Takdir tidak bisa disalahkan.
--
Nita berlari cepat menelusuri lorong kelas dua belas. Di depan sana, sekitar sepuluh meter dari Nita ada Arkan yang berjalan seorang diri. Cowok itu terlihat menutar-mutar kunci motor yang ada di tangannya.
"Arkan!" panggil Nita dengan suara yang cukup keras. See, sekarang Arkan berhenti dan menoleh ke belakang.
Nita segera menghampiri. "Kamu ke mana aja? Kok nggak pernah hubungin aku?" tanyanya setelah berdiri tepat di hadapan Arkan.
"Aku sibuk," Arkan memasang ekspresi tak terbaca.
"Kamu ke mana hari ini? Anter aku pulang, ya?"
"Aku ada urusan, Nit," tolak Arkan singkat.
Nita menyembunyikan rasa dongkolnya. Sudah dapat ditebak. Pasti urusan ini ada hubungannya dengan Anggi, pikirnya.