Hoppy The Dandelion Flower(2)

Hari ini salju turun, aku seperti daun dimusim gugur yang berharap bisa menyatu dengannya. Aku duduk ditepi jendela,ketika salju-salju itu turun mataku seperti hidup kembali,akhirnya aku bisa melihat salju putih selain debu-debu ditoko itu. Ditengah lamunanku, aku melihat seorang gadis sedang bersimpuh didepan beberapa gadis lainnya. Mungkin karena aku melamun jadi tidak tahu awal mulanya, kemudian gadis itu berdiri lalu gadis lainnya mendorongnya sampai terjatuh, wah gila! Apa ini perundungan? Aku hendak bangkit dan menghampiri mereka,tetapi kesannya terlalu ikut campur,belum lagi aku tidak tahu siapa yang salah bisa saja gadis yang dirundung itu,toh mereka tidak kelewat batas, ku rasa mereka seumuran dengan Momo. Jika Momo dalam situasi seperti itu aku akan datang karena Momo bukanlah anak yang suka membuat masalah,aku selalu mempercayai adik-adikku biarpun mereka sedikit nakal...tidak tidak! Bagaimana kalau yang dirundung itu adalah adikku?! Dan bagaimana kalau yang melihatnya bukan aku tapi orang lain dan keputusannya sama denganku saat ini?! Kemudian aku melihat mereka menarik rambut gadis itu,rambutnya menutupi wajahnya,aku mengamati wajah gadis itu, Mo-Momo! Sial! Aku berlari sekuat hati. Saaat menghampiri mereka ada rasa malu, mengapa aku tidak datang lebih cepat

"Hey! Kalian. Lepaskan!"sorak ku seraya memelototi gadis itu satu-persatu, waahhh...coba lihat mata mereka lebih besar dari mataku,dari sorot mata mereka aku bisa melihat tantangan dari mereka,apa ini? Anak SMP menganggap remeh diriku?

Salah satu dari mereka berkata "Ey,bibi. Kenapa kau ikut campur,apa kau kenal dengan si jalang ini?" mendengar ucapannya aku ingin sekali menarik rambut gadis itu. Aku melirik Momo yang seperti menyuruh ku pergi,apa maksudnya,mengapa aku harus meninggalkan adikku untuk dipukuli orang

"Tarik kembali ucapanmu! Dia adikku" kataku pula mengepal tangan. Mereka saling memandang satu sama lain

"Adik mu? Ow! Berarti kau dalah murid yang berhenti di sekolah kami? Benarkan. Apa kau tahu sekolah membicarakanmu. Terutama,adikmu ini yang mengikuti jejak jalangmu, atau jangan-jangan sebentar lagi dia juga akan berhenti sekolah dan pergi ke kamar paman tua bangka"hardiknya merendahkan. Ah,begitu lagi, mereka selalu menilaiku dipermukaan. Ku lihat Momo menggigit bibirnya geram,apa dia marah?

"Ternyata anak SMP sekarang benar membuat geng ya" kataku sambil berjalan mengambil batu dibelakangku "Ayo sini, maju"aku membelakangi mereka

"Heh sedang apa kau? Maju? Maju,hah, maju?!"ntah apa yang dilakukan anak itu. Aku hanya mendengar ringisan Momo,apa anak itu menarik rambutnya? Ah sial! Aku membalikkan badanku dan berteriak "Lepaskan! Bocah tengik sialannn!"pekik ku menyerbu seolah-olah sungguhan akan memukuli mereka dengan batu besar ditanganku

"Aaaa! Gila! Ada orang gilaa,jalang gila!"mereka berlari berhamburan. Nafas ku tersengal-sengal,batu itu jatuh dari tanganku yang melemas. Aku segera mendekati Momo yang masih bersimpuh dengan tertunduk

"Momo, apa kau baik-baik saja? Kau tidak terlukakan?"Aku begitu khawatir,hatiku cemas seraya mengelus kepalanya. Apa begitu takutnya sampai dia diam saja?

"Jangan sentuh aku,sialan!"dia berteriak lalu menepis kuat tanganku,aku sangat terkejut

"Hey..Momo...apa kau baik-baik saja?"

"Tutup mulutmu! Arggh keparattt!"bentaknya menyela sepatah kalimat yang susah payah ku ucapkan. Mulutku yang tadinya terkunci sekarang seperti kehilangan lidah

Kedua mataku terus menatapi dirinya,mulutnya yang terkatup kurasa sedang menggretakkan gigi didalam sana. Dahinya yang mengerut terlihat ingar-bingar,dan sorot matanya..mata itu,sorot kebencian yang kudapatkan dari seorang adik...sorot mata ini adalah yang selalu ku singkirkan dari mereka, tapi mengapa berbalik padaku

"Apa kau puas membuatku malu? Kenapa kau tidak pergi saja,diamlah didalam rumah! Atau pergi ke hotel bersama lelaki tua mu! Kenapa kau harus mengganguku! Apa belum cukup membuatku jadi bahan olokan di sekolah? Belum cukup?! Apa kau hanya bisa menyusahkanku terus!? Kenapa aku harus punya kakak seperti mu! Kau kakak yang tidak berguna! Kau bahkan tidak merawat kami dari kecil!"Momo menggebu dengan mata merahnya yang berasal dari amarah,bukan air mata. Aku terpaku,apa selama ini dia mengalami tekanan?tapi aku juga memiliki alasan

