Daru berjalan di antara anak-anak yang berbaris, mengamati kuda-kuda dan gerakan memukul mereka. Sesekali, dia menggelitiki mereka yang salah agar membenarkan posisi. Anak-anak lain bakal terkikik kalau hal itu terjadi.
“Ha!” Daru memberi aba-aba agar anak-anak itu melakukan gerakan memukul. Mendapat aba-aba lagi, mereka ganti menendang. Begitu seterusnya.
“Sekarang, kita akan melihat seberapa tepat pukulan dan tendangan kalian.” Daru menghampiri Bagya yang baru selesai mengikatkan karung berisi kapuk padat ke pohon. “Terimakasih, Pak. Seharusnya saya yang membuatnya.”
“Tak apa, aku sedang tak ada kerjaan. Bocah-bocah ini sudah malas ikut pelajaranku,” balas Bagya, tertawa renyah.
“Itu karena Pak Bagya selalu saja mengajarkan banyak gerakan rumit. Belum juga bisa satu gerakan, sudah diajari gerakan lain,” celetuk salah seorang anak lelaki.
“Tapi…”