Cerita sebelumnya: Andro menjadi pengojek motor untuk menghidupi istri dan anak balitanya setelah perusahaan tempatnya bekerja ditutup. Kemudian dia berkenalan dengan Rizal, pelanggan setianya yang tiap malam diantar hingga ke rumah. Belakangan Rizal mengakui kalau dirinya seorang gay dan memiliki pacar yang berperilaku kasar. Merasa simpati, Andro mencoba meyakinkan Rizal untuk berhati-hati. Suatu hari, Andro menyelamatkan Rizal dari pertengkaran dengan pacarnya. Malam itu juga pertamakalinya Andro membiarkan dirinya diservis oral oleh Rizal. Saat hubungan mutual mereka berlanjut, Andro mendapati kenyataan bahwa Rizal masih menemui kekasihnya yang suka memukul itu.
Follow IG @bangremy
BEGITU Rizal menutup pintu rumahnya, Andro menjalankan motornya dan masuk ke pekarangan rumah Rizal. Buru-buru dia turun dari motor dan langsung bergegas ke pintu dan menggedornya.
Tak lama Rizal membuka pintu. "Eh, Bang Andro.. udah mau jalan ya ke tempat fitness? Saya mandi dulu ya bentar.." ujar Rizal tanpa merasa bersalah.
"Mandi wajib?" tanya Andro.
"Wajib apa?" Rizal balik bertanya.
Kesal, Andro menggebrak daun pintu hingga Rizal terlonjak kaget.
"Kenapa, Bang?"
"Kamu masih ketemu sama orang itu?" selidik Andro.
Rizal salah tingkah. Matanya menghindari sorot mata Andro.
"Dia datang pagi-pagi buta buat minta maaf.. kami enggak ngapa-ngapain," jelasnya.
"Apa dia datang memohon-mohon sambil nangis bilang menyesal?" selidik Andro lagi. Dia melangkah mendekati Rizal yang sebaliknya, mundur menjauhi Andro.
"Enggak, bang. Dia bilang enggak mau putusin pertemanan. Kalau ada apa-apa, dia masih bersedia bantu saya apapun."
"Itu yang kamu harus paham! Orang-orang sakit jiwa yang suka menyiksa macam dia paling bisa berbohong! Mereka punya mulut manis. Senjatanya tangisan biar bisa luluh dan dimaafkan. Cepat atau lambat, dia akan mulai main kasar lagi!"
Rizal terdiam.
"Tapi dia kelihatannya tulus, Bang..." bela Rizal.
"Jangan ketemu dia lagi." ujar Andro sambil memegang lengan Rizal.
Awalnya Rizal terlihat ragu dan tak tahu harus berbuat apa. Tapi dia kemudian malah marah.
"Abang enggak berhak ngatur-ngatur saya! saya akan tetap pada penilaian saya, bang.."
"Kamu ini kenapa sih? enggak bisa dibilangin?" kata Andro geram.
"Abang enggak ngerti. Orang kayak saya itu susah cari pasangan. Kalau ada yang sayang dan perhatian sama saya, saya akan terima dia..."
"Walau orangnya suka mukul?" cecar Andro.
"Kalau menurut dia saya pantas dipukul..."
"Kamu ini.." ucapan Andro tertahan. Tangannya tanpa sadar sudah melayang di udara bersiap hendak memukul Rizal namun tertahan.
"Oh.. Sekarang giliran Abang yang mau ikutan mukul saya?" sindir Rizal dingin.
Andro terduduk sambil menutup wajah dengan telapak tangan.
Hati Rizal melunak. Dia menghampiri Andro dan menyentuh bahunya.
"Bang..." panggil Rizal.
Andro tak menyahut.
"Bang.. Rizal seneng punya temen kayak abang. Serasa punya kakak laki-laki yang bisa ngelindungin..."
"Jujur bang, Rizal tertarik sama abang. Homo mana yang gak bakal tertarik? Abang ganteng, gagah, jantan.. badannya bagus, sama... ehm.. itunya juga gede..." ujar Rizal tersipu.
Andro melirik Rizal salah tingkah.
