WebNovelCheat On100.00%

Chapter 2

Gadis yang mengenakan rok hitam selutut dengan rompi hitam senada beserta kemeja kotak-kotak, tak lupa dasi pita yang melekat di lehernya.

Keluar perlahan dari mobil mewah berwarna hitam, menurunkan kaki yang berselimutkan sepatu pantofel hitam elegan dengan kaus kaki yang panjang.

Penampilannya sangat seiras dengan gedung mewah nan elegan di depannya. Sebuah gedung yang dinyatakan sebagai sekolah.

"Pa, kita ngga salah jalan kan?" Tanya Aera, namun melihat ekspresi ayahnya yang mengerutkan dahi dengan cepat dia berkata, "Eh ngga kok bener-bener. Era cuma masih ngga nyangka aja bisa diterima di sini, hehe." Katanya sarkasme.

Gadis itu berpamitan pada ayahnya dan bergegas turun karena tatapan ayahnya mulai menurun.

"Wah! Beneran nih gue sekolah ditempat ginian." Katanya memandangi gedung tingkat 4 di depan matanya.

Aera mulai memasuki area sekolahan, tepat di loby sekolah dia berhenti. Tak cukup dirinya dibuat kagum dengan penampilan sekolah ini. Bahkan dalamnya pun begitu mewah sama sekali tidak terlihat seperti sekolahan.

Tapi dirinya disadarkan sesuatu, dia harus ke kelas mana?

Kalau menurut kejadian hari ini hanya tempat-tempat saja yang berubah. Jalanan menuju sekolah dan letaknya pun masih berada di sekolah lamanya. Apa dalam semalam bangunan bisa berubah dengan cepat?

Harusnya dia masih berada di kelasnya yang lama, tapi di gedung seluas ini dia harus kemana? Bahkan dia saja belum menjelajahi rumahnya.

"Maaf, kelas 2 MIPA dimana ya?" Tanya Aera pada seorang siswa sembarangan.

Siswa itu mengalihkan pandangannya ke Aera. Betapa terkejutnya dia karena siswa ini memiliki visual bak seorang idol. Wah sejak kapan ada seorang siswa dengan bentuk seperti ini.

Pantas saja Aera sudah sanksi dengan badanya yang menjulang tinggi.

"Hey, hey.... Woy!" teriaknya menyadarkan Aera.

Gadis itu mengerjap sembari menepuk pipinya, menyadarkan dirinya. "Eh, maaf, maaf, dimana ya?"

"Katanya dipindah jadi di deket lab,"

"Lab nya dimana ya?"

Siswa itu mengernyit bingung, "Lo anak baru? Eh ngga sih, gue pernah liat Lo. Serius Lo ngga tau lab?"

Apa anak ini mengenal Aera, padahal sepertinya bagi Aera ini pertemuan pertama mereka. Kalau begitu jangan sampai Aera terlihat aneh lagi, sudah cukup kedua orang tuanya yang mungkin beranggapan dirinya mengalami gangguan psikologis, jangan di sekolah juga. Dia harus menemukan petunjuk kenapa dia bisa berada disini.

"Hehe... Gue lupa." Katanya sarkasme.

Bodoh sekali, kenapa Aera tidak bisa berakting sedikit saja.

Laki-laki itu mengerutkan dahi persis seperti ibunya sebelumnya.

Gadis itu balik menatapnya dengan mata yang membuka lebar bak anak anjing.

Mereka berdua saling menatap untuk beberapa saat.

"Ck," decak laki-laki tersebut sembari mengalihkan pandangannya. "Ayo, gue tunjukin." Lanjutnya langsung berjalan di depan Aera.

Gadis itu tersenyum dan mulai mengikuti langkah kaki panjang itu.

Mereka jalan melewati koridor sekolah yang masih lumayan sepi, tanpa sepatah kata pun terucap dari masing-masing bibir mereka.

Gadis dengan rambut pendek tergerai itu pun dengan cermat melihat setiap sudut tempat yang dia lewati satu per satu. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, benar-benar seperti tempat-tempat dalam buku novel.

Tiba-tiba laki-laki di sampingnya berhenti, membuat sang gadis menghentikan langkahnya pula.

Laki-laki tersebut memutar tubuhnya ke arah sang gadis, membelalakkan matanya seakan dia habis menang lotre.

"AH, SEKARANG GUE INGET! Lo bagian dari geng sampah kan!" Katanya dengan suara lumayan kencang.

Beberapa pasang mata melihat ke arah mereka, tapi sepertinya laki-laki ini tidak peduli.

Sang gadis membelalakan matanya, lantas mengerutkan keningnya bingung, seakan berkata 'geng sampah?'.

