Cinta dan benci adalah 2 hal dari kesatuan,tetapi rakyat dan pejabat adalah 2 hal yang disatukan. Rakyat adalah suara gerombolan sedangkan pejabat berdasarkan opini perseorangan. Diantara berjuta umat itu,omongan mana yang akan didengar? Bingung bukan,karna itu pejabat memutuskan untuk mendengarkan usulan yang rasional beserta sebab-akibat dengan dampak yang telah diperhitungkan. Bagi orang awam tentu saja itu tidak masuk akal,seperti mengutamakan pengusaha dan upah rendah bagi pekerja,jumlah hari istirahat yang berkurang. Mari kita beralih pada cara pandang dan pola pikir rakyat. Para buruh yang bekerja dengan otot dan otak yang jauh lebih lama dari mereka yang andil dalam rapat penentuan itu masih akan ditambah jam kerjanya,agar para pekerja punya waktu yang cukup untuk istirahat. Dengan jam kerja yang berat istirahat seharianpun tidak akan cukup. Belum lagi PHK yang menghantui mereka,bagaimana jika itu mempengaruhi kinerja mereka. Dan keuntungan pengusaha bisa menekan pesangon mereka dengan kontrak tanpa batas yang belum jelas adanya itu. Dengan uang yang jauh lebih sedikit daripada waktu tidur pejabat itu mereka menghidupi keluarganya
Tentu saja tidak semua rakyat memihak rakyat karna sebagian dari mereka adlah pengusaha dan tidak semua pejabat menyetujuinya,karna ada dari mereka yang lebih memperhatikan kemakmuran ketimbang kemajuan. Dan sebagian lagi yang berpikir kemajuan negara ini adalah kemakmuran rakyat kelak. Sudut pandang mereka berbeda 180 derajat, rakyat lebih memilih hidup maju secara bertahap sedangkan pejabat ingin melejit tanpa tahu aspek kehidupan rakyatnya. Tujuan mereka memang sama-sama ingin maju,tetapi cara pencapaiannya diputuskan olehh golongan yang lebih dulu menyuarakan pergerakan mereka. Disitulah rakyat kalah langkah, mereka yang berpikir "Esok akan makan apa" mana sebanding dengan mereka yang berpikir "Esok akan dapat apa"
"Katanya dari rakyat untuk rakyat,kenapa sekarang gaji rakyat dipotong atas pejabat?"sprak sorai protes mahasiswa yang gencar menyuarakan,sebagai ganti mereka yang tiap malam membasahi bantal dan mengadu pada Tuhan
Suara hentakan mereka yang terdengar lebih kokoh dari pada tameng huru hara, bahkan teriakan yang tidak sedikitpun gentar dari mereka yang ditarik memisah untuk dipukuli menjadi bahan baakar semangat membara bagi yang lainnya. Saat melawan pengayom masyarakat terasa seperti bertahan dari pengeroyok masal
"Menyuarakan akan ditahan. Menggunakan sindiran,dikecam. Pak,hukum mu terlalu banyak macamnya! Kami takut salah-salah usai sudah" semarak protes mereka tak kunjung reda
Berbagai macam warna kulit,pakaian,usia dan wajah bergabung seperti saudara sedarah. Perselisihan kedua belah pihak ini akan terselesaikan begitu mereka sama-sama menyetujui sebuah cara tanpa penolakan,tapi kapan itu akan terjadi? Tidak ada yang tahu. Mungkin kelak,saat hidup mereka serupa?
