Mobil yang ditumpangi oleh Pak Iskandar, Sabrina dan Rana mulai memasuki pintu gerbang rumah mewah milik Pak Iskandar.
Mobil pun berhenti di halaman depan rumah ini, semua penumpang di dalam mobil mulai turun dan keluar dari mobil itu kecuali sopirnya.
Rana yang sudah berhasil turun dan keluar dari dalam mobil langsung memandang takjub rumah yang akan menjadi tempat bekerjanya.
"Waaah" hanya satu kata saja yang bisa keluar dari mulut Rana yang saat ini masih terhipnotis oleh kemegahan rumah di depannya saat ini.
Rana tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri sebuah rumah mewah yang kemewahannya dan kemegahannya melebihi rumah-rumah orang-orang kaya yang sering wara-wiri di layar televisi-televisi.
Pak Iskandar dan Sabrina sudah mulai berjalan menuju pintu masuk rumah itu namun bukan melalui pintu utama tapi menggunakan pintu samping yang lebih sering dilewati oleh para penghuni rumah ini karena aksesnya mudah dan langsung menuju ke ruang utama yang biasanya dipakai untuk mengobrol santai. Jika mereka menggunakan pintu utama maka akan sedikit melelahkan karena harus melewati ruang tamu yang sangat-sangat-sangat luas yang biasanya dipakai untuk acara-acara pesta atau perjamuan keluarga besar Zulkarnaen.
Rana yang menyadari bahwa Pak Iskandar dan Sabrina sudah berjalan cukup jauh dari tempatnya membuat Rana bergegas untuk mengejar langkah mereka, sedangkan mobil yang di tumpangi oleh mereka bertiga sudah melaju menuju ke garasi mobil tersebut dan pastinya di ruangan garasi itu sudah seperti showroom mobil karena banyaknya kendaraan mobil yang terparkir di ruangan garasi itu.
Rana merasa heran saat Pak Iskandar dan Sabrina tidak masuk melalui pintu utama dan malah menggunakan pintu samping, 'Bukankah pintu masuknya itu ya?' batin Rana sambil melihat sekilas ke-arah pintu utama, meski merasa heran namun Rana tidak terlalu memikirkannya karna tidak terlalu penting.
Pak Iskandar dan Sabrina sudah masuk lebih dulu dan saat ini sedang melepas alas kakinya (sepatu atau sandal yang dipakai di luar ruangan) dan menggantinya dengan alas kaki yang khusus digunakan untuk di dalam rumah.
Rana yang sudah masuk ke dalam rumah itu langsung mendapatkan intruksi dari Pak Iskandar untuk melepas alas kaki nya dan menggantinya dengan alas kaki baru yang khusus dipakai untuk di dalam ruangan.
Rana pun hanya bisa menggangguk dan menuruti semua perintah dari Pak Iskandar.
***
Saat ini Pak Iskandar sudah duduk di salah satu kursi di ruangan santai di rumah ini dan di sebelahnya ada Sabrina yang masih asyik memainkan smartphone-nya.
'Enak kali ya kalo jadi anaknya orang kaya, bisa punya hape bagus kaya gitu!' batin Rana yang merasa iri dengan Sabrina yang mempunyai handphone yang bagus.
Pak Iskandar saat ini sedang mencoba menghubungi asisten pribadinya melalui telepon, tidak butuh waktu lama panggilan telepon Pak Iskandar sudah terhubung dan langsung diangkat oleh asistennya.
"Halo, Bos!" jawab orang diseberang telepon
"To, tolong anterin dua minuman dingin ke ruang santai ya, gue lagi haus nih!"
"Siap meluncur, Bos!"
"Oh iya, kamu cepetan kesini! gue dah dapet baby sitter nih!"
"Otewe Pak Bos!"
Biip
Panggilan telepon pun dimatikan oleh Pak Iskandar
Pak Iskandar dan asisten pribadinya yang bernama Pak Toto memang sangat dekat karna mereka tumbuh bersama dari kecil dan Pak Toto sudah menjadi asisten pribadi Pak Iskandar sedari dia masih duduk dibangku menengah pertama.