61

Matahari belum terlalu tinggi, sebuah kereta kencana berhenti di depan gerbang pagar tempat penelitian Nagrasala. Asrita pun turun sambil menenteng keranjang rotan, tersenyum kepada dua penjaga gerbang, yang kemarin menjadi korban kemurkaannya.

“Bagaimana kunjungan ke istananya, Mbok,” jawab salah satu dari mereka, tersenyum masam.

Asrita justru sedikit membungkuk kepada mereka. “Aku minta maaf. Perbuatanku kemarin tidak… Ah, tidak hanya kemarin saja. Pokoknya maafkan sikapku yang kurang menyenangkan selama ini.”

Dua penjaga itu saling pandang, sama-sama mengerutkan kening. Masih tersenyum, Asrita menyerahkan bungkusan daun pisang sebesar kepalan tangan kepada mereka, masing-masing satu. Kerutan di dahi kedua penjaga itu pun makin kentara.

“Untuk sarapan. Ketan Pencok[1] dari istana, lebih lembut dan serundengnya enak sekali.” Asrita berbalik dan kembali menaiki kereta kencana.