Setelah mencari-cari sebentar, Daru memutuskan untuk memasuki sebuah lahan kosong.
Galih yang sedari tadi diam, akhirnya bertanya, “Apa yang mau kau bicarakan?”
Daru menghentikan langkahnya di lahan kosong yang kering tanpa rumput itu. Masih membelakangi Galih, Daru menelan ludah. “Waktu masih di Nagrasala, apa yang Mas Galih rasakan setelah membantai orang-orang itu?”
Galih hanya bersedekap Mulutnya mengatup rapat, tak mengeluarkan jawaban. Situasi itu berlangsung cukup lama, sampai akhirnya Daru berbalik. Urat-urat di wajahnya sudah menegang.
“Tak bisa menjawab, ya?” tanya Daru datar, mengambil kuda-kuda untuk bertarung. “Kalau begitu, lawanlah aku.”
“Untuk apa?” Galih tetap pada posisinya, berdiri tegak seperti biasa, memandang tajam Daru.
“Agar aku bisa mendapat jawaban.”
“Jawaban tentang apa?”