Tepat pukul 05.12 Gerald dengan cekatan masuk ke kamarnya yang semalam di tempati Jean. Ia sudah tak tahan ingin menyuruh gadis itu pergi secepatnya dari apartemen miliknya. Menunggu pagi ibarat menunggu seseorang yang tak pasti. Terlalu lama dan Gerald tidak menyukai itu.
Brak..
Pintu kamarterbuka kasar. Jean masih tertidur pulas dengan bergumul selimut yang menutup seluruh badannya. Hanya terlihat wajahnya yang lucu dan Nampak sangat polos ketika tertidur. Gerald mendekat, sesaat ia termangu. Pikirannya kembali ragu antara ingin membangunkannya atau tidak. Namun seolah kembali teringat, pria tampan itu menarik Jean tanpa permisi hingga membuat gadis itu tersentak dari tidurnya. Ia bahkan belum sepenuhnya membuka mata, apalagi mengumpulkan kesadaran sepenuhnya.
“Eeuunggh, ada apa ?” Tanyanya dengan lenguhan kecil khas seseorang yang baru bangun tidur.
“Pulanglah” Ucapan Gerald begitu dingin namun sarat akan penegasan di dalamnya.
Saat Jean sepenuhnya terbangun, gadis itu memandang aneh kea rah Gerald. Ia sesaat berpikir, apakah dia Gerald ? pria yang sama dengan pria kemarin yang menolongnya dari orang jahat ? pria yang kemarin tertawa lepas, bahkan memberikan tempat tidur untuknya ? Kenapa kali ini begitu bereda ? Wajah Gerald begitu menyeramkan dan rautnya mengatakan seolah perintah ini bukan main-main.
“Sekarang ?” Cicit Jean. Pasalnya ia baru saja melirik jam dan ini masih sangat pagi untuk berjalan seorang diri ke apartemennya yang sudah pasti tidak dekat.
“Menurutmu ?” Tanyanya dingin.
“O-oh baiklah” Ucap Jean pasrah. Gadis itu bangkit lalu pergi ke kamar mandi Gerald. Ia membersihkan dirinya sebelum pergi. Saat ia keluar kamar mandi, ia tak mendapati sosok Gerald disana.
Gadis cantik itu mengambil jaketnya lalu pergi. Terbesit rasa tidak rela meninggalkan apartemen Gerald. Berbagai pikiran negative seolah mendatangi kepalanya tanpa permisi, ia takut jika Gerald membawa gadis lain ke sana. Ia takut Gerald menyentuh dan bahkan bercinta dengan…
“Aaarrgghhh tidak !! Itu tidak boleh terjadi. Dia hanya milikku. Ya Tuhan biarkan aku melepas masa lajangku ini dengan pria tampan itu. Aku bersumpah aku sangat menginginkannya” Monolognya pada diri sendiri.
Sedangkan Gerald, pria itu bergegas meninggalkan apartemen begitu tau Jean keluar dari kamarnya. Sebenarnya pria itu tak tega, hanya saja ia sudah berjanji pada dirisnya dan seseorang di masa lalunya untuk tidak menjalin hubungan ataupun dekat dengan gadis manapun. Gerald men ggeram frustasi, ia memukul kuat stang kemudinya, ia tak tau bagaimana perasaannya saat ini. Bahkan untuk sekedar memahami dirinya sendiri terasa begitu sulit. Ini bukan dirinya, hanya kata itu yang yang terus terucap dalam pikirannya.
“Aku bisa gila jika terus-terusan seperti ini arghh sial” desisnya sambil memijit kepalanya yang terasa pening.
Gerald kembali menatap arloji mewah miliknya. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 07.12 yang artinya kelasnya akan mulai sebentar lagi. Sebelumnya, mari kita perkenalkan siapa Gerald.
Gerald Osvaldo adalah seorang pria tampan berusia 26 tahun yang menjabat sebagai CEO di sebuah agensi terbesar di US. Pemilik sekaligus presdir di sebuah perusahaan fashion terbesar Gucci. Ia bahkan ikut andil dalam menanam saham di perusahaan saingannya yang kini juga tengah mengguncang dunia fashion. LS dan Channel. Seolah tidak puas dengan jabatan dan kekayaan yang dimilikinya, pria tampan itu juga memiliki 12 anak cabang perusahaan yang menyebar di berbagai Negara Asia dan Eropa.
