Like Happy Family
Bahagia itu sederhana,
Kamu tidak menolak aku.
“Hey, Radin kenapa bengong gitu?” tanya Aksa didepan Radin yang seolah jiwanya tak bersama tubuhnya.
“Radin?” gadis itu masih diam.
Aksa menjentikkan jarinya agak keras, “Hey, calon istrinya Aksara, are you there?” Radin baru terlonjak sadar. “Nah, giliran dipanggil calon istri baru sadar. Mau banget ya jadi istri saya?” pipi Radin merona mendengar ucapan percaya diri Aksa. Namun dia malah menutupinya dengan dengusan.
“Gak usah ge'er, siapa juga yang mau jadi calon istri Mas Aksa? No!” ucap Radin sambil mengibaskan tangannya. Lalu mengalihkan pembicaraan, “Kok Mas bisa disini? Gak kerja?”
Aksa menurunkan Cakra yang ingin bermain lagi dengan dinosaurusnya, sedangkan Tirta makin keenakan nemplok didada Aksa yang asyik mengecupi puncak kepala Tirta. Lagi-lagi Radin berdebar-debar, entah kenapa dia selalu suka pria yang menyayangi anak kecil, menggendong anak kecil dan bermain dengan anak kecil. Dia juga penggemar para hot daddy seperti Chris Hemsworth yang suka menggendong ketiga anaknya bersamaan atau bagaimana kebersamaannya dengan India dan sikembar Tristan dan Sasha, ada juga Ryan Reynolds yang sangat menyayangi James putrinya yang selalu diajaknya kemana saja, pokoknya dia adalah penggemar pria matang spesialis anak nan hot!
Radin juga sering menonton The Return Of Superman acara tv Korea yang menayangkan tentang kebersamaan Ayah yang harus mengurus anak-anaknya tanpa bantuan istri. Radin suka sekali dengan keluarga Song, si triplets yang menggemaskan terutama Mingguk, Radin suka greget sendiri kalau menonton part The Triplets, lalu ada si kembar Lee yang juga tak kalah menggemaskan, Sungjae yang pintar, dan sekarang karena triplets dan twins sudah tidak ada di TROS Radin jadi suka anaknya Sam Hamington, William dan Bentley, juga Sian dan si kembar centil Sua dan Seola yang iseng.
Radin sesuka itu dengan pria yang matang dan handal mengurus anak, makanya jangan heran kalau dia suka gak sadar kalau melihat seorang pria sedang menggendong anak di Mall atau dimana pun kalau dia sedang jalan-jalan. Kelamaan jomblo, bikin Radin lemah iman.
Seperti sekarang, melihat Aksa mengecupi kepala Tirta yang nyaman digendongannya sambil sesekali mengusap punggung kecil si centil itu, membuat Radin merasa ... Bagaimana menjelaskannya? Aksa sangat menarik dimatanya dan suamiable banget!
“Tadi abis dari kantor, ambil surat tugas. Besok saya dinas ke Lombok, makanya pulangnya kesini mau ngabarin kamu. Takutnya kamu khawatir kalau saya tiba-tiba pergi.”
Radin menatap Aksa yang bercanda dengan Tirta, “Kenapa harus bilang sama aku?”
“Karena saya merasa kamu perlu tau. Saya bukan tipe orang yang suka dengan kecemasan makanya sebisa mungkin saya tidak membuat orang lain cemas.”
“Pekerjaan kamu bikin cemas Mas.” ucap Radin, “Kayak Papah, yang suka tugas keluar kota kadang gak tau kapan pulang, atau sudah waktunya pulang tapi gak juga sampai rumah, Mamah sering nangis takut Papah kenapa-kenapa, apalagi Papah juga sering terjun ke lapangan meskipun punya anak buah yang bisa dikirimnya tugas. Aku gak mau selalu merasa cemas kayak gitu.”
“Cemasnya perempuan itu banyak Mas, gak cuma takut keluarganya gak terawat, takut sakit, takut gak pulang, tapi lebih dari itu harus siap kalau anggota keluarganya pulang hanya tinggal nama, apalagi pekerjaan abdi negara kayak Papah dan kamu sangat berisiko. Kami yang menunggu dirumah rasanya gak berhak takut yang berlebihan karena kalian milik negara, jiwa raga untuk mempertahankan kedaulatan jadi harus selalu siap dengan kemungkinan terburuk.” ucap Radin panjang lebar, raut wajahnya agak muram.
“Jadi kamu cemas kalau saya gak pulang-pulang dan hanya pulang dengan nama?”
