Bagian 3

Cerita sebelumnya: Andro menjadi pengojek motor untuk menghidupi istri dan anak balitanya setelah perusahaan tempatnya bekerja ditutup. Kemudian dia berkenalan dengan Rizal, pelanggan setianya yang tiap malam diantar hingga ke rumah. Belakangan Rizal mengakui kalau dirinya seorang gay dan memiliki pacar yang berperilaku kasar. Merasa simpati, Andro mencoba meyakinkan Rizal untuk berhati-hati. Suatu hari, Andro menyelamatkan Rizal dari pertengkaran dengan pacarnya. Malam itu juga pertamakalinya Andro membiarkan dirinya diservis oral oleh Rizal. Bagaimana perasaan Andro selanjutnya?

Follow IG: @bangremy

HARI sudah terang, dan Andro belum bisa menutup mata sejak semalam. Rizal belum bangun. Hari Sabtu ini dia tidak pergi ke kantor. Masih terasa pada batang kemaluannya sensasi kuluman, isapan dan jilatan Rizal semalam. Yang membuat Andro merasa bersalah adalah, dia menikmatinya. Mungkin rasa bersalahnya tidak akan sebesar itu jika yang memberikan seks oral padanya adalah seorang wanita, misalnya. Tapi semalam dia menikmati rangsangan Rizal. Sampai keluar. Apakah sekarang dia menjadi seorang homo? pikir Andro.

Andro lalu bangkit dan menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan berganti pakaian. Dia sengaja tidak mandi karena ingin cepat-cepat pergi dari rumah Rizal. Perasaannya masih kacau. Saat dia mengenakan celana jeansnya, Rizal terbangun.

"Mau langsung pulang bang?" tanyanya sambil mengusap mata.

"Iya, Zal.." jawab Andro singkat.

"Enggak ngopi dulu bang? sarapan dulu. Saya buatin nasi goreng." tawar Rizal sambil berusaha turun dari ranjang.

Andro menggeleng. Dia menyambar jaketnya. "Enggak usah, Zal. Abang pulang dulu..." pamitnya terburu-buru.

Rizal terdiam. Dia hanya memandangi Andro yang keluar kamar. Tak lama terdengar bunyi motor dinyalakan dan suaranya makin menjauh. Rizal melihat kepergian Andro dari balik jendela kamarnya.

Pikiran Andro melayang kemana-mana saat berkendara. Dia yang membanggakan diri sebagai suami setia, kini terjerumus pada perselingkuhan. Dengan lelaki pula.

"Kalau dengan lelaki, tidak dihitung selingkuh, kan?" Pikirnya mencoba mengurangi rasa bersalah.

"Anggap aja berbaik hati sama homo. Homo yang doyan kon***. Dia yang mau kan? Ga ada yang minta tanggung jawab pula. Apalagi sampai hamil. Dibayar juga enggak..." pikiran Andro melantur sambil mencari pembenaran.

Saat tiba di rumah, istri dan anaknya belum datang. Andro masuk ke rumah dan melihat beberapa tumpuk cucian kotor yang mustinya dikerjakan pagi ini.

"Eh, bang Andro baru pulang ya? Itu tadi Ibu Bachtiar ada titip cucian.." sahut Ibu Siti tetangga rumahnya. Dia muncul di pagar sambil menunjuk ke arah sebuah keranjang di atas meja kayu.

Andro terkejut dan salah tingkah.

"I.. iya.. semalam saya nonton bola di pangkalan . Terus keasikan ngobrol sampe ketiduran.." jelas Andro cengengesan berusaha mencari alasan.

Ibu Siti menatapnya bingung. Dia sebenarnya tidak perlu penjelasan apapun dari Andro. "Oh.. gitu ya bang.." katanya sambil keluar dari teras Andro.

"Erm.. makasih ya..." sahut Andro masih salah tingkah.

Malam hari ketika malam tiba, Andro memutuskan untuk tidak mengojek. Dia menyibukkan diri bermain dengan anaknya dengan harapan bayangan perselingkuhannya dengan Rizal dapat lenyap. Namun hal itu ternyata sangat sulit.

