Park In Ho dan Kang Jae Han sedang menuruni tangga dan menuju ke lantai dasar. Dengan posisi In Ho menarik Jae Han, mereka berjalan menuju taman belakang sekolah. Sesampainya di taman belakang, In Ho langsung menghempaskan Jae Han ke dinding hingga menghasilkan suara debuman.
Setelah itu sebuah tinju dari In Ho melayang dan menuju wajah Jae Han. Untuk menghindarinya buru buru ia menutup matanya untuk bersiap siap akan rasa sakit yang mungkin sebentar lagi akan ia terima.
Sekali lagi suara debuman yang cukup keras terdengar di telinga Jae Han. Pelan pelan ia membuka mata dan menatap kearah tembok di belakangnya. Ternyata In Ho tidak memukulnya melainkan tembok yang menjadi tempat sandarannya.
"W-waeyo (k-kenapa) In Ho ya (panggilan kepada teman atau kerabat yang sudah akrab) ?"
"Wae (Kenapa), kau bilang?"
Sebelah tangan In Ho melayang kearah wajah Jae Han. Tapi, kali ini ia tinjunya benar benar mengenai wajah Jae Han. Membuat Jae Han terpelanting ke tanah. In Ho berjongkok untuk mensejajarkan tinggi mereka lalu berbisik.
"Jangan kau ganggu Yeon Joo. Dia itu milikku. Atau kau ingin aku sebarkan foto itu?" In Ho tersenyum licik setelah menyelesaikan perkataannya.
Foto itu, fotonya yang diam diam merokok saat sedang stres akibat ia sering dibully oleh teman temannya karena penampilannya yang ketinggalan zaman. Waktu itu ia sangat stres hingga akhirnya ia merokok. Ia sama sekali tidak menyangka kalau In Ho memotretnya dan masih menyimpan foto itu. 'Aish.'
Dengan merangkak, Jae Han mendekati kaki In Ho dan berlutut memohon pada In Ho agar tidak menyebar luaskan foto itu. Jae Han takut ketika Eomma(Ibu)nya melihat itu akan membuatnya terkena serangan jantung.
"Mianhae (Maafkan aku) In Ho ya, aku berjanji akan menjauhi Yeon Joo."
In Ho tersenyum puas dan membantu Jae Han berdiri. Dibawanya Jae Han ke ruang kesehatan untuk mengobati luka kecil disudut bibir akibat tinju yang ia dapatkan dari In Ho.
***
Saat jam istirahat makan siang, In Ho dan Jae Han kembali ke dalam kelas. Wajah tampan milik Jae Han lerlihat sedikit membiru dan membuat semua orang dalam kelas heran dan bertanya tanya. Yeon Joo yang melihat itu pun merasa cemas pada Jae Han.
In Ho yang sedang berjalan bersama Jae Han merasa Yeon Joo sedang mencemaskan dirinya. Jadi ia pun segera berpura pura mengangkat tanggannya dan menaruhnya dipudak Jae Han.
"Aigoo (Astaga) Jae Han-a(panggilan akrab, sama seperti ya), sebaiknya kau beristirahat saja dibawah."
"Ada apa dengan Jae Han?"
Yeon Joo tepat dihadapan mereka sambil memperhatikan Jae Han. In Ho mendekat ke telinga Jae Han dan berbisik sangat pelan. Sesudah itu, Jae Han tersenyum kaku kearah Yeon Joo.
"Ah, dia. Tadi aku tidak sengaja terjatuh tapi sudah tidak apa apa karena In Ho sudah membawaku ke ruang kesehatan."
"Jinjja (Benarkah)?"
Jae Han mengangguk untuk menjawab pertanyaan Yeon Joo. Sekali lagi Jae Han harus berbohong, meskipun sebenarnya ia tidak ingin melakukan itu.
Setelah itu Yeon Joo malah membantu Jae Han untuk kembali ke tempat duduknya, tanpa menghiraukan In Ho. Matanya memerah dan tangannya mengepal berusaha menahan amarah.
Tiba tiba saja ponselnya bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk. Ia segera membaca pesan itu yang ternyata dari So Hee. Saat In Ho selesai membaca pesan itu, ia segera menatap So Hee dengan pandangan berterimakasih.
Pada saat jam pulang sekolah, mereka masing masing membereskan tasnya. Tapi ada yang aneh dengan Oh So Hee. Ia membolah balikkan tasnya, memeriksa resleting demi resleting yang ada di tasnya. Lalu ia pun memeriksa laci mejanya tetapi ia tidak menemukan benda yang dicarinya membuat Han Yeon Joo, yang duduk disebelahnya jadi ikut penasaran.
"Apa yang sedang kau cari?"
So Hee segera menatap Yeon Joo dengan tatapan meminta tolong agar ia dibantu.
