Real Love (3)

Esoknya mereka kembali bertemu, kali ini Rikha tidak memberanikan diri dengan cara bodoh lagi. Ia merasa sangat kesakitan saat ini sehingga tidak berpikir panjang lagi "Jika kau tidak menginginkanku,harusnya bilang saja. Padahal kemarin adalah ari anniv kita...bisa-bisanya kamu...hargai aku sedikit saja,bisa tidak?"ringisnya

Minho tak berkutik,beringakpun tidak. Entah apa yang dipikirkannya,Rikha sama sekali tidak bisa membacanya. Dari dulu memang selalu begitu,hanya Minho yang tidak dimengertinya. Entah mengapa baginya semua hal yang berkaitan dengan Minho sangat rumit,tapi tidak serumit hubungan mereka

"Bicaralah! Kau tau butuh keberanian sangat sangat besar bagiku untuk berdebat denganmu. Butuh tekad yang kuat agar kau mendengarkan ku"

"Kita lupakan saja ini. Aku yang salah,Rikha maafkan aku"Minho menggenggam tangannya

Rikha menepisnya,ia berencana pergi untuk menyembunyikan air matanya,etapi Minho menarik tangannya. Gagal sudah hal yang ingin ia selamatkan, sepenuhnya ia masuk kedalam cengkraman Minho

"Rikha,jangan menangis. Maafkan aku"mengusap air matanya

"Kau selalu meminta maaf! Kau selalu ingin menyudahinya dengan cepat. Kata maaf tidak seharusnya kau ucapkan semudah itu. Coba katakan apa salahmu padaku"

"A-aku"Minho tidak dapat melanjutkannya

"Kau tidak tau kan"senyumnya miris "Kau ingin semuanya selesai tanpa tau salah mu dimana. Aku muak! Kau mengirim pesan pada gadis-gadis itu dan memamerkan dirimu yang tidak punya pacar. Lalu aku ini apa? Kau anggap aku ini apa?!"bentak Rikha menangis sejadi-jadinya

"Cukup..aku lelah. Setelah tamat SMP aku akan pindah keluar kota,aku akan melepaskanmu. Jika bahagiamu bukan bersamaku, jika setelah semua yang ku lakukan kau tidak berubah,itu berarti aku tidak cukup baik untukmu. Semoga kau menemukan orang yang baik untukmu"tangisnya. Percayalah tak satupun ucapannya itu membuatnya menyerah,ia hanya tau harus berhenti menunjukkan cintanya pada pria itu

Tidak tau keajaiban apa yang terjadi,mungkinkah ini adalah buah kesabaran dari Rikha. Mata Minho berkaca-kaca. Itu adalah kali pertama Rikha melihatnya hampir menangis,ia terpaku

"Jangan pergi..."ucapnya lirih

"Kenapa? Aku tetap disini hanya karnamu. Sekarang sudah tidak ada alasan lagi kan?"

"Jangan pergi...ku mohon. Aku sangat mencintaimu,Rikha"dekapnya

Rikha mematung. Apa benar orang yang memeluknya ini adalah Minho?

