Cinta bersemi dari sebuah ketertarikan kecil,jauh sebelum mengenal. Hany rasa kecanggungan yang muncul.
~Justin~
Keesokan harinya Gerani masih tertidur pulas berbalut selimut bertema Mickey mouse beserta antek-anteknya bernuansa merah mudah.
Seketika,terpaan cahaya mentari membangun kan dari tidur panjang nya.
"Aaaaahhh" Gerani terbangun, bergeliat sejekan sebelum sang empunya kembali normal.
"Loh aku kok di Kamar, bukannya aku ada dimobil Justin,apa mung—"
"Ah ah mana mungkin"
Suka heran. Ngomong sama diri sendiri dan pada akhirnya mencekal omongan sendiri.itulah Gerani dengan segala sifatnya.
"Good morning my life"
"Eh non udah bangun,nyenyak banget tidurnya sampek enggak tau yah digendong pangeran tampan"coletahan pagi pagi bibi Amanda.
"Maksudnya bi?" Tanya Gerani yang pura pura polos padahal isi kepalanya sudah mengerti.
Hanya memastikan. Takut sudah terbang keawan akhirnya dijatuhkan kan sakit.
"Semalam non dianterin sampai kamar sama temen non ganteng banget digendong ala bridal style gitu"
"Are you sure bi?" Tanyanya kaget
"Right. Non digendong sama den Tampa itu, OMG andai saja bibi yang digendong gak kebayang gimana rasanya" mulai khayalan dramatis sih bibi Kambuh.
"BI siapin makanan terus Sitaro rantang.oke ?"
Gerani langsung beranjak pergi, mempersiapkan diri karena pagi ini gerani bangun lebih awal.
Terbesit dipikiran nya untuk beraniat balas Budi agar percikan api diantara mereka padam.
Hanya satu harapan Gerani. Semoga saja manajer sialan itu dalam keadaan baik agar tidak meracaukan angannya.
Setelah beberapa menit membersihkan diri,Gerani akhirnya selesai dengan dres berwarna hitam selutut dengan Hells Glitter berwarna putih dan ditambah dengan Sling bag nya.
Polesan make up yang sederhana, dengan bibir merah mudah itu tampak sempurna dipantulan cermin tersebut.
"BI udah siap?"
"Udah non, emangnya mau buat siapa non"
"Bibi ma kepo, iyaudah Rani pergi dulu bye"
Dengan perasaan yang sedang membaik,Gerani melajukan mobilnya ditengah kerumunan kota Jakarta.
Beruntung karena pagi ini kota Jakarta tidak begitu macet, biasanya kemacetan sudah menjadi soulmate Jakarta.
Tak butuh waktu lama,dalam beberapa jam Gerani sudah berada didepan pintu kamar apartemen.
Semoga aja enggak ada hal yang buat mood aku ancur gara gara manusia es itu.
Berkali-kali Gerani menekan bel namun tak kunjung
Kesabaran Gerani hampir habis, hingga akhirnya dia memilih untuk terus meneka bel tersebut.
Rasain! Biar bangun semua penghuni apartemen ini!
Sementara Gerani asik menekan bel,tak terasa pintunya sudah terbuka dipagi hari.
"Apa kerjaan sampingan mu mengganggu orang saat sedang tidur?" Suara lantang terdengar menghentikan aksi cengiran ku.
Mataku menoleh kearah sumber tersebut, mengangkat kepala ku yang ternyata terkena dagunya.
Awwww.....
"Apa kau ingin membunuh ku?"
"M–aaf aku tidak sengaja"
"Masuklah, jangan buat keberisikan"
Dengan rasa bersalah kali ini gerani mematuhi perintah nya dengan ikhlas. Sungguh ikhlas. Dan ini pertama kalinya Gerani merasa bersalah.
"Maaf aku hanya ingin memberi mu sarapan, sebagai tanda terima kasih"
Apa aku tidak salah dengar sama ucapan gadis itu? Oke baiklah aku akan sedikit berdamai
"Hei....." Suara Gerani yang membangunkan Justin dari lamunannya.
"Dapur berada di ujung sebelah kiri"
Segera Gerani melangkahkan kakinya menuju dapur. Jujur Gerani malas ingin berbicara banyak pada nya.
Setelah Gerani mempersiapkan hidangan diatas meja, mungkin Justin pergi kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Saat Justin melangkah dengan rambut yang diujungnya meneteskan air yang mengalir hingga wajahnya. Oh saat itu Gerani ingin pingsan.
Oh tidak kenapa dia begitu tampan
"Tidak! Aku tidak akan memuji seorang raja singa dari kutub Utara itu" monolognya.
"Masakan apa yang kau bawa?"
"Cumi asam manis,sushi,dan juga ayam geprek. Aku tidak tahu kamu suka apa? Menurut ku ini tidak terlalu buruk"
"Tidak apa,aku tidak memilih milih makanan"
"Tunggu! Kau ingin apa"cekal Gerani saat Justin hendak duduk di meja makan menyantap makanan.
"Menurut mu?aku hanya ingin memandangi makanan ini saja?"
"Ayo ikut aku dahulu" Gerani beranjak menghampiri Justin dan langsung membawanya berada di ruang tamu.
Gerani mendudukkan Justin pada sebuah sofa bernuasa putih yang cukup lebar.