"Haha. Iya, bener." Balas sang gadis sembari tertawa sumbang.

Padahal dia sama sekali tidak mengetahui mengenai geng sampah yang dimaksud, tapi kalau dia menyangkalnya mungkin akan jauh lebih terlihat aneh.

"Hm, kok Lo mau jalan bareng gue, kemana anak-anak geng sampah Lo yang lain? Oh, apa jangan-jangan sekarang Lo dibuang? Hmm itu lebih masuk akal sih." Cerocos laki-laki sembari mengelus dagunya, itu pun tanpa melihat bagaimana reaksi Aera.

Wah, benar-benar cowok ini! Kayaknya gue ngelakuin kesalahan dengan minta tolong dia.

Aera hanya tersenyum kikuk, karena tak mungkin dia terang-terangan mengumpati laki-laki yang bahkan baru pertama kali ia temui.

Sekolah ini cukup luas, sampai butuh beberapa menit menuju ke kelasnya. Begini caranya kalau dia telat ke sekolah pasti semuanya akan kacau.

"Kelas mana Lo? Gue IPA A. Nih, lorong 2 IPA. Gue tinggal." Katanya lantas pergi memasuki ruang kelas tanpa menunggu respon dari Aera.

Lorong ini cukup ramai, tapi gadis itu tidak tau dia akan berada di kelas mana.

Aera mengecek pintu setiap kelas, barang kali ada pemeberitahuan nama-nama anak-anak di kelas. Seperti sekolah pada umumnya.

Tapi, sudah dua kelas dia cek tidak ada namanya. Wah benar jangan-jangan memang ini bukan sekolahannya.

"Aera!"

Gadis itu sontak menoleh pada orang yang memanggilnya.

"Kok ga masuk?"

Siapa lagi ini?

•••

"Pulang sekolah ke ruang OSIS." Kata seorang gadis cantik dengan rambut panjang bergelombang yang duduk tepat di depan Aera.

"Denger kan." Katanya sambil mengetuk meja, lagi menyadarkan Aera yang duduk di belakangnya. "Eh, ah iya. Boleh bareng?" Jawab Aera.

Sontak gadis di depannya menatap Aera dengan waspada, "Lo kenapa sih? Kaya bukan Aera yang biasanya. Pasti bareng-bareng lah." Balas gadis cantik itu.

"Hehe.."

Gadis dengan rambut pendek itu menidurkan kepalanya dia atas meja. Ini sudah memasuki jam istirahat.

Dan benar-benar hal yang mengejutkan ketika dia mengetahui kelasnya, lebih mengejutkannya ketika dia masuk ke dalam ruang kelas.

Bangku tempat dia duduk sudah disiapkan dan mengejutkannya anak kelas ini isinya visual semua!

Wah, benar-benar tidak bisa dipercaya.

Dan yang lebih-lebih mengejutkannya ternyata geng sampah yang anak laki-laki itu katakan adalah anak-anak OSIS yang isinya sudah seperti anak didikan agensi ternama.

Aera semakin bingung, dia harus merasa beruntung atau sial berada dalam situasi ini.

Geng sampah itu berisikan 6 orang, termasuk dirinya. Tadinya Aera pikir seluruh anggota OSIS merupakan geng sampah itu ternyata tidak.

Para siswa yang lain mengetahui geng itu tapi sebutannya, murid Kaum Elit.

Benar sih isinya ada Hanzel, cowok dengan rahang tegas nan tampan yang ternyata ketua OSIS sekolah ini. Merupakan putra tokoh masyarakat, yang tentunya sedang marak-maraknya diperbincangkan dimana-mana.

Kedua ada Alvaro, wakil ketua OSIS yang sangat pintar, putra seorang pengusaha yang ternama yang memiliki banyak anak cabang di setiap daerah, bahkan katanya sudah ada cabang luar negerinya.

Ketiga ada Sana sekretaris OSIS yang merupakan selebgram terkenal, tapi sungguh Aera tidak mengenalnya.

Ke lima ada Vesha  gadis cantik ditambah pintar juga elegan merupakan ketua MPK sekolah ini. Gadis cantik ini adalah putri tunggal ketua yayasan yang menaungi sekolah ini.

Dan ada pula Edgar, wajahnya biasa dan dia tidak menjabat sebagai apapun di OSIS tapi, dia masuk geng kaum elit. Untuk gosip tentang Edgar tidak terlalu banyak, lagi pula dia juga tidak terlalu mencolok.

Terakhir Aera, manusia yang tidak tau apa-apa dan dia menjadi wakil ketua MPK.

Benar-benar apa ini acara varity show?