WebNovelOrphex2.50%

Prolog

Kota Grenmilla, wilayah selatan Aculla.

“Kau sudah dengar? Ada sebuah Quest baru untuk mengalahkan salah satu naga terkuat.”

“Aku dengar naga yang menjadi tujuan dari Quest itu adalah naga terkuat, Bahamuth.”

“Tidak mungkin. Bukankah quest itu akan sulit sekali untuk dilakukan?”

Banyak orang berkumpul di aula guild membicarakan tentang sebuah quest baru yang ditawarkan pada salah satu selebaran yang tertempel di papan pengumuman. Di antara mereka bahkan ada petualang-petualang hebat yang sudah sangat ikut membaca juga.

Di tengah keramaian itu muncul sebuah party yang sangat terkenal di seluruh negeri. Mereka menyebut diri mereka sebagai “The Dragonslayer”. Mereka dikenal sebagai petualang-petualang hebat yang hanya memburu naga saja, bukan monster legendaris lain. Ketua mereka bernama, Jormund Bivasz Konvo atau biasa dikenal dengan sebutan “Bivasz Si Pemenggal Kepala Naga”. Kedatangannya memecah suasana gaduh yang sebelumnya terjadi, dan juga membuat petualang lain memberikan jalan untuknya lewat.

“Bukankah itu Bivasz?”

“Kenapa dia bisa berada di wilayah selatan yang cukup jauh dari Ibu Kota Kerajaan?”

“Apakah dia berniat membunuh naga terakhir ini?”

Bivasz melihat dengan saksama kertas yang berisi pengumuman quets itu. Dia terlihat seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Setiap detil informasi yang tertera dibacanya dengan sangat teliti sampai selesai.

“Tidak mungkin. Seharusnya Bahamuth sudah tidak ada di dunia ini. Dahulu, saat aku bersama dengan anggotaku mendatangi gua tempat dia berada, hanya ada sebuah catatan kecil yang membuatku sangat kesal.” gumam Bivasz dengan mengepal kuat kedua tangannya karena merasa kesal setelah mengingat hal itu kembali.

***

Satu minggu yang lalu ….

Malam hari di tengah hutan yang berada di antara dua Kota Grenmilla dan Kota Julla, seorang gadis berambut pirang panjang, menggunakan jubah hitam sedang berlari membawa tas kain berukuran besar di punggungnya. Tak jauh di belakangnya, banyak sekali prajurit kerajaan mengejarnya dengan senjata dan perlengkapan lengkap.

Gadis itu terus berlari sekuat tenaga, tidak peduli betapa berlikunya hutan itu. Tanpa sedikitpun melambankan kecepatannya, dia terus berlari ke kiri dan kanan, mencari celah terbaik agar prajurit yang mengejarnya bisa terkecoh meskipun peluangnya kecil.

Terus berlari dengan melihat ke arah belakang beberapa kali, gadis itu tidak menyadari kalau dia memasuki bagian semak-semak yang tingginya hampir menutupi seluruh tubuhnya. Meskipun tidak tahu apa yang ada di sekelilingnys, gadis itu tetap berlari tanpa kenal takut dengan apa yang akan menghadangnya.

Benar saja, baru keluar dari semak-semak yang menjulang tinggi, gadis itu menabrak seorang pria berambut abu-abu pendek yang sedang berjalan, baru mau memasuki area semak-semak itu. Tabrakan antara keduanya pun sudah tidak dapat dihindari lagi. Namun, karena pria yang ditabraknya lebih kuat dan berbadan cukup besar, gadis itu sedikit terpental kembali ke arah semak-semak. Membuatnya tersungkur di tanah dengan beralaskan semak-semak yang terkena terjangannya.

Dengan perasaan kesal dan penuh amarah, gadis itu menatap pria yang ditabraknya dengan sinis. “Apa yang sebenarnya sedang kau lakukan? Karena kau berdiri di situ, aku jadi terjatuh seperti ini.” ucapnya dengan lantang.

Pria itu menggaruk-garukkan kepalanya karena tidak mengerti kenapa hal ini menjadi kesalahannya. “Kau sendiri kenapa berlari sekencang itu? Mau aku berjalan di mana pun menuju ke mana pun, itu terserah aku.”

Mendengar ucapan pria itu, gadis itu pun mengingat kembali kenapa dia berlari sampai sejauh ini. Tanpa berbasa-basi lagi, dia pun langsung berdiri dan merapikan sejenak pakaiannya yang kotor. Namun, pria itu dapat melihat dengan jelas kalau jubah yang dipakai gadis itu sudah sangat lusuh dan juga beberapa bagian tubuhnya yang terluka.

Saat gadis itu berlari melewati si pria, tangannya langsung ditahan oleh pria itu. “Tunggu. Kau mau pergi ke mana? Biarkan aku meminta maaf dengan cara berbalas budi.” Ucapnya dengan tersenyum.

Namun, maksud baik pria itu dibuang mentah-mentah oleh gadis itu. Dia menganggap kalau pria itu mencoba memanfaatkan dirinya. Saat dia ingin berusaha melepaskan genggaman dari pria itu, terdengar suara gesekan daun semak-semak yang semakin nyaring terasa. Merasa sudah terjebak, gadis itu mengeluarkan sebuah tongkat sihir dari tas yang dibawanya, lalu melakukan kuda-kuda siap untuk bertarung.