"Dompet milikku, dompet milikku hilang. Apa kau melihatnya Yeon Joo?"
Tepat pada saat So Hee sedang berbicara dengan Yeon Joo tidak sengaja Jae Han mendengar omongan So Hee.
"So Hee, apakah dompetmu hilang?" tanya Jae Han
"Eo (Iya). Kau melihatnya?"
Jae Han pun menggeleng perlahan. "Cari dulu, siapa tau kau lupa menaruhnya."
"Aku sudah mencarinya kemana mana tetap tidak ada. Bagaimana ini? Kartu apartemenku ada dalam dompet itu."
"Tenang So Hee, pasti kita temukan dompetmu itu." ujar Jae Han menenangkat So Hee.
Dari kejauhan In Ho sedang melihat kearah mereka. 'Akting So Hee cukup bagus. Cocok menjadi aktris. Saatnya aku menjadi pahlawan bagi Yeon Joo.'
"Perhatian teman teman. Teman kita, So Hee baru saja kehilangan dompetnya. Jangan ada satu orang yang pulang dulu sebelum memperlihatkan isi tasnya!" Jae Han berteriak dengan lantang membuat hampir semua murid di kelas itu mendesah malas.
Satu persatu tas mereka di periksa oleh Jae Han. Tapi ia belum juga menemukan dompet milik So Hee. Sekarang giliran tas Yeon Joo yang diperiksa. Tiba tiba Jae Han mengeluarkan sebuah dompet berwarna jingga. Langsung saja So Hee mengenali dan merebut dompet itu dari tangan Jae Han.
"Ini dompet milikku!"
Yeon Joo terkejut karena secara tidak langsung Yeon Joo adalah orang yang mengambil barang milik So Hee. Suara bisik bisik mulai terdengar dalam ruangan itu. Jae Han menatap Yeon Joo dengan kecewa. 'Kenapa kau melakukan Ini Yeon Joo? Saat aku mulai menyukai dirimu?'
Tiba tiba terdengar suara meja digebrak. Semua orang melihat dari mana suara itu berasal. Ternyata suara itu berasal dari bangku paling ujung, tempat duduk Park In Ho.
"Darimana kalian semua tau kalau Yeon Joo adalah pelakunya?"
In Ho berjalan mendekati meja Yeon Joo dan So Hee sambil membawa tas dipundak dan tertawa terkekeh.
"Apakah kalian sadar kalau tas So Hee dan Yeon Joo itu sama?"
Terdengar suara bisik bisik yang semakin riuh.
"Dugaan kalian kali ini benar dan aku menjadi saksinya. Aku melihat So Hee megambil ytas yang salah saat Yeon Joo pergi ke toilet."
Seketika In Ho menggengam dan menarik tangan Yeon Joo untuk pergi keluar dari kelas. Membiarkan So Hee, Jae Han dan teman teman lainnya yang sedang merenungi perbuatan mereka.
Sesampainya Yeon Joo dan In Ho di halte bus, In Ho segera melepaskan pegangan tangan Yeon Joo dan berpura pura sedang menunggu bus.
"Kamsamida (Terimakasih), kau telah menolongku tadi."
"Sama sama." kata In Ho sambil tersenyum manis kearah Yeon Joo.
"Ngomong ngomong kita belum berkenalan secara resmi. Perkenalkan aku Han Yeon Joo. Kau?"
Yeon Joo mengulurkan tangannya kearah In Ho. In Ho langsung menyambut uluran tangan Yeon Joo sambil tersenyum, kali ini lebih manis.
"Park In Ho. Senang berkenalan denganmu. "
Keduanya pun sama sama tertawa akan perkataan mereka barusan. Sampai pada akhirnya bus datang dan mereka menaiki bus pun itu untuk pulang.
***
Yeon Joo bertukar tempat duduk lagi dengan temannya yang duduk disebelah In Ho. Hubungan Yeon Joo juga semakin akrab dengan In Ho, seperti makan bersama saat istirahat dan mengerjakan tugas bersama. Apapun selalu dilakukan bersama. Sampai sampai semua anak di kelas mereka mengira mereka berpacaran.
Dimana ada In Ho di situ pasti ada Yeon Joo. Mereka itu diibaratkan seperti perangko dan surat. Suatu malam, In Ho sedang mengerjakan tugas di kamarnya. Tiba tiba ponselnya berdering dan diangkatnya tanpa melihat siapa yang meneleponnya malam malam begini.
"Yoboseo (Halo)?"
"[In Ho ya. Besok malam, kau ada waktu?]"
"Mianhae. Ini siapa?"
"[Ya, Park In Ho! Kau mau mati huh?]"
Bukannya takut tapi In Ho malah tertawa terbahak bahak. Mau tidak mau suara tawa In Ho membuat Yeon Joo tersenyum. In Ho langsung menaruh alat tulisnya dan menaruhnya dan lebih memfokuskan diri pada talepon dari Yeon Joo.