Jika kalian bertanya siapakah yang tidak mengenal Gerald, maka Jean lah orangnya. Jean orang yang tertutup dari dunia luar. Dan jika kalian penasaran bagaimana bisa Gerald mengenal Jean, alasannya adalah Gerald yang saat ini tengah mengambil cuti panjang di seluruh perusahaannya memilih untuk menjadi Dosen di sebuah universitas yang ternyata miliknya sendiri. Dan tanpa di duga ia sering masuk dan mengajar di kelas Jean. Jean adalah gadis yang pandai, namun Gerald merasa heran karena gadis itu sangat tertutup dan bahkan saat pelajaran berlangsung ia hanya menatap papan dan buku bergantian. Gerald tidak pernah melihat Jean berinteraksi sebebas teman-temannya.
Gadis itu menjawab pertanyaan jika benar-benar penting, dan tidak pernah peduli dengan hal di sekitarnya. Disaat teman-temannya berbondong-bondong mencari perhatian Gerald. Jean akan langsung pulang dan memilih melakukan kesibukan lain. Gerald benar-benar tidak habis pikir bagaimana Jean menjalani hidupnya seperti itu. Hal itulah yang membuat Gerald terus mengamati bahkan sesekali mencari tahu tentang kehidupan gadis itu. Namun tetap saja semua terasa abu-abu.
Yang ia tau, Jean hidup seorang diri tanpa satupun keluarga yang menemaninya. Bekerja sebagai bartender di salah satu club malam untuk menghidupi biaya kuliah juga hidupnya. Hanya itu yang Gerald dapat dari hasil pencariannya tentang Jean. Tapi mulai sekarang, tepatnya tadi malam. Gerald berjanji untuk tidak lagi mencari tahu atau ikut campur urusan gadis itu. Ia hanya akan focus pada pekerjaannya.
Gerald tiba di kampus tepat pukul 8 pagi. Ia memarkirkan mobil nya, dan berjalan dengan langkah tegap. Dibalut setelan jas formal dan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku celana. Pesonanya benar-benar luar biasa hingga siapapun yang melihatnya pasti akan berhenti barang 5 detik hanya untuk mengagumi ketampanan pria itu.
Gerald memasuki ruang kelasnya dan semua siswa langsung terlihat begitu bersemangatmenyambut kedatangannya. Namun bukan itu yang mampu menyita perhatian Gerald, melainkan bangku Jean yang masih kosong hingga saat ini. Ia mengedarkan pandangan mencoba mencari keberadaan gadis itu, namun nihil. Gerald sama sekali tidak menemukannya.
“Selamat pagi Mr” Sapa para mahasiswanya.
“Pagi, adakah yang absen ?”
“Je-
Brak..
“Sorry Mr I’m la- GERALD ??!!” Pekik gadis itu terkejut.
Ya, yang baru saja menggebrak pintu adalah Jean. Gadis itu tampak baru datang dengan nafas terengah dan rambut yang sedikit berantakan. Ia tampak terkejut melihat Gerald berada di kelasnya. Ini kali pertama ia telat dan harus berhadapan dengan wajah dosennya. Dan sialnya dosennya kali ini adalah seseorang yang san gat ingin ia miliki.
Gerald Osvaldo.
Pria tampan itu tampak berdiri dan menatap Jean tajam, dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana. Tatapannya begitu tegas mengintimidasi hingga membuat Jean semakin mengaguminya.
“Kau boleh keluar” Ucapnya tenang.
Jean yang baru saja di suruh keluar melebarkan matanya terkejut. Selama ia berkuliah baru kali ini ia disuruh keluar. Tentu saja ia tidak akan mau. Ini semua salah Mr. Park, pria paruh baya itu sangat ingin di tendang bokongnya karena meminta Jean yang notabennya di skors untuk masuk kelas. Permintaannya begitu mendadak hingga Jean yang baru saja tiba di apartemen bergegas layaknya orang kesetanan, dan berakhir di permalukan seperti ini.
“Aku hanya telat 1 menit, dank au ha-
“Bicaralah yang sopan Ms. Josephine. Aku adalah dosenmu” Desisnya tajam.
“What ??!!”
“Keluar dari kelasku” Tegasnya.
“T-tapi..
“KUBILANG KELUAR DARI KELASKU !!”