Radin menoleh menatap Aksa yang sudah duduk disebelahnya disofa, “Tsk! Aku gak cemas tentang kamu aku cuma cerita. Lagian aku gak akan bisa kayak Mamah yang masih berpikir positif ditengah kekalutan waktu Papah enam bulan gak ada kabar tugas di Papua.”
Aksa mengambil jemari Radin lalu menggenggamnya, “Sambutlah dia dengan syukur jika pulang dengan selamat, tapi sambutlah dia dengan bangga dan penuh penghormatan jika hanya nama. Keluarga tentara harus sekuat itu, dan saya percaya kamu sekuat itu. Makanya saya gak ragu sama kamu.”
“Sayangnya, aku gak mau hidup penuh dengan kecemasan dan ketakutan.”
“Saya akan pastikan kamu tidak akan merasa cemas dan takut.” ucap Aksa meyakinkan Radin.
“Kamu gak bisa memastikan apapun Mas, disaat kamu sendiri gak tau akan kembali dengan selamat atau gak.” ucap Radin parau, entah kenapa dia jadi sedih membicarakan hal ini dengan Aksa. Ada takut dan cemas yang menelusup dihati, padahal Aksa bukan siapa-siapa baginya.
“Daripada memikirkan pulang hanya nama, kenapa kamu gak memikirkan kemungkinan lain semisal tentara yang dinas luar kota lalu punya simpanan gitu?” tanya Aksa iseng.
“Aku lebih takut sama kematian. Jangan-jangan kamu begitu ya?” tanya Radin menatap Aksa sambil memincing curiga.
Aksa yang ditanya begitu malah terkekeh, “Saya gak begitu kok, kamu tenang aja.”
“Iya sih, kamu kan sukanya nolak anak orang. Hobi judge people by the cover.” sindir Radin langsung.
Wajah Aksa langsung muram, “Kamu masih inget terus ya? Sebegitu kamu dendam sama saya, udah tujuh tahun aja masih diinget.” seru Aksa dengan nada tidak enak.
“Kamu nolak aku kayak gitu, bikin aku makin insecure. Asal kamu tau waktu itu aku emang lagi rada nge-down, hormon pubertas masih menguasai jadi aku berpikir aku sejelek itu sampai ada orang yang nolak aku bahkan sebelum liat aku!”
“Maaf.” ucap Aksa penuh sesal.
“Sudah dimaafkan juga kok. Cuma teringat aja.”
“Bunda, Cakra mau lihat Singa. Teman Cakra hari minggu kemarin ke Zoo liat Singa, Cakra juga mau.”
“Tunggu Mamah sama Papah ya Kak? Tante gak bisa kalau sekarang, gak ada yang bantu jaga kalian.” tiba-tiba Cakra berlari kepelukannya dan memeluknya.
“Nunggu Mamah sama Papah lama Nda, nanti gak jadi pergi lagi.” keluhnya pada Radin yang mengusap rambut hitam lebat Cakra dengan bingung.
“Adek juga mau ke Zoo, liat kelinci sama liat yang lehernya long, I like it!” seru Tirta kegirangan.
“Tuh Bun, Adek juga mau. Ayok Bun ke Zoo, ajak Om Aksa aja biar ada yang bantu jaga. Om Aksa mau kan?” tanya Cakra pada Aksa yang sejak tadi menyimak pembicaraan Tante dan keponakan itu.
“Om Aksa harus kerja, tuh udah pakai uniform.” bukan Aksa yang menjawab, melainkan Radin.
Bahu Cakra langsung terkulai lemas, “Yah Om mau kerja? Izin aja bisa gak Om?”
Aksa mengacak rambut Cakra, “Bunda bohong, Om udah pulang kerja kok.” ucap Aksa menggoda Radin dengan memanggilnya bunda, sontak saja wajah perempuan itu memanas, dan Aksa terkekeh karenanya, “Kita ke Zoo sekarang, ya kan Bunda?” Aksa mengerling menggoda Radin yang menatapnya tajam tapi pipinya merona.
Duh manisnya, bikin gemas aja!
Cakra dan Tirta langsung melonjak kegirangan, bahkan berteriak senang.
“Dan udah pasti, perginya sama Ayah.” bisik Aksa ditelinga Radin, makin kehilangan oksigen lah Radin.
Aksa, Radin dan dua keponakannya sudah sampai di kebun binatang daerah Bogor yang menempuh perjalanan sekitar satu setengah jam. Mereka bersafari dengan mobil Aksa, Tirta begitu excited saat Zebra mendekat, tak kalah dengan sang adik Cakra sampai menunjuk-nunjuk singa gunung yang sedang turun ke tanah. Sepanjang safari, Cakra dan Tirta tak henti-henti bertanya sampai Radin pusing mendengar pertanyaannya, apalagi pertanyaan Tirta, membuat Radin beristighfar.
