86

Seperti beberapa hari terakhir, Daru masih terduduk di lantai kamar, memandang kosong ke depan, tak bergerak samasekali. Wajahnya yang kusam karena tak pernah tersentuh air kini tak menunjukkan ekspresi apa pun.

Manur tiada. Nagra sudah menang. Tak ada lagi yang bisa dilakukannya.

Awu mengintip dari celah pintu. Ia berjengit, nyaris berteriak, ketika Niskala mencolek pundaknya dari belakang.

“Belum ada perkembangan?” bisik Niskala.

Awu menggeleng pelan, beranjak dari tempat itu sambil menahan tangis.

Niskala mengusap wajahnya, mulai berjalan mondar-mandir. Sudah susah-susah mencari perkumpulan yang melawan Nagrasala, mengumpulan informasi, menjelajahi hutan dan nyaris mati, tapi hanya ini yang dia dapatkan? Hanya melihat pria yang tergeletak bak orang mati itu? Bagaimana nasib Narekta kalau begini?

“Argh! Bajingan!” Niskala melepas udengnya, melemparkannya begitu saja. Mendengus keras, ia merangsek ke kamar Daru, menarik kerah pria itu. “Sudah cukup! Sadar, Daru!”