53

Galih bangkit dari bangku kayu tempatnya terlelap. Cahaya mentari yang masuk di lubang-lubang udara memaksanya memicingkan mata.

“Tadi malam kau minum tuak banyak sekali, tapi sekarang kelihatan sehat-sehat saja. Orang sakti memang beda,” ucap seorang ibu bertubuh subur yang berdiri di hadapan Galih. “Maaf, aku cuma berjanji menampungmu satu malam saja. Aku sudah tak mau berhubungan dengan perkumpulan itu lagi.”

Tanpa melihat mengatakan apa pun, Galih bangkit seraya mencangklongkan kantung barangnya, meninggalkan kedai minum itu.