44

Matahari baru menjelang, Daru menyerahkan tugas mengemudi kereta kepada Galih kembali. Saat memasuki bagian dalam kereta, Daru mendapati Manur dan Empu Paser sudah bangun.

“Maaf, bisa ulangi lagi, Empu?” pinta Manur dengan nada agak tinggi.

Empu Paser mengangkat bahu, tersenyum penuh arti. “Lama penempaan pusaka itu adalah 89 hari.”

Serta-merta Manur memijati keningnya.

“Mohon maaf, Empu.” Sama terkejutnya dengan Manur, nada bicara Daru ikut meninggi. “Dalam waktu selama itu, akan banyak orang yang menjadi korban.”

Senyuman empu Paser lenyap seketika. “Aku tahu, tapi tidak ada yang bisa kita lakukan.”

Daru ingin membantah, tapi akal sehatnya berkata: mereka tak punya kemewahan untuk memilih.

“Paling tidak, kita punya banyak waktu untuk menyembuhkan diri dari luka-luka ini,” ceplos Manur, sedikit mengusap bebatan di badannya.

“Lalu, melanjutkan obrolan kita tadi malam, aku tidak akan membuatkan senjata itu kalau pemegangnya bukan Daru,” tegas sang Empu.