"Tapi bang, saya tahu diri. Abang bukan gay. Sudah berkeluarga juga. Dikasih kesempatan buat muasin abang aja saya udah bahagia banget. Tapi.. yang seperti itu bukan hal romantis bang. Sama aja kayak onani. Setelah crot, lega.. dan saya sama sekali enggak keberatan muasin abang. Saya suka, abang juga suka. Tapi saya juga butuh ngerasain lebih dari itu. Perasaan dipedulikan, disayang sama pacar.." ujar Rizal sambil bangkit menjauhi Andro.
Tanpa disangka oleh Rizal, Andro ikut bangkit dari duduk dan mendekati Rizal. "Jadi maksud Rizal, bukan karena status abang yang sudah berkeluarga..?" tanya Andro yang tepat berdiri di belakang Rizal.
Rizal menggeleng dan terkekeh ringan. "Enggak bang, bukan itu. Seandainya sama yang beristri juga saya rela berbagi suami," candanya.
Andro tidak bereaksi dengan candaan Rizal. Dia malah semakin merapat pada punggung Rizal sehingga pemuda itu menjadi salah tingkah. Dia membalik badannya dan mendapati wajah Andro memandangnya sayu dan serius.
Dengan suara pelan, Andro mengusap kepala Rizal. Jantung Rizal makin berdegup kencang.
"Kalau abang minta kamu.. supaya jauh-jauh dari pacar kamu itu, kamu mau?" tanya Andro.
"Emm.. bang..." Rizal tak bisa menjawab. Masih salah tingkah.
"Ajarin abang caranya, Zal.. Kamu.. contohin abang, lalu abang akan lakukan hal yang sama ke kamu..." lanjut Andro lagi. Suaranya yang dalam dan berat membuat Rizal meleleh.
Kemudian Andro memejamkan matanya. Wajahnya dia majukan sedikit sambil mengatupkan bibirnya. Seperti menunggu.
Rizal awalnya ragu, namun dia memberanikan diri mendekatkan bibirnya pada wajah Andro dan mulai mengecupnya. Awalnya Andro terkesiap dan sedikit menolak bibir Rizal saat menyentuh bibirnya. Tapi kemudian Andro menguasai dirinya sambil tetap memejamkan mata.
Dengan lembut Rizal memberikan ciuman pada Andro dan Andro membalas ciuman itu. Setelah beberapa saat. Andro membuka matanya. Wajahnya seperti menyiratkan antusiasme bahwa pengalaman barunya cukup mendebarkan. Dia lalu mendekati bibir Rizal dan menciumnya berusaha mengikuti gerakan yang dicontohkan Rizal.
Kemudian Andro kembali memejamkan matanya dan berkata, "Ayo ajarin lagi yang lain.."
Rizal sekarang lebih berani. Dia kemudian mencium bibir Andro dan menyelipkan lidahnya ke dalam mulut Andro. Andro, masih memejamkan mata, mengikuti permainan Rizal dan membiarkan lidah Rizal bermain di dalam lidahnya. Mempelajari gerakannya. Sesuatu yang sebenarnya Andro sering lakukan ketika mencumbu istrinya. Hanya saja bedanya, sekarang dia membiarkan lidah laki-laki bergumul dengan lidahnya.
Andro membuka matanya. Cumbuan Rizal dibalasnya dengan lebih panas. Keberanian sudah muncul dari Andro yang sedikit demi sedikit mulai terbiasa bercumbu dengan pria. Timbul perasaan bahwa rasanya sama nikmatnya ketika mencumbu Rizal atau istrinya. Mendapat cumbuan panas, membuat Rizal melenguh kecil dan tubuhnya terasa lemas. Wajahnya memerah. Tak menyangka bahwa laki-laki yang dia kagumi akhirnya mau bermesraan dengannya.
Andro kemudian melepas kausnya. "Ayo yang lain, Zal.." tantangnya. Aliran darah Rizal terasa semakin cepat melihat tubuh kekar berotot Andro. Rizal yakin, istri Andro tidak pernah mencumbu bagian puting suaminya itu, setelah dia pernah mencoba untuk merabanya dan ditepis oleh Andro. Rizal langsung bergerak menunduk dan mengulum puting Andro. Benar saja. Kembali Rizal merasakan penolakan Andro. Dia menggeram sambil memegangi kepala Rizal mencoba menjauhkan putingnya dari mulut Rizal. Tapi Rizal tak menyerah. Andropun berusaha lebih pasrah menerima cumbuan Rizal. Kembali dirinya memejamkan mata sambil sesekali meringis. Lama-kelamaan Andro berhasil menikmati kuluman mulut Rizal pada kedua putingnya bergantian. Rasanya enak juga. Andro menggumam sambil mengangkat lengannya ke atas dan meletakkan telapak tangannya di belakang kepala sehingga ketiaknya yang ditumbuhi bulu rapi itu kembali terkespos menggoda.