"Tunggu disini sebentar"
Gerani akhirnya muncul dari dapur,"sebelum makan aku akan mengobatinya dulu. Maaf aku tadi tidak sengaja" gerutu ku sambil mengompres dagu Justin menggunakan es batu agar memarnya semakin mereda.
Sejak kapan gadis macan ini berhati lembut.
"Tidak apa-apa, mungkin aku yang mengagetkan mu tadi" Gerani mendongak kan wajah nya kearah Justin seraya tersenyum manis kemudian fokus pada apa yang Gerani kerjakan.
Astaga! Aku akui dia cantik,kenapa senyum nya begitu manis.
Tunggu apa lagi cium bodoh! Bodoh sekali,
Tidak! Tidak!
Bodoh sekali!
Sementara Justin Masih berada dalam kondisi hilang akalnya. Tangan nya bergerak perlahan ingin menyentuh kepala Gerani. Persetanan dengan wanita.
Saat itu juga,Gerani selesai dengan pengobatan nya dan sontak memberhentikan aksi justin.
Salah tingkah. Gimana tidak coba? Bushing sialan itu semakin memperjelas.
"Loh? Kenapa kok pipi kamu merah? Apa jangan jangan demam?"
"Tidak aku hanya sedang kepanasan,aku kedapur dahulu"Gerani hanya mengangguk.
Untung lah Gerani cuku bodoh. Tidak yang benar adalah bodoh. Baru kali ini Justin menyesal memiliki kulit putih. Sialan.
"Gimana enak?"
"Terimakasih karena sudah merepotkan mu"
"Tidak apa-apa, pertanyaan ku yang tadi belum kamu Jawab"
"Justin...." Terdengar suara teriakan dari ruang kamar nya.
"Elo masak yah? Jangan dihabisi aku lapar!"
Tak berapa lama seorang lelaki muncul dengan keadaan telanjang dada dan hanya menggunakan Boxster berwarna pink.
Aaaaaaa
Refleks Gerani langsung menutup matanya,"aku tidak lihat, sumpah''ucapnya sambil membentuk huruf v Dar jarinya dengan wajah yang menutup satu tangan.
"Sa pakailah baju mu" titah Justin
Sedangkan lelaki itu masih terdiam binggung, sesekali menatap Justin–gerani sambil menunjuk mereka. Seperti sedang menangkap seseorang yang sedang mesum.
"Cepat!" Bentaknya "buka matamu dia sudah pergi"lanjtunya.
"Ternyata kau gay?" Spontan Gerani mengeluarkan kata-kata itu tanpa filter.
Terbesit sesuatu pada Justin, yang terlintas sejenak dalam pikirannya, perlahan dia mendekati Gerani hingga membuat Gerani beranjak berdiri.
Hingga tiba dirinya terkunci pada dinding,saat itulah Justin memunculkan senyuman kecil menggoda,dan tawa kecil yang begitu menyeramkan.
"Mungkin iyah, tapi sekarang ada seorang wanita jadi kenapa tidak mencoba saja hal yang baru. Wah sepertinya kau cukup menarik" suara parau nya saat itu menggetar kan Gerani, rasanya kakinya tak mampu lagi berdiri menopang tubuhnya.
"M— Maksud mu apa, tolong jangan sakiti aku"suara lirih Gerani yang begitu ketakutan,membentuk senyum semeringah disudut wajah Justin.
"Hahahahahahahaha" akhirnya Justin tiba pada klimaksnya,dimana Justin sudah tidak tahan lagi menatap wajah ketakutan Gerani yang menurutnya sangat menggemaskan.
"Kenapa kau tertawa?" Gerani hanya memandang heran,sementar Justin yang sudah melepaskan Gerani hanya tertawa terbahak-bahak.
"Sekarang aku tahu! Kau berbohong?" Sejenak Justin terdiam.
"Menurut mu? Aku ini lelaki normal. Salahmu sendiri yang mengatakan sesuatu yang tidak benar"
Selai keras kepala,dia juga sangat menyebalkan dan juga pandai membuat dara tinggi ku naik, blacklist dari daftar suami idaman!
Gerani hanya mempu mendongkol dalam hatinya, sementara Justin hanya memandangi wajah Gerani.
Justin tahu wanita yang didepannya sekarang. Sedang naik darah.
Malas melihat wajah Justin,bak tengil Gerani melangkahkan meninggalkan nya.
Tapi naasnya langkah nya hampir tak sempurna karena genangan air yang membuatnya hampir terjatuh.
Buka kerasnya lantai yang Gerani rasakan,melainkan tangan kekar yang memeluknya erat, melingkar pinggang tersebut dengan nyaman.
Maniak Gerani bertemu pandang dengan Justin, beberapa saat.
Astaga,kenapa jantungku ngadain pesta segala sih! Jadi berisikan suaranya. OMG please stop my heart.
Tapi,Justin emang ganteng banget sih banget...banget....
"Ehemz" suara deheman lelaki itu akhirnya memberhentikan aksi drama pagi pagi bolong kami.
Canggung. Setelah Gerani sadar dan melepaskan pelukan nya,sarapan kami pun berlangsung hening.
Sejenak aksi lirik saling melirik sempat terjadi diantara kami, karena posisi kami yang saling berhadapan sementara lelaki itu yang berada ditengah hanya menatap heran kami.
Sesekali lelaki itu mengedarkan pandangannya kearah kanan dan kiri.
Astaga, sungguh itu sebuah tragedi yang menghilangkan rasa kemanusiaan. Oh my God
***