Daru melirik Galih, yang duduk diam dengan tatapan kosong. Ya, Daru merasa pertarungan tadi perlu dilakukan untuk meyakinkan Manur. Namun, Daru tak bisa mengalihkan fakta bahwa dirinya telah menghancurkan perasaan Galih. Dulu, yang bisa menumbangkannya Galih hanyalah Wuri dan Nagra. Wuri melakukannya dengan banyak bantuan, sementara Nagra dikatakan mendekati dewa. Dan sekarang Galih dikalahkan oleh orang biasa? Daru tak bisa membayangkan apa yang Galih rasakan sekarang.
Daru akhirnya memilih keluar, duduk di sisi Manur. Daru tak mau rasa bersalahnya semakin besar karena melihat kondisi Galih terus-menerus.
“Tinggal lurus saja, Mbakyu. Lima rumah dari sini,” tutur seorang penduduk desa, menjawab Manur yang duduk di kursi kemudi kereta. Manur pun berterimakasih dan melanjutkan perjalanan, melewati rumah-rumah sederhana yang jaraknya lumayan jauh satu sama lain, ditemani hangatnya cahaya sore.
“Kita sudah mau sampai?” tanya Daru, mulai mengikatkan udeng di kepalanya.