“Bagyaaaa!!!” pekik Fa yang berdiri di depan pagar panti. “Sini kau!!!”
Anak-anak yang bermain di taman, Ningsih, dan juga Catra, semuanya langsung mematung.
“Fa!!!” Bagya keluar rumah sambil petantang-petenteng. “Temanku, sahabatku, saudaraku, rekan seperjuanganku! Aku bersyukur atas kesehatanmu! Bersyukur atas kesehatan keluargamu!”
Fa mengambil ancang-ancang, kemudian berlari kencang. Fa sudah merentangkan tangan, terlihat siap menyambut pelukan. Namun, yang datang malah bogem mentah dari Bagya
“Hei!” Fa menghindar sambil cengengesan. “Inikah sambutan untuk teman lama?”
“Betul sekali! Ini adalah sambutan luar biasa spesial dariku! Untukmu yang bertahun-tahun tak memberi kabar!” Bagya melotot berlebihan, terus melancarkan kombinasi pukulan, sementara Fa cuma menghindar.
“Apa yang terjadi?” Catra melongo, masih tak mengerti. Juga tak tahu apakah mereka perlu dilerai.