BP 10

Hari ini Allcia sudah kembali ke mansion megah Aldrich, Tomy dan Laurel juga sudah menyetujui hubungan ke dua nya. Tetapi yang membuat Allcia bertanya - tanya adalah, kenapa setiap kali dia bertemu dengan Edrich pria itu selalu berbeda beda sifat. Seperti hal nya kemarin saat Edrich baru saja datang dan disana ada Laurel juga kakak nya Aldrich dia terlihat antusias dan sangat akrab dengan Allcia. Namun semalam saat Allcia berpapasan dengan lelaki tampan itu untuk mengambil minum Edrich bersikap sangat dingin dan menatap tajam Allcia, saat Allcia hendak membuka mulutnya, Edrich pergi begitu saja meninggalkan nya.

Pagi ini Allcia hendak pergi ke dapur untuk membantu para maid menyiapkan sarapan untuk Aldrich dan Edrich. Mengingat Laurel dan Tomy yang semalam harus terbang ke italia untuk perjalananan bisnis.

Gadis cantik itu masih memakai piyama tidur nya, rambutnya di kuncir kuda dan segera bergegas turun ke bawah, tanpa sengaja tatapan nya bertemu dengan tatapan hangat penuh cinta milik Aldrich. Pria itu sudah rapi dengan setelan formal nya.

"selamat pagi Aldrich" sapa nya.

"morning sweetheart"

Allcia tersenyum kecil lalu melangkah menghampiri Aldrich yang terlihat memakai jam tangan kesayangan nya.

" hari ini aku akan pulang telat cia, bisakah kamu ke kantor untuk mengantarkan makan siang untukku? "

Allcia mengernyitkan dahi nya, apakah Aldrich baru saja menyuruh nya pergi ke gedung megah bertuliskan "Dellano Corporation" dengan ukiran emas yang membuat nya sangat ingin menginjakkan kaki nya ke sana?

"ma..maksudmu, Aldrich kau se..serius? " Aldrich terkekeh geli melihat ekspresi lucu Allcia.

"tentu sayang, apa aku terlihat bercanda? Aku berangkat sekarang, aku tunggu jam makan siang okay"

Cup.

Aldrich mengecup puncak kepala Allcia dengan sayang, Allcia pun menganggukkan kepala nya antusias.

"hati - hati Aldrich"

Aldrich tersenyum lalu pergi keluar, Allcia bisa mendengae deru mobil range rover milik Aldrich, tanpa Allcia sadari, Edrich sedari tadi menatap kemesraan sang kakak dengan wanita yang dicintai nya. Hal itu membuat Edrich menekan dada kiri nya yang tiba - tiba terasa sesak. Dia akui dia kalah, dia pergi untuk kebahagiaan kakak nya. Namun jauh dalam lubuk hati nya, dia serius dan sangat mencintai Allcia.

Allcia membalikkan badan nya dan tanpa sengaja tatapan nya beradu pada mata abu - abu Edrich, tatapan yang tadi nya sendu kini berubah menjadi tajam dan dingin. Edrich berlalu begitu saja melewati Allcia, namun dengan cepat gadis cantik itu menarik pergelangan tangan Edrich.

"Ed, berhenti"

"ada apa ?" tanya nya datar.

"kenapa kau berubah Ed? Apa aku membuat kesalahan?" Allcia bertanya dengan sendu, sungguh perubahan Edrich membuat gadis itu tak nyaman. Bahkan semalam Allcia menangis karena tatapan tajam Edrich.

"tidak, lepaskan"

Allcia menggelengkan kepala nya, tiba - tiba mata nya memanas, air mata nya mendesak keluar. Sikap Edrich 360° sangat berbeda, cenderung kasar dan kejam. 1

Dalam hati, Edrich sungguh tidak tega melihat Allcia, ingin sekali lelaki tampan itu menarik Allcia kedalam pelukan nya dan menenangkan gadis cantik itu.

"maaf kan aku sweetie" ucap nya dalam hati.

"Ed, maafkan aku jika selama ini aku bersalah. Kumohon katakan padaku agar aku bisa memperbaiki nya, jangan memperlakukan ku seperti ini Ed, aku minta maa-"

"SHUT UP ALLCIA!! LEPAS! "

allcia tersentak mendengar bentakan Edrich, refleks gadis itu melepas pegangan nya di pergelangan tabgan Edrich. Allcia berbalik dan lari menuju ke kamar nya, gadis itu menutup pintu dengan sangat keras dan terduduk lemas dengan berderai air mata.

"apa salah ku Ed? Kau bukan Edrich, Edrich tidak pernah berlaku kasar padaku. Kenapa Ed kenapa??!! Sungguh hanya kamu lah orang yang mau menghargai ku setelah Mia dan Ashley. Tapi sekarang? Kau bersikap seolah aku orang asing yang tersesat dalam kehidupan mu, harus bagaimana aku mengembalikkan Edrich ku, sahabat ku yang dulu selalu ada untukku"

Allcia mengusap kasar air mata nya, bukan. Dia bukan mencintai Edrich, dia menyayangi lelaki itu karena Allcia berfikir Edrich sangat baik dan juga sangat peduli pada nya dan Allcia nyaman dengan itu semua. Saat ini Allcia begitu merindukan tingkah konyol Edrich, lelaki itu yang sangat suka menganggu nya. Dan membuat nya tertawa lepas karena tingkah polah Edrich.

Tok.

Tok.

Tok.

Mendengar pintu kamar nya diketuk Allcia langsung menyeka air mata nya, dia bangkit dan membuka pintu kamar nya.

Cklek..

Grep..

Allcia terpaku, begitu dia membuka pintu kamar nya, tiba - tiba Edrich sudah berdiri disana dan langsung menarik Allcia kedalam pelukan lelaki itu. Air mata Allcia kembali menetes, namun bibir nya membentuk seutas senyuman. Apakah itu artinya Edrich nya telah kembali?

"maaf"

Satu kata dan mampu membuat Allcia membalas pelukan Edrich tak kalah erat, meskipun pria itu masih berbicara debngan dingin kepada nya, namun Allcia yakin jika Edrich tidak akan tega melakukan hal yang tidak mungkin dia lakukan terlebih pada Allcia,

"apa itu artinya kamu sudah tidak marah Ed? Apa itu berarti kit-"

"jangan pernah muncul di depan ku dan mencoba berbicara lagi dengan ku. Karena aku tidak yakin jika aku bisa menahan diri untuk tidak membentakmu seperti tadi"

Senyum Allcia perlahan luntur, dia merasa baru diterbangkan ke langit ketujuh lalu di hempaskan di jurang terdalam hingga tiada orang lagi yang bisa menyelamat kan nya. Edrich melepas pelukan nya begitu saja dan pergi dari hadapan Allcia yang kini kembali terduduk di lantai dengan air mata yang berderai membasahi wajah cantik nya.

"I'm so sorry Allcia"

▪▪▪▪▪▪▪