Semua prajurit yang mengejar gadis itu pun tiba di hadapannya. Mereka adalah Prajurit kerajaan yang berjumlah sekitar dua puluh lima orang. Lima belas di antaranya adalah pasukan bersenjata lengkap dengan pedang dan tameng, lima adalah pemanah, dan limanya lagi seorang penyihir.

“Aku belum pernah melawan orang sebanyak ini. Tapi, kalau aku menyerah di sini. Dunia ini akan hancur dengan perlahan,” gumam gadis itu dengan mengepal kuat kedua tangannya pada tongkat digenggamannya.

Pemimpin dari para prajurit itu, melangkah ke depan dengan membawa sebuah gulungan di tangannya. Dia melebarkannya ke bawah, lalu mulai membacakannya. Setelah mendengar hal yang diucapkan pemimpin pasukan, gadis itu langsung meneteskan air matanya. Bukan karena sedih, tapi karena dia merasa kecewa.

“Pulanglah, Nona Ariesta. Tuan sudah menunggu Anda di rumah,” ucap pemimpin prajurit itu.

“Tidak! Sampai kapanpun, aku tidak mau! Teriak gadis itu dengan kesalnya.”

”Baiklah, kalau begitu, terpaksa kami gunakan cara kasar.” ucap pempin pasukan itu.

Setelah mendengar aba-aba dari pemimpin pasukan, prajurit lain bersiap dengan senjatanya masing-masing.

“Kami, prajurit kerajaan. Dengan tubuh ini, kami butuh bantuan untuk menangkap musuh wahai Dewi Louzsvill. Keluarlah, Rantai Belenggu Pengikat!”

Lima penyihir yang ada dalam pasukan itu merapalkan mantra, sehingga keluarlah rantai dari tangan mereka semua yang langsung menerjang ke arah gadis itu, bersiap untuk mengikatnya agar tidak bisa bergerak lagi.

”Gawat! Jurus ini, jurus pengekang tingkat tujuh. Aku tidak mungkin membatalkannya apalagi mencoba melindungi diriku dengan itu. Apa hanya sebatas ini sajakah perjuanganku?” gumam gadis sambil mengepal kuat kedua tangannya dan tertunduk pasrah.

Namun, tiba-tiba saja ‘Rantai Belenggu Pengikat yang sedang menerjang ke arah gadis itu, langsung dihentikan oleh pria yang menabraknya tanpa merapalkan mantra. Meskipun setelahnya, tangan agak panas.

“Tidak mungkin ….”

“Sihir itu tingkat tujuh, seharusnya tidak bisa dipatahkan semudah itu?

“Siapa sebenarnya dia?”

Pandangan para prajurit yang semula menatap gadis itu dengan serius, kini mereka melihat ke arah pria itu. Mereka mulai teralihkan dengan kemampuan besar yang baru saja mereka lihat dari sosok pria itu.

Gadis itu perlahan membuka mata dan menurunkan tangannya. Dia bisa melihat dengan jelas sosok pria yang telah menyelamatkan hidupnya. “Terima kasih sudah membantuku, sebagai keturunan bangsawan, aku akan membayar apa yang sudah kau lakukan ini.” ucapnya dengan tersenyum.

Setelah mendengar gadis itu adalah keturunan bangsawan, pria itu hilang hasrat dan melangkah pergi begitu saja meninggalkan gadis itu. Namun, sebelum semakin jauh, bagian bawah celana pria itu ditarik cukup kuat oleh gadis itu.

“Tunggu. Kenapa kau malah meninggalkanku?” tanya gadis itu heran.

“Aku tidak tertarik dengan segala hal yang berkaitan dengan bangsawan,” jawab pria itu ketus.

Demi menghindari kesalah pahaman yang semakin jauh, gadis itu mencoba memberanikan dirinya untuk memberitahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya, kenapa bisa dikejar oleh banyak prajurit seperti itu. Dia menarik napas perlahan, lalu menghembuskannya.

“Aku sudah muak menjadi bangsawan! Aku tidak mau hidup di atas penderitaan seseorang lagi! Aku tidak mau kembali ke tempat semacam itu!” teriak gadis itu dengan kencangnya, sehingga semua prajurit dan juga pria yang menolongnya, dapat mendengarkan hal itu.

Karena sudah geram dengan tingkah laku gadis itu yang tidak mau menuruti perintah, semua prajurit itu pun menerjang ke arahnya agar bisa membawanya pulang, meskipun dengan cara paksa. Lagi-lagi, gadis itu hanya bisa pasrah dan menutup bagian kepalanya dengan kedua tangannya.

Pria itu tiba-tiba mendekat kembali dan berdiri tepat di hadapan gadis itu. Dia mengeluarkan tongkatnya yang disembunyikan di balik jubah bagian pinggang belakangnya. Tongkat berwarna ungu pekat yang berukuran pendek itu, tiba-tiba mulai menjadi panjang dan membesar, seiring dengan mana yang mengalir dahsyat ke tongkat itu.

“Aku Orph, memanggil atas nama diriku sebagai pertaruhannya. Dia naga terkutuk yang memiliki serangan terkuat, dia naga malapetaka yang dapat menghadirkan bencana seketika, dan dia juga naga yang sudah resmi menjadi bagian dari salah satu makhluk panggilanku. Keluarlah kau wahai naga hitam terkutuk, Bahamuth!”

Seketika itu juga, bukan hanya prajurit saja yang bergidik, tapi gadis itu pun juga ikut bergidik begitu melihat sosok Naga Terkutuk: Bahamuth, di hadapan mereka semua.