatan padaku, tapi apa peduliku.