Chapter 33: Akhir dari Sebuah Rencana

Karena tak sanggup melihat mini bus yang hangus terbakar, Ame duduk bersandar di jalan kecil tempat dia menunggu Yume sebelumnya. Ame mendekap kedua kakinya, tertunduk dan menangisi semua hal yang terjadi padanya malam ini.

Saat Ame sedang menangis, tiba-tiba terlihat bayangan orang berdiri di ujung jalan masuk. Menyadari hal itu, dia langsung menodongkan senjatanya ke arah orang itu dengan kedua tangannya yang gemetar. Namun, orang itu terus berjalan mendekatinya. Sadar dirinya dalam bahaya, jarinya justru tidak sanggup menarik pelatuk senjatanya. Setelah sangat dekat dengannya, wajah orang itu pun bisa dilihat jelas olehnya.

“Ta—Ta—Taka?” Seluruh tubuh Ame gemetar karena ketakutan.

“Ame,” ucap Taka datar tanpa ekspresi sedikitpun.

Badan Ame gemetar, keringatnya terus bercucuran tanpa henti, degup jantungnya berpacu dengan cepat dan pandangan matanya hanya bisa diam terpaku memandangi Taka. Kedua tangannya tetap kokoh memegang pistol meski gemetaran.