Tidak ada yang salah dengan memikirkan kemajuan, juga tidak salah bila protes karena keadaan hidup mereka. Nyatanya kehidupanlah yang harus lebih dahulu dilalui sebelum ekspetasi sebuah angka. Bisa jadi ekspetasi sebuah angka itu adalah pengangguran, ekonomi atau kematian akibat depresi. Tidak ada yang tetap didunia ini, juga penolakan mereka yang bisa berubah seiring dengan berjalannya waktu, mungkin ini termasuk yang diperhitungkan pejabat. Roda kehidupan akan selalu berputar,benar kan. Kehidupan adalah sebuah kemajuan dan kemajuan memerlukan sebuah kehidupan. Jangan tangani dengan pertikaian dan jangan habisi karena pertikaina
Terlepas dari semarak diluar sana, mereka yang berada dalam gedung besar itu tengah bertentangan,saling bersikeras dengan pemikiran mereka. Tanpa disadari yang membela rakyat juga tidak tau pasti keinginan rakyat
"Dewan yang saya hormati,tolong dengarkan pendapat saya. Saya sangat menentang keras usulan yang baru ini. Ini sangat memberati rakyat. Selain itu saya melihat banyak celah dalam usulan ini jika dipakai dalam jangka waktu yang lama. Usulan ini sangat kejam bagi rakyat yang berteriak untuk ddengar diluar sana"protes salah satu bawahan dari mereka
"Kita harus berpikir logis untuk kedepannya. Tekad serta mental yang kuat akan membuat rakyat kita pantas sebagai negara maju. Dianggap kejam tidak masalah,asalkan rakyat nantinya dapat menikmati hasil yang jauh lebih baik,negara yang lebih maju. Kita tidak boleh tertinggal,anak bangsa kita harus merasakan pendidikan yang cermat,teknologi yang lebih canggih dan hdiup yang amat jauh lebih makmur"debat petinggi itu mengemukakan putusannya
"Rakyat mana yang sedang kita bicarakan? Yang bersujud sembahyang diluar sana untuk didengarkan? Paling tidak biarkan mereka masuk untuk mendengarkan ocuhan yang mengatur keberlangsungan hidup mereka"pintanya mengerinyit
"Ada sebuah tindakan yang memang harus dilakukan dengan mengubur kelemahan demi kebaikan rakyat dan negara yang akan maju ini"tegasnya penuh penekanan
Pendebat tadi tdak bisa melawqn setelah mendengarkan ucapan dingin untuk rakyat yang akan dikorbankan. Tidak seperti rakyat yang memang memperjuangkan hak mereka,ia adalah bawahan dari para atasan ambisius yang membungkamnya
Demonstrasi terus berlanjut berkepanjangan,ekonomi terus menurun drastis bersamaan dengan para buruh yang di PHK. Rakyat hidup dalam kemiskinan,kelaparan dan patah semangat. Bahkan bantuan yang tidak merata membuat mereka semakin putus asa. Pendidikan memburuk,nilai ujian yang amat ketat dan tekanan hidup membuat anak bangsa uring-uringan. Lalu dimana keputusan mantap mereka? Tidak tampak dipermukaan. Mungkin terlihat oleh pemberi dari atas,tapi bagaimana dengan mereka yang terlewati? Bayanganpun tak berhembus. Moral rakyat semakin kritis,inikah rakyat yang mereka bentuk untuk calon negara yang maju? Seakan wabah siap menebar, rakyat mulai bertahan hidup tanpa pilihan,mencuri,menipu dan memanipulasi. Mereka minum-minum untuk melampiaskan stres,dipukuli hingga mati untuk melarikan diri.