"Ada, waeyo (kenapa)?"
"[Bagus. Bessok sepulang sekolah kita pergi ke Namsan untuk melihat bintang jatuh.]"
"Araseo (Baiklah)."
Setelah itu Yeon Joo memutus sambungan telepon itu dan melihat kearah jam dinding. Jam menunjukkan jam 11.30 malam. Ia segera menuju kamar mandi untuk menyikat giginya.
Keesokan harinya di sekolah, Yeon Joo terlihat sangat antusias begitu juga dengan In Ho. Mereka tidak sabar ingin cepat cepat pulang. Tapi seperti kata pepatah, jam kalau ditunggu semakin lama.
Yeon Joo melihat jam yang melingkar manis dipergelangan tangannya. 'Aigoo. Masih jam 3 sore kapan ini biaa berlalu?' Dilihatnya In Ho yang duduk disebelahnya. In Ho masih fokus pada pelajaran yang dijelaskan Baek sonsengnim. Yeon Joo pun menghela nafas dan tiba tiba saja ia memiliki ide gila di kepalanya. Ia pun langsung berbisik ke telinga In Ho.
"In Ho ya, bagaimana kalau kita bolos saja sekarang?"
In Ho yang mendengar itu langsung tertarik dan ia langsung tertarik. Detik berikutnya ia malah terdiam dan bukannya ikut membereskan tasnya.
"Sebaiknya kita menunggu sampai pelajaran benar benar berakhir."
Wajah Yeon Joo yang tadinya cerah, seketika langsung berubah muruh.
"Kita tidak boleh malas. Ingat, kita sudah kelas 3."
Yeon Joo pun mau tidak mau menuruti perintah In Ho. Ia hanya bisa cemberut kesal.
Akhirnya bel pulang sekolah berdering, Yeon Joo segera keluar kelas karena ia masih sebal karena In Ho tidak mau mengikuti perkataannya.
"Yeon Joo tunggu aku! Yeon Joo ya..."
Tapi Yeon Joo tetap tidak menghiraukan perkataan In Ho. Dengan kecepatan kilat, In Ho segerah membereskan barang barangnya dan setelah selesai ia pun langsung mengejar Yeon Joo yang hampir menuruni tangga.
Pada saat Yeon Joo ingin menginjak anak tangga pertama, sebelah tangannya ditarik oleh In Ho. Hal itu membuat Yeon Joo terkejut.
"Han Yeon Joo tunggu aku. Kau marah karena aku tidak mengikuti kemauan mu?"
Yeon Joo berpura pura memasang tampang sebal.
"Yeon Joo, sudah berapa kali aku peringatkan kalau kita dilarang membolos! Kal-"
Omongan In Ho terhenti akibat pecahnya tawa Yoon Ju. In Ho pun dibuatnya binggung. 'Apa ada yang lucu dari perkataan ku?'
Melihat ekspresi bingung dari sahabatnya, membuat Yeon Joo semakin keras tertawa. In Ho menyentuh kening Yeon Joo.
"Ya, Park In Ho kau lucu sekali! Aku tidak marah. Aku hanya ingin cepat sampai disana dan melihat bintang jatuh."
In Ho yang mendengar itu langsung terdiam dan menatap Yeon Joo. 'Jadi aku sudah salah paham? Benar benar kau Han Yeon Joo.' Detik berikutnya Yeon Joo berlari karena dikejar oleh In Ho yan marah.
Beberapa saat kemudian, mereka berdua telah sampai di daerah Namsan untuk melihat bintang jatuh. Mereka sengaja tidak melihat dari atas menara karena di sana telah dipadati banyak orang yang juga akan melihat bintang jatuh.
"Kita duduk disini saja, In Ho ya (panggilan akrab)."
In Ho pun menuruti keinginan Yeon Joo. Tidak lama kemudian, bintang di langit pun mulai berjatuhan. Yeon Joo pun segera menutup matnya dan membuat permohonan.
'Bersabarlah sebentar lagi, akan aku pastikan kau menjadi milikku.'
Merasa dirinya sedang diperhatikan, Yeon Joo membuka kedua matanya dan menatap balik orang yang kini sedang menatapnya.
"Kau tidak membuat permohonan?"
In Ho tesenyum dan menjawab, "Kau sendiri?"
"Sudah. In Ho ya, apa cita citamu?"
"Rahasia.''
Ketika Yeon Joo baru ingin menanggapi ucapan In Ho, ia pun segera bangun dari duduknya dan berjalan pergi. Untuk beberapa saat Yeon Joo terdiam.
"Aku ingin menjadi gitaris terkenal, maukah kau menjadi menejerku nanti?"
Mendengar hal itu membuat In Ho berbalik seraya tersenyum.
"Tentu saja."
***
Happy reading guys ❤