Willpower and Dreams(3)

Karena suasana hatinya sedang buruk,ia berjalan hingga ke pantai. Yang membuatnya sadar akan sesuatu,banyaknya orang berlalu-lalang sebanding dengan masa muda yang dilewatkannya tanpa prestasi. Dulunya ia sangat pandai dalam bernyanyi, hingga suatu hari guru kesenian merekomendasikannya pada kepala sekolah agar untuk mewakili sekolah dalam kompetisi menyanyi ditingkat SMA, namun ia menolak,dengan bodohnya ia berkata "Kenapa aku,bu? Jason lebih bagus dari ku. Dia saja" lalu guru itu berkata "Kenapa kau tidak mau dibuat maju? Orang berlomba-lomba mengumpulkan prestasi. Saat kau tua nanti baru menyesal" dan benar saja pemuda itu sangat sangat menyesal. Semua teman-temannya akan membanggakan atu mengeluh tentang pekerjaan mereka saat reuni. Sedangkan dia, apa yang dikeluhkannya? Tentang mie instan yang sebentar lagi akan membuatnya usus buntu?

Saat tengah menatap kosong siluet jingga itu ia menutup mata dan merentangkan kedua tangannya merasakan hangat selain dari cup berukuran mini itu. Tiba-tibamuncul seorang wanita menepuk pundaknya

"Astaga"lonjaknya terkejut "Hah...kau mengagetkan ku"ia mengelus dada seraya mengamati wanita dengan gaun bercorak dan mata biru itu

Wanita itu terlihat mengerutkan keningnya,mungkin nona asing itu tidak mengerti apa yang dikatakannya "Excuse me, can you take my picture please"

Alex terdiam kosong dengan tangan didadanya "Ya?" kedipnya "Pic,picture? Fo...foto? ah,iya! Kau boleh berfoto dengan ku"girangnya menggosokkan kedua tangan,mungkin karna merasa kesal dengan pacarnya ia jadi melakukan haal-hal yang tidak dilakukannya