"Kau diam? Heh...tentu saja. Kau hanya tahu bersenang-senang diluar sana,setiap malam pulang dengan badan biru dan kelelahan. Apa kau tahu setiap malam kami selalu ketakutan,saat hujan turun kami hanya berdua saja harus mengurus diri sendiri padahal memiliki seorang kakak,itu terasa menyedihkan...setiap malam...setiap malam aku selalu membenci hidupku! Kenapa harus kalian yang menolong kami waktu itu ?! Kenapa harus kalian yang menjadi keluarga ku? Kenapa harus kalian yang mengadopsi kami! Kenapa? Kenapaaa?!" maki Momo. Aku tidak tahu harus berkata apa. Mataku hanya menatap matanya yang tersiksa dengan air yang menggenang disudut mata itu,bibir yang menggeram dengan nada bergetar. Dia mengatakan semua yang dirasakannya, lalu bagaimana denganku? Setiap malam aku selalu kesakitan dan menutupinya hingga sekarang

"Kenapa kau diam!! Bicaralahhhh!"teriaknya membentak. Aku bungkam,rasanya kata itu sudah diujung lidah tapi otakku tidak bisa bekerja,aku hanya menatapnya seperti lamunan yang membisu. Karena Momo tidak mendapat sepatah katapun dariku,dia pergi dengan tangan yang mengepal,ku rasa amarahnya menggunung tapi setidaknya sudah lega. Kaki ku yang tidak bertenaga jatuh begitu saja. Jadi karena aku kelihatan tidak terluka kalian terus-terusan menyalahkan ku? Aku juga...sudah lelah...aku tidak pernah menangis saat merindukan ibu,aku tidak pernah menangis saat ditinggalkan ayah,aku tidak pernah menangis saat mengangkat barang yang membuat badanku penuh lebam,aku tidak pernah menangis dimalam yang melelahkan,tapi saat ini...aku menangis terebah ditumpukkan salju,putih ini tidak takut ternoda olehku yang dianggap kotor,dia tidak takut ditetesi air mataku biarpun berubah warna,tidak sepertiku yang mudah terombang-ambing karena pandangan orang sekitar. Ahh..yang ditepis tanganku tapi mengapa hatiku yang berdenyut. Salju...saat aku bertemu Jiri dan Momo juga turun salju...mereka berkeliaran dengan baju compang-camping,karena tidak makan berhari-hari mereka pingsan,aku dan ayah menemukan mereka disudut jalan. Yang pertama kali ku lakukan saat itu adalah meniup tangan kecil Jiri yang beku. Sewaktu kecil mereka sangat lucu dan menggemaskan...

Aku melihat burung Swallow yang bertengger diranting berpohon kering itu. Bentuknya mirip dengan layang-layang,alangkah senangnya jika aku bebas terbang kemana-mana seperti mereka. Aku jadi teringat sewaktu kecil aku ingin mempunyai sayap seperti burung agar bisa terbang kemanapun mengelilingi dunia dengan riang hati dari ketinggian,tanpa tahu beban setiap orang. Tapi sekarang,jika aku memiliki sayap aku ingin melarikan diri...tapi hatiku...terus memaksa bertahan,sebenarnya apa yang akan ku dapatkan dari luka yang melipah ruah ini?! Setiap hari memaksa kehendaknya,aku lelah! Kenapa jika tidak sekolah? Tidak semuanya bergantung pada satu hal saja! Kenapa kalian harus mengolok-olok ku! Setiap orang pasti lebih dulu memikirkan jalan kedepannya jika melakukan sesuatu,diri sendiri lebih tahu dan mementingkan dari pada kalian yang bermuka macam-macam! Jangankan ada yang mengerti,bahkan aku tidak bisa berbagi keluh kesahku pada siapapun

Aku memejamkan mataku,air mata itu terasa sedingin salju,tapi ketika senyuman adik-adikku teputar,hatiku menghangat. Sekarang aku tahu mengapa harus bertahan. Untuk membimbing mereka! Anak yang sepolos salju itu harus diberi arahan dan penjelasan,aku baru sadar kalau caraku salah. Harusnya aku menjelaskan kesalah pahaman ini dari awal,mereka akan mengerti jika aku bicara dengan penuh perhatian. Ternyata aku yang terlalu sombong dengan ketegaranku,aku yang terlalu berfikir dangkal dengan melebih-lebihkan persoalan...

Tenggeran Swallow

Pandangan berbeda disetiap pelupuk mata

Dari sisimu bisa bertahan,bisa terpa

Terfikir bahwa itu suka

Sadarkah mungkin semua alur cerita?

Seperti keritikan dunia

Sungguh kasihan terjebak dibangsal lingkungannya

Pemahaman tak lebih luas dari penghujung sorotan

Seperti bait ini,kau menanggap dariku

Atau mendapat presepsimu