EPISODE 01

Seoul medical center, adalah rumah sakit yang berada di pusat Kota Seoul. Dengan gedung bertingkat dan memiliki fasilitas yang cukup mewah. Memiliki pelayanan yang terbaik dan dokter yang professional dibidangnya. Disinilah, Jung Yunho bekerja menjadi seorang dokter selama beberapa tahun ini. Dan telah menjadi dokter spesialis penyakit dalam berkat dirinya mempercepat pendidikannya selama beberapa tahun saja.

Ia adalah anak yatim piatu yang besar dan tumbuh dipanti asuhan yang menjadi milik keluarga Kim. Karena itu, setelah Yunho berhasil menjadi seorang dokter ia tetap mengabdi pada keluarga yang selama ini membesarkannya. Diumurnya yang ketiga puluh dua tahun ini, ia telah bekerja sebagai dokter pribadi Kim Jaejoong selama dua tahun—menggantikan seorang dokter sebelumnya yang telah pensiun.

Di Seoul medical center ini, ia dikenal sebagai dokter penyakit dalam. Ia memiliki sifat yang ramah, karena itu Yunho memiliki cukup banyak pasien, dan beberapa penggemar wanita yang selalu meliriknya saat Yunho berjalan melewati mereka.

Ruang kerja pria itu berada dilantai tiga, dengan ruangan yang cukup luas dan nyaman. Yunho terkadang menginap jika pekerjanaanya belum selesai, meski ia memiliki apartemennya sendiri. Ruang kerja itu memiliki sekat kecil yang terdapat sebuah ranjang untuknya istirahat dan dilengkapi dengan lemari es yang ia gunakan untuk menyimpan beberapa jenis makanan dan minuman.

Yunho menatap hasil pemeriksaan Jaejoong yang ada ditangannya. Keadaan lelaki cantik itu tidak mengalami perubahan kearah yang lebih baik, justru keadaan Jaejoong lebih buruk dari sebelumnya dan itu membuatnya frustasi. Sebagai dokter yang menangani Jaejoong ia merasa tidak berguna.

Thalasemia, penyakit ini sangat jarang ditemui dimanapun. Beberapa pengobatan pun telah diupayakan untuk Jaejoong—termasuk memikirkan untuk menggunakan cara transplantasi sumsung tulang, namun keadaan Jaejoong saat ini belum mencapai tahap yang parah. Kondisi lelaki itu hanya menurun, tapi bukan memburuk. Dan lagi, lelaki itu memang tidak mau melakukan oprasi itu.

"Apa yang kau pikirkan, dude?"

Yunho mendongak, dan menatap teman satu timnya yang berjalan memasuki ruangannya. Pria bermata musang itu menghela nafasnya dalam-dalam dan menyodorkan hasil cek kesehatan Jaejoong yang membuatnya berfikir keras akhir-akhir ini, "Ini. keadaannya tidak membaik, bahkan selama seminggu ini selalu menurun. Menurutmu apa yang harus aku lakukan, Yoochun ah."

Yoochun membaca hasil lab kesehatan Jaejoong dan mengerjabkan kedua matanya. Sepertinya hemoglobin lelaki berparas cantik ini semakin hari semakin menurun dalam jumlah yang tidak normal. Karena memang Thalasemia adalah penyakit kelainan genetic terhadap protein oembawa oksigen—hemoglobin, dan hal ini sangat jarang dijumpai oleh semua dokter didunia ini.

Belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit ini, namun penderita Thalasemia bisa melakukan perawatan untuk penyakit ini. salah satunya transfusi darah dan transplantasi tulang sumsum tulang belakang.

Dan Kim Jaejoong, sepertinya menolah untuk melakukan opsi kedua karena lelaki itu sangat membenci rasa sakit—itu yang ia ketahui dari cerita Yunho selama ini.

"Lakukan transfuse darah seperti sebelumnya, dan coba bujuk dia untuk melakukan operasi. Jika dia mau, mungkin keadaannya bisa jauh lebih baik dari ini."

"Jika saja dia mau, sejak dulu aku sudah membujuknya Yoochun ah." gumam Yunho lirih, merasa dirinya tidak berguna sebagai dokter pribadi Jaejoong.

"Kenapa tidak kau tanyakan saja apa keinginannya, dan kau akan mengabulkan keinginannya jika dia mau melakukan operasi itu."