Kesempatan itu tak disia-siakan Rizal. Dia membenamkan wajahnya pada ketiak Andro dan menghirup aroma cologne khas pria yang bercampur bau alami tubuhnya. Andro menggeram nyaris berteriak, tapi kembali dia menguasai diri. Tak tahu apakah dia harus melakukan itu juga pada Rizal nantinya. Selama ini walaupun ketiak istrinya mulus dan menggoda, Andro tak pernah mencumbu bagian itu.
Kini giliran Andro. Dibantunya Rizal melepas kausnya. Bagaimanapun mulusnya tubuh langsing berisi milik Rizal, tetap saja anatomi bagian dadanya berbeda dengan perempuan. Andro menyukai payudara wanita dan mencumbunya sebagai pemanasan. Tapi dada Rizal? Namun tekad Andro untuk membalas perlakuan yang sama yang diajarkan oleh Rizal membuatnya mengenyampingkan perbedaan itu. Andro menunduk sambil memegangi lengan Rizal. Rizal mendesis ketika dirasakannya lidah basah dan hangat Andro, bercampur gesekan rambut wajahnya yang baru saja tumbuh setelah bercukur. Begitu intens sampai-sampai Rizal refleks memeluk kepala Andro. Ada rasa kebanggaan tersendiri yang menggosok ego kelelakian Andro saat cumbuannya pada puting Rizal membuat pemuda itu merintih, melenguh dan menggelinjang keenakan. Apakah dirinya sehebat itu? Dia memikirkan pacar Rizal dan membayangkan dirinya berkompetisi dengannya siapa yang lebih hebat dalam mencumbu Rizal.
Rizal memekik dan gemetar saat Andro mengangkat lengannya dan menjilat ketiak Rizal yang mulus dan ditumbuhi bulu-bulu halus itu. Dari matanya keluar air mata hingga Andro menghentikan cumbuannya.
"Kenapa? Enggak enak?" tanya Andro.
Rizal menggeleng cepat-cepat. "Bahagia bang.. bahagia karena Rizal bisa lebih intim sama abang.."
Andro tersenyum. Dengan ujung ibujarinya, Andro mengusap titik air pada mata Rizal. "Jangan nangis dulu dong.. Bagian enaknya belum kan? Tapi..." ujar Andro.
"Tapi kenapa, bang?" tanya Rizal.
Andro tak menjawab. Dia sebenarnya masih rikuh membayangkan pantat Rizal dan lubang diantaranya yang harus dia masuki jika memang ingin merebut hati Rizal. Dalam bayangannya, bagian itu adalah daerah yang kurang terawat dan tidak menggairahkan seperti vag** istrinya.
Penasaran, Andro melepas celana Rizal. Dia menggumam "Enggak perlu isep-isepan.. Abang mau coba belajar tembus yang ini..." katanya sambil menurunkan celana dan celana dalam Rizal dan meremas bungkahan pantatnya.
"Mmm... kenyal juga nih. Menggoda.." gumam Andro nakal sambil memukul-meremas mesra pantat Rizal. Rizal terkekeh. Andro lalu membalik tubuh Rizal dan berlutut sehingga wajahnya tepat di hadapan pantat Rizal. Dia lalu menggoda Rizal dengan meremas kont0lnya yang mengeras dan buah zakarnya hingga Rizal mendesah. Saat Andro membukanya, dia terkejut melihat anus Rizal. Terlihat ketat dan sempit, berwarna merah muda menggoda. Lebih gelap dari bagian kulit sekitarnya.
"Apa bener bisa masuk ke sini?" tanya Andro tak yakin.
"Bisa bang.. tapi enggak tahu kalau punya abang, gede soalnya.." goda Rizal.