Ketika seseorang yang kau kira adalah milikmu akan hilang,kau baru akan sadar arti keberadaannya bagimu atau hanya menahannya karna berada diluar kendalimu. Begitulah yang dirasakan Minho

``````````````````````````````````````````````````````````````````````

Tahun ajaran barupun dimulai, saat itu Rikha telah berjanji menetap bersama Minho. Janji itu bermula ketika mereka tengah berjalan-jalan bersama

"Rikha akan masuk ke sekolah mana?"tanya Minho

"Em, diluar kota bersama dengan Airyn!"serunya girang

"Yakin? Kenapa tidak disini saja,bersama Minho. Kita kan berada disatu sekolah yang sama. Minho akan menjemput Rikha setiap pagi lalu mengantar Rikha pulang. Kita akan bersenang-senang bersama"bujuk Minho menggenggam tangan Rikha

Karna terbawa suasana yang mendung dan sejuk Rikha jadi berpikir itu jauh lebih menyenangkan daripada masa depan yang sudah direncanakannya "Baiklah! Tapi janji satu sekolah"

"Benarkah? Minho tau Rikha pasti tidak yakin. Baiklah,janji!"

Menurunkan standar mimpi dan pencapaian hidup,itulah yang dilakukan oleh Rikha,bukan karna melihat gambaran lain dari masa depan tetapi karena cinta yang membutakan

Ia merasa keputusannya saat itu adalah tepat,sampai Minho berkata ia memilih sekolah yang berbeda,tapi Rikha tidak berkecil hati,toh mereka disatu kota yang sama. Masa-masa yang mereka lalui memang menyenangkan,seperti Minho yang selalu menjemputnya pulang sekolah lalu pergi berkeliling bersama. Sekarang mereka lebih sering bertemu dan banyak berbicara. Rikha merasa Minho mulai berubah,hingga nyatanya itu semua dilakukan Minho untuk memberikan kenangan pada Rikha saat ia meninggalkan kota ini

Rikha yang saat itu sedang bercanda riang di taman bersama Minho,dikejutkan oleh ucapannya

"Apa?"katanya terbelalak

"Minho akan sekolah diluar kota. Itu sudah diputuskan sejak awal oleh orang tua Minho"jelasnya menunduk

"Sejak awal apanya! Ini sudah tengah semester,Minho. Kamu bilang jika aku tetap disini kita akan bersama-sama! Kalau begini untuk apa kamu menghalangiku waktu itu?!"pekiknya,ia sudah mengorbankan masa depannya,ia bahkan kehilangan sahabatnya. Lalu apa lagi sekarang?

"Tenanglah Rikha,kita ditempat umum. Aku tidak bisa menolak. Waktu itu aku juga tidak tau"sayunya

Rikha menangis lagi "Lalu bagaimana denganku?!" ia melepas semua tekanannya "Bagaimana denganku?!"ulangnya penuh penekanan

"Kita bisa tetap saling berhubungan. Tolonglah,Rikha aku tidak bisa melawan orang tua"pinta Minho yang juga berat untuk melakukannya

Rikha hanya bisa menerimanya,tidak mungkin ia menghalangi masa depan Minho, andai saja Minho juga berpikir begitu waktu itu

Rikha pulang kerumah dengan mata sembab. Ia mengurung dirinya seharian didalam kamar. Memikirkan hari-hari yang telah mereka lalui bersama dan jalan yang nantinya akan ia lalui sendiri membuatnya berat hati kembali

"Rikha,kau tidak apa?"ketuk ibunya ditengah kepiluannya

"Keluarlah. Sudah seharian kau tidak keluar kamar. Ayo makan lalu ceritakan pada ibu"bujuk ibunya

Ia menyeka air matanya dan merapikan diri,dengan handuk yang menutupinya ia melalui ibunya

"Kau mau mandi malam-malam begini?"rasa khawatir terukir diwajah ibunya

Selepas mandi,Rikha bergabung dengan ibunya untuk menyantap makan malam

"Ada apa?"tanya ibunya

Rikha diam sejenak "Tidak ada"

"Benarkah? Lalu,bagaimana dengan nilaimu? Haruskah kau memulai bimbel?"sambung ibunya

"Tidak perlu. Baik-baik saja"katanya tak bersemangat

"Baguslah"kata ibunya menyendok,ia memperhatikan raut wajah anaknya yang kelam itu "Aish,kalau saja kau sekolah diluar kota,disini pelajarannya terlalu rendah"resah ibunya

Rikha merasa tidak nyaman dengan topik pembicaraan mereka

"Harusnya ibu tidak mendengarkanmu waktu itu. Kau juga kenapa tidak mau sekolah ditempat yang bagus"sambung ibunya lagi

"Tidak ada yang seperti itu bu, semua sama saja"sela Rikha

"Sama apanya. Lulusan mereka diterima di fakultas ternama,tamat dari sana hidupmu akan sukses. Tapi lihatlah ini,kau bahkan tidak masuk 3 besar"

Rikha menjatuhkan sendoknya "Itu ibu tau. Anakmu ini tidak akan sanggup bersaing disana"

"Oh,lihat bicaramu ini. Jika kau sekolah disana,kau akan dibimbing oleh guru-guru yang hebat,teman-teman yang pintar dan lingkungan yang mendukung. Kau akan memiliki banyak koneksi dan peluang"

