89

Begitu membuka mata, Daru melihat langit-langit yang begitu asing. Perlu beberapa saat sampai kesadarannya benar-benar pulih. Ia pun duduk, memandangi dinding-dinding tanah liat kusam yang juga asing di sekelilingnya

“Syukurlah, kau sudah bangun? Ah, tentu saja kau sudah bangun,” sapa Awu, sedang mengerjakan sesuatu di sudut ruangan, ditemani cahaya sentir. “Kau pingsan seharian. Aku khawatir sekali.”

“Di mana ini?” tanya Daru, perhatiannya tertuju ke baju zirah berwarna putih di sudut ruangan yang lain.

“Di sini bangunan rahasia milik pak Bagya. Yah, mungkin maksudnya bukan rahasia, tapi jauh dari pemukiman penduduk.” Melihat Daru yang bangkit dan mendekati zirah itu, Awu pun menghentikan kegiatannya, ikut berdiri.

“Empu Paser dan mas Niskala sudah pergi ke Narekta?”

Awu mengangguk, lantas menjejeri Daru, ikut mengamati zirah tersebut.