Di Bawah Tekanan

"Kamu ngapain dirumah ini?" tanya Gildan sambil menunjuk Rana

Rana hanya tersenyum kaku mendapatkan pertanyaan seperti itu.

"Sayang, kamu kenal sama Rana?" tanya Pak Iskandar

"Dia teman sekelasku selama 3 tahun berturut-turut di bangku SMP" jawab Gildan dengan nada yang sangat kentara sekali kalau dia sedang kesal

"Bagus dong kalau gitu" Pak Iskandar merasa senang karena mereka berdua saling mengenal satu sama lain

"Bagus dari mananya, Pah!?" bantah Gildan

"Ya bagus kalau kalian dulunya temen sekelas, artinya kalian kan udah saling kenal!"

"Pah, dia kok ada di sini?!" tanya Gildan

"Dia itu babbysitter kamu, sayang!?"

"What the hell" Gildan terkejut

"Aku ga mau dia jadi babbysitter-ku, Pah! Detik ini juga Papa harus mecat dia!"

Rana tertegun saat mendengar kata pecat keluar dari mulutnya Gildan, pikirannya langsung melayang, memikirkan dirinya yang akan langsung kehilangan tempat tinggal jika dirinya benar-benar dipecat hari ini juga oleh Pak Iskandar.

Rana mulai memainkan jemari tangannya karena dia sedang gelisah menanti jawaban yang akan diberikan oleh Pak Iskandar.

"Papa, ngga bisa mecat dia, sayang! Kalau Papa mecat dia, terus yang akan ngurusin kamu pas Papa ada urusan kerja di luar kota atau luar negeri siapa?" jawab Pak Iskandar lembut

"Papa lha yang ngurusin aku! Papa ga usah pergi ke luar kota atau ke luar negeri! Biar aja masalah kerjaan diurus sama pegawai-pegawai, Papa!"

"Ngga bisa gitu dong, sayang!"

"Pokoknya aku ga mau dia (sambil menunjuk Rana) jadi babbysitter-ku atau pun Papa pergi keluar kota! Kalau Papa tetep nekat liat aja pas Papa pulang, Papa cuma bakal liat jasadku aja!" Gildan langsung bangkit dari tempat duduknya dan berlalu menuju kamarnya, saat ia melewati sebuah guci mahal, tangannya dengan sengaja menjatuhkan guci mahal tersebut.

Prang

Guci mahal yang menghiasi rumah ini telah gugur kembali satu dan menambah rekor guci yang sudah dipecahkan oleh Gildan selama ini.

'Irene, maafin aku ya!' batin Pak Iskandar menyebut nama mendiang istrinya sambil mengusap wajahnya.

Kini Pak Iskandar menatap ke arahnya Rana, Rana yang ditatap oleh Pak Iskandar seperti itu semakin gelisah.

"Aku ngga akan mecat kamu, selama hasil kerja kamu bagus! Untuk masa percobaan pertama, selama aku pergi ke luar kota, kamu harus buat An An bisa makan 3 kali sehari, kalau kamu bisa menjalankan tugas ini dengan baik, kamu akan mendapatkan bonus-bonus yang aku janjikan dan kamu ngga akan dipecat dari pekerjaanmu" ucap Pak Iskandar

"Baik, Pak!" jawab Rana patuh

'Pantesan aja ngga ada yang mau jadi babbysitter buat Gildan, anak yang mau diurus aja udah bangkotan, udah ga pantes disebut anak-anak, selain itu kok Pak Iskandar kayak lagi neken aku ya! Ini mah namanya kerja dibawah tekanan. huwaaaaaa' batin Rana menangis

***