Bab 1

Di sore hari menjelang malam terlihat seorang laki-laki yang tengah mengumandangkan adzan Maghrib, suaranya begitu merdu saat mengumandangkan adzan tersebut, saking merdunya serasa di dunia ini hanya ada dirinya, parasnya yang tampan, wajahnya yang bercahaya, tutur katanya yang lembut, dia begitu sempurna.

laki-laki itu bernama Iqbal Maulana seorang guru madrasah, sekolah dimana anak-anak yang berusia dini hingga menuju remaja menimba ilmu agama, selain seorang guru dia adalah seorang hafid Qur'an, lantunan yang selalu ia keluarkan selalu menyejukkan hati siapapun yang mendengarnya.

Di lain tempat, di sebuah cafe yang dikatakan exis terlihat seorang perempuan yang sedang menikmati cofee nya sambil menunggu beberapa temannya datang, saat sedang menunggu dia mendengar adzan Maghrib berkumandang, dia pun bangkit dari duduknya dan menuju masjid terdekat.

perempuan itu bernama Adelia Putri, seorang remaja yang baru menapaki dunia kerja. Saat sedang ingin mengambil air wudhu, dia mendengar bisikan2 seorang anak kecil yang bertanya kepada ibunya.

"mah kok kakak itu gak pake hijab ya??" ujar anak kecil itu.

"ssttt gak boleh ngomong gitu, mungkin kakak itu belum dapet hidayah" kata ibu si anak.

Adelia yang mendengar itupun hanya mengabaikan dan meneruskan wudhunya.

ya Adelia adalah perempuan yang belum bisa memakai jilbab, bukan tak bisa dia hanya belum siap, dan menganggap dirinya belum cukup baik untuk berhijab.

setelah melakukan shalat nya Adelia pun kembali ke cafee dan menemui teman2 nya.

selesai dengan urusan nya di cafe Adelia pun pulang, saat tengah berjalan menuju rumahnya disaat itulah Adelia melihat nya.

'hadeuhh capek banget' batin Adelia .

saat hendak sampai di rumah nya, Adelia melihat seorang pria sedang berjongkok dan berbicara kepada anak kecil. Adelia pun tanpa sengaja mendengar pembicaraan mereka.

"kak Iqbal nanti aku bakal hafalan lebih dari ini, dan kak Iqbal harus dengerin ya" ucap sang anak polos.

"hehehe tentu nanti kak Iqbal dengerin sekarang ayu kita ke masjid shalat isya terus abis itu kak Iqbal tes hapalan Qur'an kamu" ucap Iqbal ramah.

Deg.....

Adelia sekilas menatap pria yang melewati nya, dan pria itu terus berjalan tanpa menoleh ke arah Adelia.

'siapa dia, dan ada apa denganku' batin Adelia.

Adelia pun masuk ke dalam rumah dan memberi salam.

"assalamualaikum Bu" ucap Adelia dan mencium tangan sang ibu.

"waalaikumsalam, kamu udah shalat blm??" tanya sang ibu.

"blm Bu, aku shalat dulu ya" ucap Adelia.

ibu Adelia pun tersenyum seraya menatap nanar anaknya.

'ya Allah semoga kau cepat memberi hidayah untuk mengenakan hijab kepada anakku' do'a nya dalam hati.

Adelia membaringkan tubuhnya di kasur setelah shalat ia memutuskan untuk istirahat karena ia lelah.

tetapi saat sedang menutup mata dia melihat pria itu lagi dengan senyum nya yang ramah dan tutur katanya yang lembut.

deg...

seketika Adelia langsung bangun dan duduk.

"apa aku kena sakit Jantung ya, kenapa jantungku berdetak kencang" gimana Adelia.

dengan tampang bodoh dia berlari dan menghampiri ibunya.

"Bu.... ibu.." panggil Adelia.

"ada apa sih nak??" ucap sang ibu.

"Bu... pegang deh" ucap bila seraya menarik tangan sang ibu dan menaruh di dadanya.

ibu Adelia merasakan jantung sang anak berdetak kencang.

"Ibu kayaknya aku kena sakit jantung deh, rasain kan jantung aku berdebar" ucap Adelia polos.

"kau ini kenapa sih nak, gara2 apa kau begini hm??" tanya ibu Adelia.

setelah itu Adelia menceritakan apa yang membuat jantung nya berdetak kencang.

ibu Adelia tertawa mendengar nya.

"hahaha kamu ini ada ada saja nak, sakit jantung lah, ya Allah coba rasain mungkin ada rasa yang terselip di baking degup jantung itu" ujar ibu Adelia.

Adelia yang kelewatan polos hanya mengedipkan matanya bingung.

melihat tingkah anaknya itu akhir nya ibu Adelia menyuruh Adelia untuk tidur saja.

"sudah sana tidur semakin ibu melihat kamu semakin ibu gemas sampein rasanya ibu ingin mencubit ginjal kamu" ujar ibu Adelia.

Adelia cemberut.

"ihh ibu mah, yaudah aku ke kamar dulu" ucap Adelia.

ibu Adelia hanya terkekeh melihat tingkah sang anak yang kelewatan polos itu.

bersambung...