Setelah anaknya tidur, Andro berusaha bermesraan dengan istrinya. Karena rasa bersalah, dia memperlakukan istrinya dengan sangat mesra. Menggodanya untuk berhubungan intim. Dikecupnya payudara istrinya lebih dari biasanya seolah menegaskan dia masih menyukai dan bernafsu pada dua bungkahan yang hanya dimiliki wanita sejati itu.

Istri Andro menikmati cumbuan suaminya. Mungkin dia berpikir dia meninggalkan suaminya pergi ke rumah orangtuanya sebelum memberi nafkah batin padanya. Kalau dihitung hitung berarti sudah berhari-hari. Itu sebabnya dia tidak curiga suaminya begitu bernafsu malam ini.

"Mm.. abang... tapi aku lagi halangan.. maaf yah..." sesal istrinya.

Andro tampak kecewa. Dia sebenarnya juga tak ingin memaksa, namun malam itu dia hendak membuktikan dirinya masih tertarik dengan wanita.

Istri Andro kemudian mulai berinisiatif mengulum batang Andro. Dia bukannya tidak pernah memberikan servis oral pada Andro. Awal-awal pernikahan mereka kadang bereksperimen dengan segala posisi berhubungan intim. Lama kelamaan, Andro tidak tega meminta istrinya memberikan sek* oral. Mungkin karena sensasinya biasa saja. Tidak seperti yang dia bayangkan saat menonton film biru. Dan ketika Andro sudah merasakan kuluman Rizal beberapa waktu lalu, yang penuh semangat dan sepenuh hati, lantas membandingkan dengan kuluman istrinya yang rasanya seperti sedang menunaikan kewajiban, Andro langsung meraih tubuh istrinya dan memeluknya. Memintanya dengan bahasa tubuh agar menghentikan aksinya.

Istri Andro merasa menyesal tak bisa menyenangkan suaminya malam itu, dia hanya terdiam dalam pelukan suaminya yang tertidur.

Hari kerja sudah dimulai kembali. Rutinitas menjemput Rizal juga kembali dilakoni Andro. Tiga hari pertama Andro mencoba bersikap biasa karena Rizal sepertinya juga bersikap sangat biasa seolah tak terjadi apa-apa akhir pekan lalu. Andro merasa, mungkin bagi Rizal mengisap kont*l laki-laki itu bukan hal besar. Berpikir seperti itu membuat Andro menjadi marah, karena baginya pengalaman itu sulit dilupakan.

"Diem aja bang?" Tanya Rizal di boncengan sambil tetap merangkul pinggang Andro.

"Hmm..." Andro hanya bergumam. Dia tiba-tiba mengencangkan gas hingga Rizal terlompat dan memeluk Andro lebih keras.

Sesampainya di rumah Rizal, Andro menghentikan motornya hingga berdecit. Kepala Rizal terantuk pada helm Andro.

"Abang kenapa, sih?" Tanya Rizal gusar. Dia cepat-cepat turun dari motor dan mengeluarkan selembar uang untuk membayar ongkos.

"Gak usah..." ujar Andro ketus.

"Sejak kapan ada perjanjian jemput antar gratis?" Sahut Rizal tak mau kalah. Dia menjejalkan uang itu ke kantung jaket Andro

Andro berdecak kesal dan meraih tangan Rizal. Dia Mencengkeram pergelangan tangan Rizal berusaha mengeluarkan tangan itu dari sakunya.

"Abang marah sama kejadian itu? Maaf bang.. Rizal minta maaf kalau udah berani lancang. Tapi abang juga enggak nolak kan?"

Andro melotot. "Homo kalau ngegarap kontol udah biasa kali ya? Udah gitu kayak enggak terjadi apa-apa.." hinanya.

Rizal menjadi geram. Dia mendorong keras bahu Andro dengan wajah memerah. "Jangan kurang ajar kamu, bang! Paginya abang pergi begitu aja. Buat saya itu pernyataan bahwa yang terjadi malam itu cukup buat malam itu aja. Saya juga tahu abang punya keluarga. Gak masalah kalau kita berdua lupain hal itu kan?"

Wajah Andro memerah. Dia menyadari kesalahannya. Justru sikapnyalah yang aneh. Seolah-olah dia tidak bisa melupakan itu. Padahal seharusnya dia berlaku biasa saja melanjutkan hidupnya menjadi pria "lurus" kembali.