"Grrr.. bisa aja.." geram Andro sambil tertawa dan meremas mesra pantat Rizal. Rizal terkekeh.
"Gimana caranya biar bisa masuk? enggak sakit?" tanya Andro penasaran. Setahu dia, supaya penetrasi dengan istrinya lancar, Andro harus membuatnya rileks dan pelumas alami otomatis diproduksi dari v****na istrinya sehingga penetrasi bisa berjalan mulus. Tapi kalau lubang pantat?
"Bikin Rizal santai dulu bang... yuk, pindah.." ajak Rizal sambil menuntun tangan Andro ke sofa. Tubuh telanjang Rizal berbaring di sofa. dan membuka pahanya lebar-lebar, walau tak yakin ini sudah bisa menggoda Andro yang straight.
Andro menurut saat Rizal memintanya untuk menindih tubuhnya. Rizal menikmati dekapan otot tubuh Andro dan menggesek-gesekkan badannya sambil kembali mencium bibir ojek motor itu.
"Ambilin pelumas, bang.. di laci situ.." perintah Rizal sambil menunjuk ke meja tamu yang bagian bawahnya terdapat laci.
Andro menurut. Dia mengambil tube pelumas yang sering dia lihat di minimarket namun tak pernah membelinya.
"Siniin bang.." pinta Rizal. Andro kemudian menyerahkan tube gel itu pada Rizal dan melihat dia membuka dan mengeluarkan isinya ke tangannya. Kemudian Rizal mengoleskannya pada belahan pantatnya dan menekan-nekan lubangnya dengan jarinya. Andro mengerti. Dia lalu menggantikan posisi jemari Rizal dengan jarinya sendiri yang kini sudah terlumur oleh pelumas.
Andro mengikuti gerakan Rizal merangsang dan menggosok-gosokkan ujung jarinya pada mulut lubang pantat Rizal. Rizal menggumam keenakan. Terasa oleh Andro dinding nya berkedut-kedut sehingga dia mencoba memasukkan jarinya lebih dalam, namun masih terasa penolakan dari pantat Rizal yang masih tegang. Andro lalu berinisiatif mengulum puting Rizal tiba-tiba. Gerakan ini mengejutkan Rizal dan membuatnya terpekik keenakan. Akibatnya, permukaan lubang pantat Rizal dengan reflek membuka dan membuat jari Andro dapat menerobosnya ke dalam.
"Ouh.. Abang.." lenguh Rizal saat dirasakannya jari Andro sudah berada di dalam pantatnya. Andro menyeringai senang. Dia semakin aktif mendorong dan memainkan jarinya di dalam pantat Rizal. Andro merasakan remasan dan kedutan dinding saluran pantat Rizal pada jarinya. Hal ini membuatnya membayangkan remasan yang akan dirasakan apabila dia memasukkan k0ntolnya ke dalam.
Rizal kemudian menarik tangan Andro hingga jarinya keluar. Diraihnya tube pelumas dan dikeluarkannya. Rizal mencari-cari kont0l Andro yang sudah keras. Ketika berhasil menemukan dan menggenggamnya, Rizal melumuri batang itu dengan pelumas. Setelah dirasanya cukup, Rizal menuntunnya ke arah bukaan anusnya. Andro pasrah mengikuti kemauan Rizal.
"Besar bang.. nanti pelan-pelan ya.." ujar Rizal. Entah memuji entah khawatir.
Ketika kepala kontol Andro sudah tepat berada di pintu masuk lubang pantatnya, Rizal meminta Andro mendorongnya.
"Dorong bang.. Akh!" pekik Rizal seperti kesakitan.
"Sakit?" tanya Andro.
Rizal mengangguk. Saat dirasakan Andro hendak menarik kembali kontolnya, Rizal menahannya.
"Gapapa bang.. pelan-pelan. Peluk Rizal bang.." pintanya.
Andro menuruti keinginan Rizal. Dia ingat kembali bahwa dirinya harus bisa membuat rileks tubuh Rizal. Andro menurunkan badannya dan mendekap Rizal mesra. Diciumnya wajah dan bibir Rizal hingga pemuda itu menggeliat dalam dekapannya. Reaksi dari cumbuan itu adalah, kaki Rizal mendekap lebih erat pinggang Andro sehingga kontolnya perlahan namun pasti semakin menancap masuk ke dalam tubuh Rizal.
