82

Di hari keberangkatan Daru.

“Di saat seperti ini, Daru malah pergi?” Manur memijati kepalanya, menghirup udara pagi banyak-banyak.

Empu Paser menyeruput teh tubruknya. “Maaf, Daru berpesan kepadaku untuk tak memberitahu tujuannya kepadamu.”

“Aku tidak go… Aku tidak bodoh, Empu.” Manur menggeleng pelan. “Dia yang bodoh. Dia pasti ingin membuktikan omonganku dengan mendatangi titik pendaratan pasukan kerajaan bulan.”

“Ah, sepertinya tak ada gunanya membantah. Tenang saja, dia bersama Bagya yang ahli dengan dedemit… Kau mau ke mana?” tanya sang empu ketika Manur bangkit. “Kalau mau menyusulnya, lebih baik jangan. Perjalanan ke sana begitu berbahaya. Jujur saja, aku sedang tidak dalam kondisi yang baik untuk bertarung dengan dedemit.”

“Aku cuma ingin bertemu anak-anak.” Kedua tangan Manur mengepal begitu erat. “Akau tidak akan menyusul Daru. Tak ada gunanya juga. Aku tak yakin bisa membujuknya kembali. Biarlah dia mencari bukti dari teoriku.”