"Ibu berpikir begitu? Mereka akan merendahkan ku,bu. Bersekolah ditempat yang bagus tidak akan membuatku sukses. Bekerja lewat koneksi membuatku terlihat seperti penjilat. Aku akan mendapatkannya dengan kerja kerasku sendiri"Rikha menjawab

"Begitu caramu bicara pada ibumu? Apa salahnya ibu memikirkan yang terbaik untuk anaknya. Anak yang isi otaknya hanya tau bermain sepertimu bisa mendapatkannya sendiri? Ini pasti pengaruh temanmu,memang selain Airyn tidak ada lagi temanmu yang benar,itulah sebabnya ibu ingin mengirimmu bersama dengannya!"bentak ibunya

Rikha merasa marah dipandang remeh oleh ibunya "Jangan bawa teman-temanku bu. Memangnya sejak kapan ibu menaruh harapan padaku? Ibu hanya mengharapkan Dojun kan, Dojun ku pintar, Dojunku berbakat,Dojun harus sekolah disini, Dojun akan menajdi dokter,Dojun akan bekerja disini, Dojun akan memiliki ini memiliki itu,begitukan. Aku kira selama ini ibu

menganggap ku sebagai anak yang tidak memilki masa depan"lawan Rikha terbawa suasana hatinya

Ibunya terkejut medengar apa yang baru aja keluar dari mulut putrinya itu "Tutup mulutmu! Ibu tidak pernah membeda-bedakan kalian,kau atau Dojun sama-sama anak ibu! Ibu hanya ingin kau merasa termotivasi. Ibu ingin yang terbaik untuk kalian,jangan sampai hidupmu susah seperti ibu!"ibunya berkaca-kaca,ia tidak mengira putrinya itu salah mengerti maksudnya

Termotivasi kentut! Lawannya dalam hati " Yang ada aku selalu merasa bodoh! ah,sudahlah. Ibu memang hanya sayang padanya, urus saja anak kesayangan ibu"

Brak! Rikha membanting pintu kamarnya

Ia menenggelamkan kepalanyaa diceruk bantal dan menagis sekeras-kerasnya.Kesedihannya semakin bertambah,siapapun tidak ada yang mengerti dirinya

Sementara sang ibu yang terluka hatinya berusaha untuk tegar. Jika bukan dia yang mengerti anak-anaknya lalu siapa lagi. Bayangkan betapa sakitnya jika ibunya tau bahwa putrinya itu menghancurkan masa depannya hanya untuk seorang pria

Esoknya, suasana diantara mereka tenang kembali. Ibunya mencoba mengetuk pintu kamar Rikha "Rikha,sayang. Maafkan ibu,ya"

Rikha tidak menjawab,ia masih merasa kesal

"Baiklah. Ibu tidak akan mengungkit itu lagi,ibu tidak akan membanding-bandingkan kalian. Ayo,kita ziarah kemakam ayah"bujuk ibunya lembut. Dengan selendang,sekeranjang bungan dan botol air ditanganya

Rikha merasa luluh,tidak benar juga melampiasakan amarah pada ibunya. Dasar anak durhaka,rutuknya dalam hati. Baru akan menjawab,tiba-tiba masuk pesan dari Minho

"Ayo bertemu"

Rikha pun berpikir lagi. Baiklah,aku akan menemani ibu esok,putusnya

"Ibu,aku tidak marah lagi. Tapi aku harus kerja kelompok bersama temannku"alibinya

"Tidak bisa terlambat sebentar saja?"kata ibunya lgi

"Mereka sudah mulai dari tadibu, aku sudah sangat terlambat sekali. Sampaikan sallam cintaku pada ayah ya"ia bersiap-siap,tanpa membuka pintu kamarnya

"Hanya untuk ayah? Ibu tidak?"

"Ayolah bu, ibu tau aku tidak bisa mengatakannya"

"Bilang i love you mom,begitu saja. Yasudah,jangan makan mie instan diluar,kau terlalu sering memakannya. Kau dengar,Rikha?"pesan ibunya

"Iya,baiklah ibu. Aku dengar"jawabnya

Dengan riang gembira Rikha bertemu Minho fitaman. Dia pikir ajakan itu untuk memulihkan keadaan,tapi nyatanya itu adalah awal mula hancurnya hidup Rikha

"Kita putus saja. Terimakasih atas waktu mu"ucapnya begitu saja tanpa perasaan penyesalan atau rasa bersalah. Matanya hanya memancarkan kebebasan

Rikha menelan ludahnya "Alasannya?"tanyanya pelan

"Aku tidak sanggup hubungan jarak jauh"jawabnya singkat

Ia terperangah "Jangan...jangan lakuka ini,Minho"pintanya

"Kenapa tidak? Kau bisa berpacaran dengan pria lain disini"ketusnya dingin

"Aku..."ucapannya terpotong oleh deringan telepon,ia melihat layar ponselnya,itu adalah panggilan dari ibunya

Minho melihat datar "Sudahlah. Kau jawab saja telepon itu"ia menaiki motornya dan pergi begitu saja

Rikha panik dan mengabaikan teleponnya "Minhoooo!"ia berlari mengejar pria itu

Saat anak tercintanya sibuk mengejar pria sambil menangis, ia sedang sekarat dibawah derasnya hujan,menantikan pertolongan. Darah yang menggenang membuatnya terkenang,siapa yang akan mengurus anak-anak ku jika naywaku hanya sampai disini.... ya Allah,tolong berikan hamba kesempatan sekali lagi,mereka masih sangat kecil. Mohonnya dengan sangat. Betapa inginnya ia kembali kesisi anak-anaknya,mednodakan dan melihat mereka tumbuh dewasa. Betapa perih dan berat hatinya pergi tanpa ada seorang anakpun disisinya. Awasilah anak-anak ku dibawah lindungan mu ya Allah...