Rizal mendesah panjang. Mulutnya terbuka sementara matanya terpejam. Dia memegangi bahu kekar Andro dan mengusapnya.
"Tahan bang.. tahan bentar..." pinta Rizal pelan. Dia kemudian membuka matanya dan melihat ekspresi aneh pada wajah Andro. Ekspresi campuran antara takjub dan keheranan.
"Kenapa bang? Enak?" goda Rizal sambil sengaja mengedutkan otot dinding an*snya hingga meremas batang Andro yang sudah berada di dalam seluruhnya.
Andro tak menjawab. Dia menelan ludah dan kembali menciumi Rizal. Rizal tersenyum bahagia sambil mengusap peluh yang membasahi dahi Andro.
"Goyang bang..." pinta Rizal pelan.
"Yakin?" tanya Andro memastikan.
Rizal menjawab dengan anggukan. Dia melingkarkan lengannya ke leher kokoh Andro dan kembali memejamkan mata. Himpitan pahanya dia ketatkan pada pinggang Andro.
Andro memulai gerakannya. Perlahan berirama. Semakin Rizal mendesah dan terlihat menikmati, gerakan Andro mendorong pinggulnya maju dan mundur semakin cepat. Sebenarnya posisi ini adalah posisi berhubungan intim yang biasa Andro lakukan dengan istrinya. Hanya saja kali ini lubang yang dihajarnya adalah anus Rizal. Dia sendiri tak menyangka bisa menikmatinya, dan tak menyangka pula Rizal terlihat pula sangat menikmati lubangnya disodok oleh batangnya.
"Nggh.. nggh... gede... ssh.." racau Rizal. Dia memeluk Andro semakin erat. Andro menggeram saat gerakannya makin cepat. Nikmat menjalar di seluruh tubuhnya. Kontolnya yang benar-benar tegang dan keras itu dia gunakan untuk menghajar lubang sempit Rizal. Kemampuan Andro menahan orgasme dengan lama membuat Rizal serasa terbang dan meleleh dalam setiap hentakan pinggul Andro. Rizal tak kuasa lagi menahan kenikmatan yang diberikan Andro dan mengimbanginya, menunggu sampai pria kekar itu menuntaskan permainannya. Rizal merengek nyaris menangis saat terpaksa dia berujar ingin keluar.
"Bang... gak tahan.. pengen keluar..." rengek Rizal.
"Keluarin dulu aja sayang..." geram Andro sambil menyeringai senang. Egonya terpuaskan melihat partner bercintanya mencapai klimaks terlebih dahulu karena permainannya.
"Aaah.. aaa..." Rizal memekik panjang. Tanpa harus disentuh, kontolnya yang tegang menyemburkan cairan kental yang membasahi perut Andro dan sebagian meleleh pada perut dan dadanya sendiri. Rizal benar-benar terkulai lemas. Tubuhnya kini bergerak karena goyangan yang dilakukan Andro. Melihat Rizal sudah kelelahan, Andro mempercepat gerakannya dan berkonsentrasi pada orgasmenya sendiri. Tubuhnya menegang. Mulutnya mengeluarkan geraman yang lebih kencang.
"Keluarin di dalem bang... di dalem..." rengek Rizal dengan suara pelan.
Dalam beberapa hentakan akhir, Andro melenguh panjang. Nafasnya terdengar berat. Tubuhnya bergelinjang seiring memancarnya cairan sperma yang disemprotkannya berkali-kali di dalam anus Rizal. Rizal meringis panjang saat pantatnya yang sudah terasa kebas itu merasakan aliran cairan kental milik Andro di dalamnya. Andro gemetar dan menjatuhkan tubuhnya ke atas tubuh Rizal. Rizal terharu dan memeluk Andro erat-erat dan mencium bibirnya.
Setelah mereka selesai berpakaian, Andro kembali mengangkat tema yang mereka bahas sebelum bercinta.
"Jadi.. kamu bakal ninggalin orang yang namanya Fadli itu?" tanya Andro lagi.
Rizal merangkul Andro dan mengecup bibirnya. "Iya abang ganteng sayang... Rizal nanti ketemu dia dan bicara baik-baik supaya kita pisah.."
