"Saya mau!!" ucap Rana dengan suara yang lantang sambil mengacungkan tangannya
Semua mata yang ada di ruang tamu rumah Idhar menatap ke arahnya Rana dan Ilham yang saat ini sedang berada di ambang pintu rumah itu.
Suasana kembali hening untuk sesaat, namun sedetik kemudian terdengar bisik-bisik yang mempertanyakan siapa Rana.
"Dia siapa sih?" bisik anak buahnya Pak Hari yang saling bertanya kepada teman di sebelahnya masing-masing.
"Ngga tahu!" jawab teman di sebelahnya yang sama-sama tidak tahu
Bahkan Pak Hari dan Bu Ida pun saling berbisik mempertanyakan siapa Rana.
"Pak, pak!" panggil Bu Ida dengan suara berbisik sambil mencolek lengannya Pak Hari
"Apa" respon Pak Hari yang menjawab tanpa suara, hanya gerakan bibir saja yang membentuk kata apa.
"Dia siapa, Pak? Anak-anak kita yah?! Kok aku ngga pernah lihat!"
"Bukan, dia bukan anak-anak kita, dia entah siapa!" jawab Pak Hari sambil menggelengkan kepalanya
"Eh eh eh... yang di sebelah gadis itu Ilham, kan? Menantu masa depan kita?!" tanya Bu Ida memastikan dan raut wajahnya mulai di penuhi semangat
"Eh iya... itu kan Ilham!" Pak Hari baru menyadari keberadaan Ilham yang sedang berdiri di samping Rana
Sedangkan Pak Iskandar sampai saat ini masih bengong karna tidak menyangka akhirnya perjalanan panjangnya mencari baby sitter untuk anaknya selama seminggu ini berakhir juga sebab kini di hadapannya sudah berdiri sesosok gadis remaja yang umurnya masih belasan tahun bersedia menjadi baby sitter anak bungsunya.
Setelah Pak Iskandar bisa mengendalikan dirinya dari rasa terkejutnya yang bercampur bahagia, kini dia mulai berjalan mendekat ke arah Rana.
Rana yang melihat Pak Iskandar mulai berjalan ke arahnya mulai dag dig dug jantungnya.
'Aduh aku diterima ngga ya?' tanya Rana dalam hati
Semakin lama jarak antara Rana dan Pak Iskandar semakin dekat, tidak sampai 7 detik kini Pak Iskandar sudah berdiri tepat di hadapannya Rana.
Detak jantung Rana semakin dag dig dug karna Pak Iskandar belum mengeluarkan sepatah kata pun.
Grep... tangan Pak Iskandar langsung memegang kedua tangannya Rana.
"Makasih ya, karna kamu bersedia jadi baby sitter anakku" ucap Pak Iskandar dengan sorot mata yang berbinar-binar
"Jadi aku diterima kerja, Pak?!" tanya Rana memastikan
"Iya kamu diterima" jawab Pak Iskandar dengan raut wajah bahagianya
"Asiiikk... makasih ya, Pak!" ucap Rana sambil tersenyum ceria
Ilham yang ada di samping Rana juga ikut bahagia karna Rana sudah mendapatkan pekerjaan, namun di lubuk hati Ilham yang paling dalam dia mengkhawatirkan Rana, apakah majikannya Rana itu akan memperlakukan Rana dengan baik atau tidak, Ilham juga khawatir kalau Rana mengalami kekerasan yang dilakukan oleh majikan kepada pekerjanya seperti kejadian-kejadian yang sering diberitakan oleh stasiun-stasiun televisi di negeri ini.
"Eh ada mantu masa depan Mama!" ucap Bu Ida mengagetkan Ilham yang sedari tadi sedikit melamun
"Eh Mama Ida" ucap Ilham sambil tersenyum ke arahnya Bu Ida
Rana dan Pak Iskandar sudah duduk di kursi di ruangan itu, sementara anak buahnya Pak Hari sudah mulai meninggalkan ruang tamu ini melalui pintu belakang rumah ini.
Ilham memang memanggil Bu Ida dengan sebutan Mama karna dulu Ilham terus dipaksa oleh Bu Ida untuk memanggilnya Mama.
***