Tepat setelah linangan bersimpah itu jatuh,ia menghembuskan nafas terakhirnya dalam kecelakaan itu

Rikha memilih untuk mengejar cinta yang belum tentu ada dari pada cinta ibunya yang sudah jelas selalu menyertai langkahnya

"Begitulah kisah perjalanan hidup Rikha 9 tahun lalu. Kini ia sudah menjadi wanita karir yang sukses berkat restu ibunya. Ia memiliki perusahaan kosmetik terbesar dan ribuan karyawan diberbagai cabang"sorak sorai pembawa acara

Rikha yang hadir sebagai tamu dalam pernghargaan wirausaha diminta menyampaikan beberapa kata

"Tidak seperti cinta saya yang tragis,saya tidak akan pernah hidup mengemis. Saya memulai semua ini dari titik terendah hidup saya dengan menjadi sales. Saya berdua dengan adik kecil yang masih SD,tidak ada sanak saudara yang menolong kami. Saya sangat sangat terpukul,semua salah saya...saya tau itu. Kebodohan dan ketololan saya yang menghancurkan hidup kami. Tapi,disaat saya mulai menyerah,saya ingat kembali pesan terakhir ibu. Jangan sampai hidupmu susah seperti ibu mu. Itu yang membuat saya bisa berdiri disini sekarang.Berat memang,tapi hidup itu terus berjalan. Jika kamu berhenti karna rintangan terlalu besar didepan,terjebaklah disana sampai tekad mu jauh lebih besar melebihi rintangan itu"

Semua tamu yang hadir ricuh bertepuk tangan,tanpa perlu diceritakan satu-persatu rintangan dalam hidup wanita itu,mereka sudah tau hanya dengan mendengar kata-katanya itu

Wanita dewasa nan sukses itu,Rikha,tersenyum bangga pada dunia "Terimakasih. Izinkan saya mengatakan beberapa hal untuk ibu saya"katanya menyiapkan

"Ibu..."suaranya bergetar,sudah 9 tahun sejak terakhir dia berbicara dengan ibunya. Sekarang dia bisa dengan bangga kembali berbicara dengan ibu tercintanya

"Ibu,kau melihatku? Aku sudah berhasil sekarang...ibu...ibu..."ia mulai menangis tersedu "Aku sudah ti-tidak makan mie instan lagi...aku hidup dengan baik,ibu...Dojun,Dojun kita sudah besar sekarang,jerawatnya sudah hilang sekarang dia terlihat seperti adikku.Aku sudah boleh bicara padamukan, Ibu,aku...aku menjawab telepon dengan cepat" telepon...yang saat itu ku abaikan, tangisnya memecah

Ucapan harunya itu membuat para tamu tak kuasa menahan air mata mereka. Ia seperti anak kecil polos yang meminta maaf lewat ucapannya

"Tak apa,ibu mu pasti bahagia disana"

"Kau anak yang baik,tidak apa"

"Kau sudah berjuang dengan keras,nak. Berbahagialah!"

"Besarkan adikmu,dan hiduplah dengan baik"

Sorak mereka mendukungnya

Pesan dari penulis

Dalam bagian membuat sarapan sebagian dari kalian mengabaikannya,karna kalian pikir itu wajar. Tapi pernah tidak kalian berpikir ibu orang lain tidak melakukan hal yang sama,ada yangsibuk bekerja sampai jarang bertemu dan ada juga yang ibunya tidak bisa memasak,serta yang sudah tiada seperti ibu Rikha,perhatian yang kalian abaikan itu adalah hal yang sangat diharapkan anak lain. Kalian yang berpikir "Dia ibu ku,sudah seharusnya dia mengurus ku" ketahuilah ibu kalian juga memikirkan satu hal "Dia adalah anak ku,dia akan mencintaiku dan mendoakan ku"hanya itu

Faktanya kita sering mengabaikan ucapan ibu,marah padanya bahkan berkata kasar. Aku juga,setelah semua kisah yang ku tulis, aku baru menyadari sosok ibu saat menonton drama,lucu memang. Lalu ku pikir selama ini aku juga mengabaikan ibu ku. Hargai waktu yang kalian miliki saat ini. Jawablah panggilan dari ibu kalian dengan cepat,bisa saja ia sedang dalam kesulitan atau masalah besar,jangan sampai panggilan itu berakhir tanpa pernah tersambung lagi. Mungkin saat ini kalian akan berpikir "Aku harus baik dengan ibu ku" ada juga yang berpikir "Hari ini aku tidak akan melawan pada ibu,aku akan menuruti ucapannya" tapi itu hanya sebentar,benar kan? Mungkin juga selepas ini kalian mengabaikannya. Aku tau,mendengar bualan dari orang sok bijak yang baru saja menonton drama sangat memuakkan. Tapi apa yang ku katakan memang benar,kan

Jadi,temukanlah sendiri caramu untuk menahan diri. Mungkin bisa dimulai dengan mengatakan "I Love You Mom"