“Nda, kenapa jebra warnanya black white? Kenapa gak kayak Adek? Kulit Adek warnanya apa ya Nda?”
“Nda, jebra gede ya? Kok boneka Adek kecil?”
“NDAA... Singanya ngeliatin Adek!!” Tirta langsung ketakutan di baby chairnya menjerit-jerit saat Singa itu mulai mendekati para tamu yang melintasi wilayahnya.
Radin langsung mengangkat Tirta dari baby chairnya dan memangkunya. “Makanya adek jangan berisik, singanya denger suara adek kan.”
“Takut.”
Aksa mengusap kepala Tirta dengan salah satu tangannya, “Singanya gak gigit adek kok, dia cuma lagi jalan-jalan aja.”
“Gimana Kak, singanya besar ya?” tanya Aksa pada Cakra yang memandangi singa disamping mobil dengan antusias.
“Iya, Om. Ngegigit gak sih Om singanya?” tanya Cakra penasaran.
“Bisa aja kalau Kakak buka jendela mobil terus singanya lagi lapar.” mereka sudah begitu akrab, bahkan tadi saat diperjalanan Aksa mampir ke sebuah masjid untuk sholat Cakra juga mengekorinya, sedangkan Radin yang sedang lampu merah menunggu dimobil.
“Iiih... Mas singanya disamping aku!!” seru Radin kaget saat tiba-tiba seekor singa muncul disampingnya.
Aksa langsung menjalankan mobilnya agak cepat dari sebelumnya, kebetulan mobil didepannya sudah lumayan jauh.
“Ngeri ih kalau dideketin.” ucap Radin, “Kakak gak ngeri apa kak? Mantengin singa ampe serius banget tadi.”
“Kakak suka Nda, gagah gitu.”
“Kamu lagi period ya?” tanya Aksa sambil menoleh kepada Radin sebentar lalu kembali fokus ke depan.
“Iya, kenapa?”
“Pantes. Itu singanya mendekat karena kamu lagi period.” ucap Aksa dengan pura-pura serius.
Radin langsung shock! “Bohong kan Mas?” tanya Radin, Aksa hanya mengangkat bahu dan malah mengobrol dengan Cakra.
“Singa di Afrika lebih besar lho Kak!”
“Emang iya Om?”
“Iya, waktu itu Om lagi patroli eh gak sengaja liat singa.”
Dan obrolan mereka berlanjut sampai Aksa memakirkan mobilnya setelah bersafari, lalu pria itu mengeluh lapar.
“Saya laper, cari makan yuk?”
“Aku bawa bekal kok. Cari tempat aja.” ujar Radin.
“Asiknya pergi sama calon istri, makan aja udah disiapin.” Radin mendengus mendengar ucapan Aksa.
“Calon istri dari Hongkong!”
Aksa tertawa mendengar balasan ketus Radin, lalu dia mengambil Tirta dari gendongan Radin dan membawanya kegendongannya, “Sini tas perlengkapan anak-anak saya aja yang bawa.”
Radin menatap Aksa jengkel, bisa-bisanya pria itu bersikap manis sedangkan Radin sedang mati-matian berusaha agar tidak terbawa perasaan.
Tapi akhirnya dia memberikan tas perlengkapan Cakra dan Tirta pada Aksa. Jadilah tangan kanan Aksa menggendong Tirta dan tangan kirinya membawa tas perlengkapan dan menggandeng Cakra. Aksa yang masih memakai seragam blue mint nya, kontan saja menarik perhatian dengan Tirta digendongannya, tas berwarna biru bergambar frozen dan seorang anak laki-laki tampan disebelah kirinya serta seorang wanita berisi dengan jeans tiga perempat dan blouse berwana navy ikut mengekori pria gagah itu dengan sebuah tas bekal.
Seperti keluarga bahagia, dengan Ayah seorang tentara yang baru pulang dinas dan mengajak anaknya bermain.
“Makan disana aja ada kursi.” Cakra langsung berjalan duluan didepan mereka.
“Kamu mau makan disana?” tanya Aksa sambil membawa jemari bantet Radin kedalam genggamannya yang besar dan kuat.
Lagi dan lagi, darah Radin berdesir dan jantungnya berloncatan. Skin shipnya dengan Aksa memberikan efek yang luar biasa!
“Dimana aja asal anak-anak nyaman.”
Oh my god! Sekarang gue kayak emak-emak sayang anak lagi digandeng suami yang dapet gelar hot daddy, sial! Jadi pengen kawin!
Eh, salah. Maksudnya nikah!