"Bagus. Kalau enggak, kamu enggak abang kasih lagi.." ancam Andro.
"Kasih apaan?" tanya Rizal berpura-pura polos.
Andro hanya menjawab dengan meremas tonjolan di balik celananya hingga Rizal tertawa.
"Yah.. ancamannya lumayan menakutkan juga. Sayang juga kalau enggak bisa ngerasain lagi.." gurau Rizal.
Giliran Andro tertawa.
"Jadi, kita sekarang mau ngegym? udah mau siang nih.." ajak Andro mengingatkan kembali tujuan dirinya menemui Rizal pagi tadi.
"Males bang.. capek abis ngelayanin abang.." tolak Rizal sambil beringsut berbaring di sofa sambil memeluk bantal.
"Aah.. enggak ada alasan. Ayo latihan. Biar semok pantatnya.." paksa Andro sambil tertawa dan memukul-mukul pantat Rizal.
****
Senin malamnya, Andro mengantar Rizal pulang seperti biasa. Kali ini Rizal tak malu lagi mendekap Andro sebagai kekasih dan pelindungnya. Andro tak sabar ingin mengetahui perkembangan hubungan Rizal dan Fadli.
"Jadi... gimana? Fadli sudah kamu putusin?" tanya Andro saat keduanya tiba di rumah Rizal.
Rizal mengangguk namun wajahnya sedikit murung.
"Dia enggak terlalu terima, bang. Sempet marah-marah juga. Pas saya minta kita enggak usah ketemuan lagi, dia sempat ngancam saya."
Andro menghela nafas. "Kalau dia sampai berani macam-macam sama kamu..."
"Tenang aja bang. Saya rasa itu cuma ekspresi kekesalan aja. Nanti juga mereda sendiri kalau dia sudah terima kenyataan saya enggak mau lagi sama dia..."
"Yakin?" selidik Andro.
Rizal mengangguk mantap sambil tersenyum.
"Hmmm.. Zal.." sapa Andro malu-malu.
"Kenapa, bang?"
"Hmm.. istri lagi "palang merah" nih.." jawab Andro.
"Hmmm.. jadi maksudnya kalau istri tua lagi berhalangan, datengin istri muda yang jelas-jelas gak akan pernah kena "palang merah" gitu?" goda Rizal.
Andro tertunduk malu. Wajahnya memerah. Ini membuat Rizal semakin gemas dan lemah untuk menolak pesona kejantanan abang ojek ini.
Rizal lalu tertawa dan menuntun Andro masuk ke dalam rumah.
"Tapi Rizal belom mandi, bang. Kasih waktu lima menit, ya.. terus... olesin ini, baru masuk ke kamar mandi, oke?" perintah Rizal sambil mengambil tube pelumas dan menyerahkannya pada Andro.
Andro awalnya bingung apa yang hendak diperbuat Rizal. Namun pria itu mendekati Rizal dan mencium bibirnya sambil berkata "Quickie aja ya bang. Nanti abang dicariin orang rumah." Kemudian Rizal melesat masuk ke kamar mandi.
Dengan sabar Andro menunggu lima menit yang terasa lama. Dia lalu melepas bajunya dan mengoleskan pelumas pada kontolnya hingga terasa dingin dan basah.
Setelah yakin lima menit sudah berlalu, Andro memberanikan diri masuk ke dalam kamar mandi. Di dalam ternyata sudah menunggu Rizal yang telah basah di bawah shower yang mengalir. Dia menghadap dinding sambil menggosok-gosok belahan pantatnya dengan jari tangan. Menggoda Andro.
Andro menyeringai dan mendekati Rizal dan merapatkan tubuhnya pada punggung Rizal yang kini tubuhnya sudah merapat pada dinding. Andro menciumi leher dan wajah Rizal dari belakang sambil menggosok-gosokkan kontolnya pada pantat Rizal.
"Langsung aja bang, nanti pelumasnya keburu hilang..." pinta Rizal.
Andro menurut. Dia kemudian menggenggam kontolnya dan mengarahkannya tepat pada belahan pantat Rizal. Rizal mendesis, namun kali ini kontol Andro lebih mudah menyelusup ke dalam.