"Jadi sama sekali enggak berarti buat kamu Zal? Yasudah.. abang juga... kita lupain aja kejadian itu." sahut Andro.

Rizal memalingkan wajahnya. Bibirnya terkatup rapat dan matanya berkaca-kaca.

"Enggak bang.. saya susah lupain. Terus terang saya kagum sama abang.. tapi abang udah saya anggap kakak sendiri walau..."

"Walau kenapa?" Tanya Andro sambil mendekati Rizal.

"Walau.. tetap rasanya seperti mimpi. Bisa ngerasain kontol abang.. saya masih bisa ingat kentalnya... rasanya di lidah..." lanjut Rizal.

Ucapan Rizal entah mengapa membuat Andro bergairah. Ditatapnya Rizal. Tanpa sadar jarinya mengusap bibir Rizal. Seolah-olah merindukan betapa mulut itu memberikan kenikmatan tak terlupakan pada Andro. Rizal mengecup jari Andro saat dia mengusap bibirnya.

"Abang juga.. ehm..masih ga bisa lupain.." balas Andro malu-malu.

Rizal memberikan isyarat supaya Andro diam. Dia meraih telapak tangan Andro dan menuntunnya masuk ke dalam rumah.

Andro menurut walau masih canggung, ketika Rizal menyuruhnya duduk di sofa. Dia merasakan batangnya sudah mulai mengeras. Jantungnya berdebar keras. Sekali lagi dia akan membiarkan seorang pria menggarap k0ntolnya. Perasaan dan luapan libido yang sudah lama tidak dia rasakan. Rasanya seperti saat-saat sebelum menikah resmi, mencari-cari kesempatan untuk bermesraan walau masih terlarang. Tabu yang malah memacu adrenalin mengalir deras.

Rizal melepas kemeja kerjanya dan juga celananya di hadapan Andro. Nafas Andro memburu menyaksikan Rizal berlutut di antara kedua pahanya.

Andro sudah merasa tak sabar menunggu Rizal mengulum kontolnya. Tapi momen seperti ini bagi Rizal adalah momen langka. Sebisa mungkin dia menunda dan menggoda Andro. Rizal menggenggam batang Andro yang mulai tegak mengeras. Mengendusnya sambil memejamkan mata menikmati aroma kejantanannya. Kemudian Rizal menjulurkan lidahnya dan dengan ujungnya dia mengusap kulit berurat batang Andro dari pangkal sampai nyaris ujungnya.

Andro mendesis tertahan. Pahanya menegang. Dia menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Rizal mencucup kepala kontol Andro dengan bibirnya. Dia membiarkan sedikit liurnya mengalir ke bawah pada batang Andro.

Inspirasi muncul di kepala Andro. Dia tahu bagaimana Rizal yang gay dan mengagumi tubuh kekarnya akan bergairah jika Andro memberikan sebuah penyemangat dengan cara membuka kausnya. Giliran Andro menggoda Rizal sambil menyunggingkan senyum dengan cara mengekspos tubuh kekar berototnya. Diletakkan kedua telapak tangannya di belakang kepala sehingga ketiaknya yang ditumbuhi rambut rapi terlihat jelas menggoda. Tonjolan bisepsnya dan deretan sixpacks pada perutnya pun semakin terlihat jelas.

Rizal terkesiap melihat pemandangan indah di hadapannya. Benar saja. Dia langsung melahap batang Andro penuh semangat. Andro menggeram. Sekali lagi dia merasakan sensasi nikmat servis oral yang terasa berbeda. Penuh semangat, dedikasi, gairah untuk memuaskannya namun juga ikut menikmati. Bukan karena kewajiban semata dalam rasa keterpaksaan.

Andro masih menolak saat Rizal mencoba meraba dada dan putingnya. Andro beberapa kali menepis telapak tangan Rizal dari tempat yang tidak seharusnya dia sentuh. Tapi Andro membiarkan jemari Rizal memainkan kedua zakarnya. Hingga akhirnya Andro tak kuasa menahan rasa nikmat yang diberikan Rizal. Dia menutup wajahnya. Perutnya menegang saat dia sampai pada puncak orgasme dan memancarkan cairan spermanya berkali kali di dalam mulut Rizal sambil menggeram.