"Sorry?"sedikit menunduk sopan

"Foto kan? Tunggu apa lagi?"seakan telah siap

"Can you speak English,please"pintanya lagi

Alex menghela nafas kasar lalu mendekat selangkah dengan bertegak pinggang "Apa? Apa lagi sekarang? Kenapa harus aku yang menurutimu? Kenapa kau tidak mengerti ucapanku, kau harus berwawasan dan berpengetahuan,dasar. Kenapa wanita maunya dimengerti terus"ketusnya berlalu pergi dengan mengibasakan tangannya kebelakang

`````````````````````````````````````````````````````````````

Dua orang pria tengaah menatapi proyeksi langit-langit berbintang. Ini adalah waktunya Andrew rehat sesaat dari pekerjaannya "Apa ini? Aku bahkan melihat setumpuk kertas diatas sana"katanya menggambarkan dengan tangan

Alex tertawa kecil "Apa kau seorang workaholic sekarang?"dengan kedua tangan yang mengganjal kepalanya

Andrew berdecak "Iya, karna itu aku tidak punya waktu untuk mengurus anak anjingku"

"Anak anjing? Kau punya anak anjing? Aneh, kenapa aku tidak pernah melihatnya"

"Kau ingin melihatnya?"

"Iya. Tentu,anak anjing sangat manis"

"Kalau begitu lihatlah kesisi kirimu"

Alex melihat kearah sana,yang didapatinya adalah sebuah cermin yang memampangkan wajahnya "Ah,sial. Kau ingin memelihara ku? Kalau begitu aku tidak keberatan. Kau akan bekerja sampai gila lalu aku akan mengibas-ngibaskan ekor ku untuk menghibur mu,tuan"mengulum senyum

"Apa kau tidak tau malu?"desis Andrew

"Argh"gusar Alex "Kenapa kau juga mengatakan itu. Kenapa dengan orang-orang hari ini, apa hari ini adalah hari menghujat ku?"

Andrew mengubah posisinya kesamping "Kenapa,apa Betty mengatakan itu? Yah,ku rasa dia terlalu lembek pada pengangguran yang bahkan tidak membayar segelas kopi saat berkencan"tatapnya mengangkat kepala dengan topangan tangan

Dengan gusar Alex berbalik melonjak kearahnya "Apa ini? A-aku membayarnya!"dengan meninggikan suara yang mendapat tatapan datar dari Andrew "Sebulan yang lalu..."sambungnya

"Apa kau tidak tau malu"

"Oh...lihat, kau mengatakannya lagi. Apa kepalamu itu tidak ada isinya? Bagaimana bisa kau begitu tanpa memikirkan perasaan orang? Aku penasaran kenapa kau bisa mendapatkan pekerjaan itu. Bagaimana bisa kau merendahkan ku?! Aku bukan pria peliharaan,aku tidak meminta uang pada wanita aku menghormatinya. Satu-satunya masalah adalah aku pengangguran,tetapi apa itu membuat dunia kiamat? Apa aku merugikan orang lain?!"mengangkat-ngangkat kepalanya

Andrew menyengal nafas "Apa katamu? Haruskah aku mengambil kata-katamu dan melemparnya kewajahmu? Aku lah yang dirugikan...saat aku pulang tidak ada satupun buah-buahan yang tersisa,tidak ada air dingin atau es batu. Apa kau tau seberapa panasnya otakku? Atau haruskah aku mendinginkan kepala ku disana,yang benar saja berandal?!"pekiknya

Alex menutup wajahnya dengan bantal karena kalah berdebat dengannya "Argh...ya,ya"

Andrew diam dengan kekesalannya sedangkan Alex tertawa disela-sela keheningan itu

"Apa yang kau tetawakan? Kau gila?"

Dia tertawa hingga perutnya sakit "Tidak...aku hanya merasa rumah mu sangat nyaman"katanya bangkit lalu duduk berlonjak ditempat tidur

"Tentu saja. Tinggal dirumah orang memang nyaman,benarkan?"

Alex menelan ludah masam seraya memalingkan wajahnya, lalu memulai kembali beberapa saat kemudian "Aoa kau tau..."jedanya duduk membuka kaki dengan menyatukan tangan "Pengangguran seperti ku...setiap hari akan berjongkok menyeruput mie dipojokan sambil mendengarkan umpatan pemiliki rumah yang sampai malam terus menggedor pintu ku"sambungnya sekilas menggigit bibir

"Lalu...apa yang kau tertawakan?"

Dia tertawa lagi "Aku baru sadar sekarang kalau aku dan dia sama. Dia tanpa henti menggangguku,bukankah itu karna dia tidak punya pekerjaan?"

Andrew berdeham "Lalu?"katanya kemudian

"Jadi, aku belajar bahwa aku juga harus terus bersemangat seperti sekarang. Aku harus lebih gila lagi!" semangatnya mengingat betapa menakutkannya kesunyian itu lebih dari keributan yang tiap hari didengarnya. Betapa fatalnya jika kau meluapkan semua beban yang selama ini kau bungkam. Teruslah lakukan itu,jangan sampai kau lalai dan melemah,lalu tenggelam hanya karena terbawa perasaan. Jangan hancurkan kemajuan yang kau rajut sehali demi helai. Memang butuh banyak waktu agar ia tampak,tapi begitu semua terangkai tidak ada lagi celah yang membuatmu lemah

"Kau sudah lebih dari sinting"sengalnya tersenyum lalu berbalik pergi. Dalam hatinya ia sangat senang mengetahui bahwa temanya itu mempunyai tekad hidup yang tidak masuk akal dan gila

"Hey,kau tidak salah tentang sesuatu?"katanya kembali

"Apa?"Alex mengerut

"Ini kamar ku"

Ia mengedarkan pandangannya "Ah,ayolah. Kamar ku adalah kamar mu,kamar mu adalah kamar ku"

"Begitu...apa pacar mu juga adalah pacar ku?"ia bersandar di pintu seraya melipat tangan dengan menaikkansebelah alisnya

"Hey,kau mau mati?"pelototinya, lalu ia berdecih "Haruskahkita tidur bersama?"tawarinya enggan meninggalkan tempat tidur yang empuk itu

"Apa itu berarti aku juga boleh melakukan hal yang sama pada pacar mu?"godanya

Alex mengeraskan rahangnya "Hey! Bajingan,aku akan membunuh mu"ia melempar bantal lalu melompat menimpa Andrew. Begitulah malam panjang yang mereka lalui. Suka duka yang dibagikan dengan teman,mereka berharap berharap orang-orang diluar sana tidak sendirian. Jika kau sendirian,kau pasti amat tangguh. Tapi,menangislah ketika tak kuat,ingat bukan semua beban yang kau tanggung,melainkan kekesalan karna dirimu belum sampai tahap dimana tak seorangpun bisa mempengaruhi mu lagi.