"Ayo bang.." bisik Rizal.
Andro memegangi bahu Rizal dan mulai mendorong pantatnya. Rizal mengerang. Andro menggeram. Keduanya larut dan basah dalam penyatuan nafsu di bawah guyuran air.
"Ngghh.. ngggh..." Rizal merengek keenakan. Tubuhnya pasrah dikendalikan oleh Andro. Tapi walaupun mereka langsung ke menu utama percintaan, Rizal mencoba mencari posisi lain. Dibimbingnya Andro hingga ia duduk di atas kloset dengan kedua paha membuka dengan kontol keras dan tegak di tengahnya.
Saat Rizal menduduki kontol itu, dia mendesah panjang. Begitu pula Andro. Yang kini posisinya pasrah membiarkan Rizal dan pantatnya bergerak mengambil kendali. Rizal berjongkok dan tubuhnya naik turun menyebabkan batang tegak Andro keluar masuk pantatnya. Dirangkulnya leher Andro sambil mencium bibirnya. Goyangan naik turun Rizal membuat Andro akhirnya tak tahan. "Uff.. mau keluar.." gumamnya.
Rizal makin semangat. Dia duduki kontol Andro penuh-penuh dan meremasnya dengan dinding anusnya. Mulutnya membuka sambil mengeluarkan desahan panjang saat dirasakannya tembakan hangat cairan kental yang keluar dari batang Andro mengalir di dalamnya. Tak lama batang Rizal berkedut-kedut dan gantian dirinya membasahi dada dan perut Andro dengan spermanya. Keduanya gemetar dalam orgasme yang intens dan meredakannya dengan ciuman panjang dan mesra.
***
Beberapa menit kemudian, Andro bersiap pulang setelah mandi dan berpakaian. Rizal mengusap rambut Andro yang masih basah dengan mesra dan mencium pipinya.
"Enggak ditanyain nanti? kok keliatan abis mandi?" tanya Rizal.
Andro menjawab ringan "Abang nanti keliling muter-muter dulu sampe rambut kering.."
"Hah dasar.." Rizal terkekeh sambil menepuk lengan Andro.
Andro tertawa dan berpamitan. Dia kemudian kembali berpesan, "Hati-hati ya sama Fadli itu. Kalau dia coba ganggu kamu, kamu kasih tau abang..."
Rizal mengangguk "Iya, bang.. mudah-mudahan saya bisa ngejauhin dia.."
Sekali lagi Andro mencium Rizal sebelum keluar dari rumah dan menyalakan motornya.
***
Beberapa hari kemudian, saat malam itu Andro berada di pangkalan ojek menunggu Rizal, Andro tiba-tiba menerima SMS darinya.
"Bang, maaf. Saya sama bos langsung cabut ke pangandaran. Ada klien luar yang minta di antar. Mungkin menginap di sana. Abang pulang aja."
Andro menghela nafas. Dia lalu membalas "oke" pada Rizal dan bersiap untuk pulang.
Baru saja Andro menyalakan mesin motornya, tiba-tiba sebuah mobil yang keluar dari gerbang tol mendekat dan menyorotkan lampu besar tepat pada wajahnya.
Andro merasa terganggu. Dia menghalangi sebagian wajahnya mencoba mencari tahu mobil apa yang menyorotinya dengan lampu. Saat itu dia mengenali mobil itu mirip dengan mobil Fadli. Andro mematikan mesin motornya dan mendekati mobil itu mencari tahu apakah Fadli sedang menantangnya atau tidak. Tangannya terkepal kuat menahan rasa geram.
Tiba-tiba mobil itu mendecit. Dengan kecepatan tinggi, Mobil itu berlari ke arah Andro hendak menabraknya. Kaget, Andro berusaha menghindar. Namun telat, ujung bumper mobil itu sudah sempat menghajar paha Andro. Andro terguling dan berteriak kesakitan. Beberapa pengojek rekanannya berteriak menghampiri saat mengetahui kawannya terluka ditabrak mobil. Sayangnya, mobil itu melaju kencang dan keburu masuk kembali ke tol tak sempat terkejar oleh motor para pengojek pangkalan.
Andro tergeletak di aspal. Tubuhnya tak bergerak...
-Bersambung-