27

“Selamat malam, sang juara,” sapa Manur saat Aji membukakan pintu.

Aji yang bertelanjang dada langsung membelalak. “Laras!? Mas Galih!?”

Manur memeriksa tubuhnya sendiri, lantas memandang Galih. “Sepertinya begitu.”

“Bagaimana bisa kalian tahu aku ada di sini?”

Manur membuat gestur mengambil uang dari lipatan dada kembennya, membuat Aji menepuk jidat.

“Sudah-sudah, yang penting kita masuk dulu.” Manur mendorong Aji seraya memasuki kamar berisi dipan besar itu.

Galih pun mengikuti di belakang Manur, kemudian menutup pintu. “Kau baik-baik saja saudaraku?”

“Yah, lihat saja sendiri, aku ini baru diadu seperti ayam, Mas Galih,” balas Aji malas, tapi tetap memeluk Galih, kemudian berganti memeluk Manur.

Jantung Manur berdentum saat tubuh bagian atas Aji yang padat dan kekar bersentuhan dengan badannya. “Sejak kapan kau punya model badan kuli bangunan seperti Mas Galih?”