Bahkan orang luar meliihat iba kehidupan negara ini akibat musibah yang diciptakan sendiri oleh penduduknya, miris bukan? Hingga sampai diperumpamaan dimana kematian adalah hal yang ternyaman,tapi tidak bagi Anya Fitria. Wanita yang tak takut menyuarakan,bahkan saat ini persiapannya untuk benar-benar didengar oleh para pejabat itu telah matang sepenuhnya. Dengan bantuan teman yang beranggotan hacker,pengintai dan Anya sendiri sebagai penerobos. Menempatkan dirinya ditengah rapat megah mereka. Mereka melihat kaget tikus kecil berdiri ditengah mereka
"Apa yaang dilakukaan seorang mahasiswa disini"dengan suara berat di atasan
Anya tersenyum pada setiap orang yang ada disana.Ternyata beginilah wajah orang-orang besar yang ingin kami jumpai itu,pikirnya "Untuk menjenguk. Kami pikir bapak-bapak terhormat sekalian sedang sakit karna tak kunjung keluar. Kami khawatir kalian pingsan karna demam,ternyata sedang tidur siang"ucapnya terdengar manis
Sapaannya itu membuat mereka saling memandang "Bagaimana kamu bisa masuk kesini? Memata-matai kami? Meretas sistem kami?"sambungnya
"Bagaimana mungkin,aku sangat takut dengan kediktatoran" Anya maju selangkah "Aku datang karna kalian tak kunjung menjenguk kami. Tampaknya tak ada rakyat yang menerima udangan jadi kupikir pintu kalian terbuka lebaar menyambut ku, apa aku salah? Ah, jangan-jangan kami memang tak diharapkan disini?'ia taampak berpikir keras
Atasan dengan setelan hitam itu melepas kacamatanya seraya berkata "Rakyat dan pejabat memang tidak pernah akur, kenapa? Karna dunia ini adalah panggung sandiwara,butuh peran antagonis dan protagonis. Yang mana dari kita yang antagonis? Tergantung sudut pandang masing-masing. Karna yang melihat jauh kedepan tidak akan melirik kebelakang,sama dengan kaki kanan tidak akan menunggu kaki kiri. Apa jadinya jika mereka sejajar?"
Anya memiringkan kepalanya "Tidak bisa berjalan?"
Kini gilirannya yang tersenyum "Benar. Lebih baik berbeda jalur daripada terdiam,bukan?"dan jangan abaikan bicaranya yang penuh wibawa itu
Anya pun berpikir,ada benarnya juga ucapan bapak ini. Sambil berjalan untuk mendekatinya dengan tangan istirahat kebelakang , ia membalas "Apa bapak pernah medengar bahawa memindahkan jalur kereta yang sedang melaju itu adalah tindakan bodoh? mengapa tidak dibiarkan saja sampai ia tiba ditujuannya? Dari pada kalian berkonspirasi dengan beberapa koneksi mengapa tidak mengajak rakyatmu ini untuk berpartisipasi guna memperbaiki negeri ini?"
Atasan itu tampak menyatukan jari tangannya dengan sorot mata tersirat "Itulah yang sedang kami lakukan saat ini. Dan karenanya pula kami mengeluarkan usulan yang akan memajukan serta memperbaiki ekonomi di negeri kita ini. Tetapi kalian malah mendemo dan melimpahkan kesalahan pada kami"jelasnya mengajari mahasiswa yang dengan beraninya menghampiri
"Em? Kami? Salah siapa ketika usulan yang bapak-bapak sekalian publish itu memiliki tujuan selain dari pada yang diberitahukan pada kami. Sesuatu yang menimbulkan masalah ini adalah incaran kalian yang melewati kesepakatan"mata elangnya itu tak kalah tajam
Perdebatan mereka berdua menjadi pusat perhatian,terlebih lagi saat para bawahan itu tak satupun yang berani bersuara. Mungkin ada sebagian yang hatinya berpihak pada mahasiswa perempuan itu. Ada juga yang menganggapnya terlalu congkak pada orang yang lebih tua tanpa tau asam garam kehidupan. Ia berani melawan orang besar hanya dengan pemikiran naifnya itu. Tapi tetap saja yang tidak bersuara tidak dihitung. Aapa salahnya jika negara ini tampak jujur, polos dan apa adanya? Bukankah akan lebih mudah untuk mereka saling memahami?
