Saya Mau

Rana memandang Ilham dengan pandangan bertanya-tanya sekaligus was was, takut kalau-kalau Ilham sedang menertawakan pertanyaan bodohnya.

Rana takut kalau Ilham tidak mau dipanggil kakak lagi oleh dirinya yang kini statusnya bukan adik tirinya lagi karena Rana sudah diusir dari rumahnya oleh Ayah tirinya yang otomatis secara tidak langsung Ayah tirinya Rana memutuskan ikatan kekeluargaan antara dirinya dengan Rana.

"Pertanyaan kamu itu konyol banget, Ra" ucap Ilham

"Konyol?!" ulang Rana dengan suara yang lumayan lirih

"Iya, konyol!"

"Kaham aku sayang banget sama Kaham!" ucap Rana dengan nada suara yang lemah dan bergetar karna sedang menahan tangis yang bisa saja meluncur kapan saja, "Hanya tinggal Kaham aja satu-satunya keluargaku, kalo Kaham juga ngga mau jadi keluargaku, terus aku gimana donk?" lanjut Rana

Ilham mengerutkan keningnya saat mendengar ucapannya Rana yang suaranya bergetar.

"Ya ampun, Rana. Kamu kenapa sampe berpikir seperti itu? Sampai kapan pun Kakak bakalan jadi keluarga kamu! Meski kamu sudah diusir dari rumah kita tapi bukan berarti Kakak juga ikut ngebuang kamu, kalo kakak emang ngga mau jadi kakak kamu lagi, kakak ngga bakalan ada di sini sekarang!" ucap Ilham yang saat ini tangannya masih menggenggam erat tangannya Rana.

Rana menatap Ilham dengan mata yang sudah berair, "Terus kenapa tadi kok kakak bilang kalo pertanyaanku itu konyol?" tanya Rana dengan suara khas orang yang sedang menangis

"Jelas konyol lah... kenapa harus nanya hal-hal yang udah pasti kakak bolehin," kini tangan kanang Ilham memegang ujung luar pundak Rana "kamu tahu kan seberapa sayangnya kakak sama kamu?!"

Rana mengangguk, "Iya, kak. Aku tahu kok, tapi tetap aja Kakak kan seumuran sama aku! Kan aku ngga tahu isi hati Kakak yang sebenarnya, mungkin aja kaham ngerasa risih karna dipanggil kakak sama anak seumuran kakak" jelas Rana

Ilham tersenyum setelah mendengar penjelasan Rana, "Kakak ngga pernah ngerasa risih sedikit pun dipanggil kakak sama kamu meski kamu seumuran sama kakak! Dah ya... jangan berpikir macem-macem lagi! Bagi kakak, kamu akan jadi keluarga kakak dan adik kakak selama-lamanya!"

Rana meneteskan air mata karna merasa terharu

Ilham dengan gesit langsung menghapus air mata Rana dari pipi gadis itu, "Jangan nangis donk!"

"Aku terhura, kak"

"Terharu, Ra! Bukan terhura!"

"He he he"

"Nah gitu donk!! Ceria seperti biasanya, Kakak ngga nyaman kalo liat kamu mellow mellow kaya tadi! Berasa kaya bukan kamu banget"

"Namanya juga lagi berada di titik terendah, kak! Wajar donk kalo aku sering mellow mellow, he he"

"Dah, jangan mellow lagi ya, kakak ngga suka liatnya!" ucap Ilham sambil mengusap sayang kepalanya Rana

***

Di rumahnya Idhar, saat ini anak buahnya Pak Hari sudah berkumpul di dalam rumahnya Idhar, mereka sedang mendengarkan janji-janji manis calon wakil rakyat, eh, maksudnya janji-janji manisnya Pak Iskandar yang sedang memaparkan secara gamblang keuntungan dan bonus-bonus apa saja yang akan di dapatkan oleh orang yang bersedia untuk jadi baby sitter bagi anak bungsunya.

Namun sayang, semanis apapun janji dan keuntungan dan bonus-bonus yang di tawarkan tidak mampu menggerakan hati mereka semua.

"Jadi... diantara kalian siapa yang tertarik jadi baby sitter anak saya?" tanya Pak Iskandar dengan penuh harap

Suasana hening dan tak ada yang mau mengajukan diri.

"Saya mau!!"

***

Jangan lupa vote dan komennya ya