Yunho mengerjabkan kedua mata musangnya dan menatap Yoochun tak percaya, "Kau benar. Kenapa aku tidak memikirkannya sejak dulu, huh?"

"Masalahnya, apa yang diinginkan Kim Jaejoong jika lelaki itu telah memiliki segalanya?"

Yoochun mengangguk mengerti, tentu saja Jaejoonga adalah putra tunggal dari pengusaha propert. Pasti lelaki itu tidak akan kekurangan apapun dalam hidupnya, keculai kesehatan yang saat ini diperlukannya.

"Ah.. sangat merepotkan, ne!"

***

Jaejoong menatap wanita didepannya, yang terlihat sibuk mengeluarkan beberapa barang bawaannya—oleh-oleh yang ia beli untuk putra kesayangannya dari negara kincir angin—Belanda.

"Umma, kenapa membeli barang sebanyak ini?" tanya Jaejoong, memilah beberapa barang dan menatapnya tanpa minat. Setengah jam yang lalu ia baru saja pulangd ari bandara untuk menjemput kedua orang tuanya, dan merasa tubuhnya kelelahan. Karena itu saat ini sang ibu sedang membongkar oleh-oleh yang ia bawa didalam kamar Jaejoong yang luas.

Sementara itu, sang ayah telah kembali kekantor untuk mengurus beberapa hal setelah lebih dari satu minggu berada diluar negeri untuk melakukan kerja sama dengan pihak luar. Namun, meskipun ayahnya adalah orang yang sibuk, pria itu tidak pernah mengabaikannya sama sekali. Siwon Kim selalu berusaha untuk memberikan waktu terbaik untuk putra kesayangannya itu.

Kim Kibum menatap putranya dengan sepasang mata bulatnya yang memicing tak suka, "Tentu saja umma membelikan semua ini untukmu, sayang memang untik siapa lagi, huh. Apa kau tidak suka?"

Jaejoong tersenyum tipis, menatap ibunya dengan tatapan sayu, "Bukan tidak suka umma, tapi kapan aku akan memakai semua barang ini, heum?"

Tubuhnya terasa lelah dan letih, namun ia masih ingin berbincang dengan sang ibu karena ia merindukan Kibum. Namun tubuhnya tidak mau bekerja sama dengan baik dengannya.

"Tentu saja kau bisa memakainya setiap hari." sahut Kibum dengan senyum tipis, melihat wajah kelelahan sang putra ia menghela nafasnya dalam, "Apa kau ingin istirahat, atau kau menginginkan sesuatu yang lain?"

"Umma.. bisa kau panggilkan Yunho untukku?"

"Apa kau ingin dia memeriksamu? Bukankah dia sudah melakukannya pagi tadi sebelum kau berangkat ke bandara?" Kibum mengerjabkan kedua mata bulatnya, menatap putranya dengan tatapan curiga, "Atau apa kau memiliki hubungan dengan Yunho, atau kau menyukai Yunho? Kenapa umma berfikir kau menyukainya.���

Jika memang benar tebakannya, mungkin dokter muda itu bisa membuat Jaejoong melakukan operasi yang selama ini mereka inginkan. Karena selama ini, ia dan suaminya tidak pernah bisa membujuk Jaejoong untuk melakukannya.

"Aku memang menyukainya, umma! Apa itu salah?" tanya Jaejoong dengan kekehan geli ketika melihat ekspresi sang ibu. Menidurkan dirinya diatas ranjang dengan sepasang mata bulatnya yang menatap Kibum, "Apa umma tidak suka jika aku menyukai Yunho?"

Kibum terdiam, terlalu terkejut dengan pengakuan sang putra. Selama ini, Jaejoong selalu menutup diri dan enggan untuk menceritakan apapun masalahnya, dan apa yang dipikirkannya. "Bukan umma tidak suka sayang, umma hanya sedikit terkejut saja. Apa kau benar-benar menyukainya, Jung Yunho?"

"Tentu saja, jika tidak kenapa aku mengatakannya pada umma, huh?" sahut Jaejoong dengan sepasang mata yang perlahan mulai menutup. Membuat sang ibu menghela nafasnya dalam.

"Masalahnya, apa pria itu jua menyukaimu, sayang." bisik Kibum lirih, menatap senduh sang putra.

TBC