Atasan itu menarik kursinya untuk lebih dekat dengan mik "Karna pemikiran seperti ini kami membutuhkan rakyat yang cermat dan serius dan dapat berpikiran jauh kedepan. Kamu masih muda untuk memahami jalan pikiran kami,yang kami lakukan ini adalah yang terbaik untuk semuanya! Bukan hanya rakyat,keluarga kami pribadi juga banyak yang menentangnya. Tetapi kami tetap pada pendirian"katanya melonggarkan dasi,mungkin ia sedikit haus saat ini
Anya tersenyum sumringah,memang inilah yang dinantikannya "Baiklah pak,aku juga berpikir pertikaian ini karna tidak saling tahu asapek kehidupan masing-masing. Terimakasih karena bapak memulai terlebih dahulu"sambungnya dengan tangan terbuka,seperti berkata "Selamat datang pada rakyatmu"
"Tidak perlu contoh yang berbelit. Di keluargaku, kedua orangtua ku memiliki pekerjaan. Biasanya kami hanya bertemu saat sarapan itupun dengan sepotong roti. Berkat bapak,kami bisa makan siang bersama sekarang. Lalu ada juga,seorang ibu yang menjemput pulang anaknya saat unjuk rasa. Menurut bapak-bapak sekalian,kenapa ibu itu mempunyai waktu luang padahal jam kerja sekarang bertambah? Mungkin hanya suaminya yang bekerja,atau sudah tidak ada. Jadi apa yang mereka lakukan saat makan malam,membuat lelucon dengan sepotong roti diatas piringnya? Kalian ingin yang cermat yang hidup? Kalian ingin hidup yang serius tanpa tawa? Coba bayangkan bagaimana ibu dan anak itu bisa melewati hari. Bukankah itu mengerikan?"gebunya sepenuh hati,bagaimana jika kemungkinan itu adalah nyata? Bahkan prihatin jauh lebih menyayat dari tawa
Ia menelan kembali perasaan yang tertuang tadi "Lalu bagaimana anak-anak bisa melihat badut lagi? Orang cermat dan serius tidak akan melakukan hal yang dianggapnya konyol kan. Oh,apa mayat-mayat kami nanti yang akan menghibur kalian dengan segelas sampanye ditangan?"
Mereka menyimak diam mahasisawa yang tak henti mengomel itu mondar-mandir sebebasnya,bicaranya tidak ada beban seakan tak takut dengan hukuman yang menantinya dibelakang. Lupakan itu,sang putusan yang berada tepat didepannya bahkan tak dihiraukan. Nasi sudah jadi bubur,yang terjadi terjadilah,begitu mungkin pikirnya
"Ingat pak,keluarga anda juga adalah rakyat. Roda terus berputar,pak. Bagaimana jika nantinya anak cucu bapak bekerja sebagai buruh? Apa bapak masih akan acuh dengan berpikir dan mengatakan hak yang sama seperti pada kami ini?"sudahinya tanpa rasa penyesalan yang tertinggal
Atasan angkat bicara stelah beberapa saat "Itu adalah resiko yang juga telah kami perhitungkan. Hal yang lebih dulu kami pikirkan adalah bagaimana caranya agar kami tetap adil walaupun menyangkut darah kami sendir. Kami akan melakukan apa yang menguntungkan bagi kami,karna kami adalah rakyat itu sendiri. Jangan salah paham dengan kata-kata ini, hidup kita memang sangat berbeda namun kita juga mengalami cobaan yang sama.,yaitu bertahan untuk rakyat,untuk kita sendiri, karna kita semua termasuk saya adalah rakyat negara ini. Demi kemajuan semuanya,tidak ada waktu untuk pembenaran diri"
Pada akhirnya siapa yang ditahan? Bagaimana,ya? Bukankah sejak awal mereka sama-sama dipenjarakan oleh dunia? Kelihatannya saja memiliki tujuan,toh mereka semua memegang skrip yang sama. Perkara dunia.
Sebuah puisi untuk kisah fiksi ini
Sibuk berteriak "ikan menggigit umpan
Bersemarak dalam pesta duniawi
Sebenarnya mana pion mana tuan
Banyaklah memberi daripada menari
Tak takutkah terjebak dilantai tak bernyali
Hanya berpegang tiang sembunyi tangan
Terkulai bagai keledai
Lekang bermakan tipuan
Jangan-jangan kau menganggap semua sebagai ancaman
Ah,sungguh membosankan
Aku malas berurusan dengan orang kolot yang berpendidikan
Ini semua adalah hasil dari teori pikiran ku yang liar.