79

Begitu waktu penggunaan kuda cemani habis, Bagya melompat turun dan muntah di dekat pohon. Daru pun ikut turun dengan sedikit sempoyonga. Sebelumnya, dia tak pernah merasakan mata perih, bibir kering, sedikit kesulitan napas, serta mendapati bajunya kusut seperti ini setelah menunggangi kuda.

“Kau menyukainya, ya?” Bagya mengelap mulutnya dengan kain. “Aku saja sampai sekarang belum terbiasa menggunakan mereka.”

“Terimakasih, Pak. Tadi itu pengalaman luar biasa.” Tanpa sadar Daru tersenyum.

Bagya mengepalkan kedua tangannya ke atas, seolah di situ ada sesuatu yang bisa dirayakan. “Akhirnya kau bisa tersenyum. Aku merasakan pencapaian yang begitu tinggi. Ini luar biasa! Kita harus merayakannya… Tapi kita cuma punya gaplek dan makanan kering.”

Daru menahan tawa ketika mendengar nada bicara yang awalnya begitu ceria tapi seketika intonasinya menurun drastis itu.