85

Daru tak sepenuhnya mengerti apa yang sedang di lakukannya sekarang. Ya, dia memang ingin tak ada lagi pembantaian di Narekta. Bahkan dia sampai mempertimbangkan rencana untuk bernegosiasi dengan Rekta, meski otaknya masih menganggap itu sangat absurd. Masalahnya adalah, agar semua itu terwujud, dia harus membunuh raja. Benar dirinya sudah dikhianati, dibiarkan hidup dalam ilusi bahwa orang itu adalah penyelamatnya, panutannya. Tapi tetap saja, ada satu pertanyaan mendasar yang terus menghantuinya: bisakah dia mencabut nyawa sosok yang sudah dianggapnya sebagai pengganti ayah itu?

Belum lagi masalah Manur. Sudah beberapa hari berpikir dalam perjalanan pulang, dia belum juga menemukan solusi agar kekasihnya itu tak pergi ke bulan. Daru jadi merasa dikejar-kejar, demi mempertahankan Manur di sisinya, tapi tetap bisa menggapai tujuan mereka. Masih adakah waktu? Perlukah dia meminta penundaan keberangkatan Manur, meski orang Narekta yang dibasmi terus bertambah?