Nikmat bercampur ngilu terasa pada batang Andro dan secara reflek dia hendak mengangkat kepala Rizal agar dia berhenti mengulum batangnya yang menjadi terasa sensitif. Namun Rizal menjerit tertahan sambil menolak melepaskan batang Andro dan tetap mengulumnya.

"Brengsek!" Maki Andro. Tapi dia Pasrah sambil menggeliat menahan rasa nikmat bercampur sensitif pada batangnya saat dia melihat Rizal mengocok batangnya sendiri meraih orgasmenya sambil mulutnya terus mengisap batang Andro dengan mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

"Aaaarggh..." erang Andro tak tahan saat isapan Rizal menjadi sangat kuat ketika Rizal dalam puncak birahi dan memuntahkan cairan kentalnya. Rizal terkulai lemas sambil terengah-engah. Dia akhirnya melepaskan batang Andro yang sudah melembek namun tetap basah itu dari mulutnya. Matanya sayu dan wajahhya memerah lembab oleh keringat. Sementara itu bibirnya basah oleh liur bercampur sperma Andro.

Entah kenapa Andro terbahak-bahak. Dia menutup wajahnya sambil bersandar ke sofa.

"Apa yang lucu, bang?" Tanya Rizal sambil berusaha bangkit dan mengelap bagian tubuhnya yang terkena ceceran spermanya.

"Kamu ganas juga ya, Zal?" Kekeh Andro.

"Tapi puas kan?" Goda Rizal sambil mengelap wajahnya dengan kaus.

Andro tak menjawab. Dia menatap Rizal serius. Tiba-tiba dia bangkit dan mendekati Rizal. Dikecupnya pipi Rizal hingga pemuda itu terdiam.

Tak lama Andro menjadi salah tingkah. Dia berdeham lalu berkata.

"Ehm.. abang pinjem kamar mandinya ya, buat bersih-bersih."

Rizal mengangguk.

Keduanya kemudian berpisah tanpa banyak bicara. Tapi Andro merasa, hubungan seperti ini akan dia lakukan lagi nanti. Tentu saja tidak setiap hari. Karena dia harus berbagi libido dengan istrinya yang sah. Oleh karena itu, walaupun dia sangat menginginkan servis oral dari Rizal hampir tiap malam, Andro memilih untuk tidak melakukannya walau Rizal memberi kode bersedia memberikan kenang-kenangan setiap kali Andro selesai mengantarnya sampai ke rumah.

"Nanti aja ya? Mau kasih jatah istri.." tolak Andro terkekeh sambil menepuk pipi Rizal dan berpamitan malam itu setelah selesai menunaikan tugas mengantar Rizal.

"Oke bang.. hmm.. gagal lagi malam ini minum protein. Hehe.." goda Rizal agak kecewa.

Andro terbahak. Dia sebenarnya akan memberi kejutan besok pagi di hari Sabtu. Seperti biasa istrinya tahu jika Andro dan Rizal akan berangkat ke pusat kebugaran bersama setiap hari itu. Oleh karena itu, Andro berharap waktu itu dimanfaatkan olehnya untuk bersenang-senang dengan Rizal sebelum berolah raga.

Dengan hati senang penuh harap dan membayangkan k0ntolnya dihisap oleh Rizal, Andro mengendarai motornya sambil tersenyum sepanjang jalan. Setibanya di rumah Rizal, dia melihat mobil yang dikenalnya terparkir di halaman. Andro mengurungkan niatnya untuk masuk dan memilih berhenti agak jauh dari rumah Rizal. Betapa terkejut dan kecewanya Andro melihat Rizal keluar bersama Fadli, laki-laki yang pernah diakui Rizal sebagai kekasihnya yang sering menyakitinya.

Rizal tampak tersenyum melepas kepergian Fadli. Andro geram karena seharusnya laki-laki itu tak boleh mendekati Rizal lagi setelah diancamnya.

Andro menunggu hingga Fadli pergi dan tak sabar ingin mendengar penjelasan dari Rizal.

-bersambung-