WebNovelKEI63.16%

CONFESSION

Hari ini aku berencana mengajaknya makan bareng di kantin. Termos miliknya aku isi dengan hot americano, berhubung cuma itu yang bisa aku isi kedalamnya.

"Kei, apaan tuh?" tanya Disa saat aku meletakan papper bag kecil berisi termos milik Tyo di mejanya.

"Kepoooo.." jawab ku mengejek.

Disa hanya geleng-geleng kepala. Tidak lama, Tyo akhirnya muncul bersamaan dengan sensei, guru jepang ku. Aku memasang senyum lebar untuk menyambutnya, yah, walaupun gak di respon.

"Tyo, itu termosnya." ucap ku berbisik.

Dia tidak merespon sama sekali.

"Tyo, nanti ke kantin bareng ya?" ucap ku lagi.

Dia masih juga tak merespon.

Aku mengeluarkan sticky notes, "Tiyoo" tulis ku. Sedikit berjinjit untuk menempelkannya di meja Tyo, tapi dia masih tidak merespon.

"Makasih ya tehnya." tulis ku lagi.

"Ke kantin bareng mau gak?" kali ini aku menarik lengan bajunya, tapi tetap saja tidak di respon.

Aku belum menyerah, tenang saja.

Saat bell istirahat berbunyi aku segera merapihkan buku-buku ku, berencana mengajak Tyo ke kantin lagi.

"Tyo," panggil ku, tapi dia segera bangkit dari tempat duduknya.

Aku menunduk lemas tak berdaya karena dikacangin abis-abisan. "Disa! Laperr." ucap ku pada Disa, setengah merengek.

"Lo kenapa Kei?" tanyanya bingung.

"Gapapa" ucap ku lalu menggandeng Disa menuju kantin.

Saat sampai kantin, aku melihat pemandangan yang sungguh sangat tidak bisa di percaya, si queen alay duduk berdua dengan Tyo. Sial!

Aku dan Disa duduk bersama teman-teman yang lain di belakang, masih kadang-kadang melirik mereka.

Apa aku punya salah? Kenapa dia kembali dingin. Aku kembali ke kelas dengan sejuta pertanyaan, ku lirik meja Tyo, tulisan ku masih menempel di tempat yang sama, tidak tersentuh.

Aku mengambil sticky notes ku dan menuliskan beberapa pertanyaan disana.

"Tyo, lo marah sama gue?"

"Tyo, gue ada salah ya?"

"Gue minta maaf deh kalo ada salah."

"Jangan marah lagi" lalu ku tempelkan pada mejanya.

Aku mencoba mengerti dia dengan segala tembok es yang menutupi hatinya, tapi ternyata sulit.

Saat di tengah-tengah pelajaran kedua, Tyo bangkit dari kursinya di tengah-tengah pelajaran, meminta izin pergi ke toilet. Tanpa pikir panjang aku ikut minta izin untuk ke toilet, tidak perlu waktu lama untuk ku menunggunya keluar dari toilet.

"Tyo, gue mau ngomong." ucap ku menghalangi jalannya, dia keliatan sangat kaget saat melihat ku.

"Apa?" tanyanya dingin.

"Lo kenapa sih sebenarnya?" tanya ku memberanikan diri.

"Gue yang seharusnya nanya, lo kenapa sih? Ngapain ngikutin gue?" matanya makin tajam menatap ku.

"Abis lo tiba-tiba diemin gue. Perasaan semua baik-baik aja kemaren, kenapa sekarang tiba-tiba aja gini. Lo ada masalah?"

"Ada, lo masalahnya, gue ga suka lo deket-deket gue!" aku tak bisa bernafas, kata-katanya begitu menyakiti ku. "Kenapa lo harus terus muncul di hadapan gue?" ucapnya lalu berjalan melewati ku.

"karena gue suka sama lo, dasar balok es!" ungkap ku menggeram, langkahnya terhenti.

"Gausah ngarang lo." jawabnya. Aku segera mengejarnya, berdiri tepat dihadapannya.

"Beneran."

"Kalo beneran suka sama gue, lo gak akan jalan sama cowok lain, di depan gue." aku terdiam mencoba mencerna ucapannya barusan. "Gue paling benci sama cewek yang suka sama banyak cowok." kini dia benar-benar pergi.

Aku terdiam mematung, masih tak percaya melihat serpihan hati ku berhamburan di lantai. Ini menyedihkan.