Jaejoong menyukainya, pria itu yang selama dua tahun ini menjadi dokter pribadinya. Jung Yunho, seorang anak dari panti asuhan yang berada dibawah naungan perusahaan sang ayah yang selama ini cukup dekat dengan keluarganya.Pria itu bahkan mendapatkan perhatian lebih dari sang ayah, dengan memberinya beasiswa untuk menjadi seorang dokter—yang tentunya untuk kebaikan Jaejoong sendiri nantinya.
Jung Yunho, pria tigapuluh dua tahun—lebih tua darinya tujuh tahun. Namun perbedaan umur yang cukup jauh itu tidak membuat Jaejoong canggung dengan perasaannya sendiri. Sejak pertemuan pertamanya dengan Yunho disaat umurnya lima belas tahun, lelaki cantik itu sudah menaruh hati pada pria itu—dan sang ayah, Siwon Kim terlihat menyadari perasaannya, namun pria itu hanya diam tanpa mengatakan apapun padanya
Sejak kecil, ia hanya mempunyai beberapa teman sebayanya, Junsu dan Changmin. Namun, kedua temannya itu saat ini sibuk dengan pekerjaan masing-masing, tidak seperti Jaejoong yang berdiam diri dirumah. Karena keadaannya yang tidak bisa diprediksi, Jaejoong tidak bisa melakukan kegiatan diluar rumah terlalu lama dan karena alasan itu, kedua orang tuanya melarangnya untuk bekerja.
Menatap ibunya yang sibuk didapur, lelaki cantik itu bertopang dagu, "Umma.. kenapa appa tidak pulang-pulang, huh?" tanya Jaejoong tiba-tiba.
Wanita cantik itu menoleh dan terkekeh pelan, "Kenapa kau mencari ayahmu, apa kau membutuhkan sesuatu? Umma juga bisa memberikannya untukmu."
Kibum mengedipkan satu matanya untuk menggoda sang putra, ia hanya berusaha untuk menjaga suasana hati Jaejoong karena putra kesayangannya itu terlihat lebih segar setelah tidur beberapa jam. Dan ia berharap kondisi putranya akan tetap baik seperti ini, dan akan terus membaik.
"Aku hanya merindukan appa!" gumam Jaejoong lirih, dengan bibir yang mengerucut lucu, "Appa bahkan tidak melihatku saat pulang, dia langsung saja pergi ke kantor!"
Kibum tertawa kecil, "Maafkan appamu sayang. Dia hanya mengejar waktu, karena kerja sama dengan pihak luar akan segera dimulai."
Kibum melepaskan apron yang ia pakai dan menyerahkannya pada seorang maid, memerintahkan mereka untuk melanjutkan memasak dan segera menghampiri putranya yang duduk dikonter dapur, "Ada apa ini, huh! Sepertinya sangat mencurigakan, hmmm?"
Jaejoong memutar bola matanya malas, menatap sang ibu yang kini bermain dengan dagunya, "Umma ini, aku kan hanya merindukan appa! Tidak ada maksud lain."
"Tentu saja umma tidak percaya, kau selalu mencari ayahmu jika menginginkan sesuatu dan tidak pernah berlari kearahku!"
Jaejoong mendengus kecil, mendelik lucu pada sang ibu yang kini sedang melayaninya makan seperti seorang anak kecil, "Aku belum lapar, kenapa umma mengambilkan makan untukku?"
"Kau harus makan, lihat kau sudah melewatkan makan siangmu. Umma tidak ingin sampai kau sakit mengerti, Kim Jaejoong shi!"
"Aku sudah sarapan!" sahut Jaejoong santai, menatap ibunya yang sibuk mengambilkan beberapa lauk untuknya, "Kenapa banyak sekali?"
"Karena umma ingin agar berat badanmu bertambah, sayang. Lihat kau kurus sekali, bahkan lebih ringan dari umma!"
"Ah..berarti umma mengakui jika saat ini umma gemuk?" tanya Jaejoong dengan ekspresi polos, menatap ibunya yang mendelik kesal padanya, "Apa, memang benarkan apa yang aku katakan?"
"Berani sekali kau mengatai ibumu sendiri gemuk. Kim Jaejoong, kau mau umma hukum, huh!"
Jaejoong kembali memutar bola matanya malas, menatap ibunya yang bersiap untuk menjewer telinganya—sebuah kebiasaan wanita itu jika Jaejoong sedang jahil, "Umma.. ancamanmu sudah tidak mempan padaku! Aku sudah duapuluh lima tahun, bagaimana bisa kau mengancamku dengan sebuah hukuman, eoh?"
"Dasar kau ini. hmmm.."
***
"Bagaimana, apa kau mau membujuk Jaejoong untuk melakukan operasi transplantasi itu? Karena kurasa hanya kau yang bisa melakukannya."
Yunho termenung, menatap pria paruh baya didepannya yang memintanya untuk membujuk Jaejoong. Ia menghela nafasnya beberapa kali sebelum menjawab, "Aku akan mencobanya paman, tapi aku tidak bisa berjanji untuk membuat Jaejoong melakukan operasi itu. Karena semua itu tergantung pada keinginan Jaejoong sendiri. "
"Apa kau menyukai Jaejoong?" tanya Siwon lagi, menatap pria muda didepannya dengan lekat, "Aku ingin jawaban jujur darimu saat ini, Yunho!"
Dokter muda itu mengusap wajahnya beberapa kali, ia memang menaruh perhatian pada sosok cantik itu namun Yunho tidak yakin dengan perasaannya sendiri pada Jaejoong, terlebih saat ini ia sedang dekat dengan seorang gadis—tidak mungkin ia memutuskan hubungannya dengan gadis itu secara tiba-tiba, "Jika paman ingin jawaban yang jujur, aku memang menyukai Jaejoong tapi bukan kearah yang paman pikirkan."
Siwon memejamkan matanya, ia tahu jika akan seperti ini jadinya, namun tetap saja ia berharap jika perasaan putranya akan terbalas, "Aku mengerti. Aku tidak akan memaksamu untuk membujuk Jaejoong atas perasaan suka, tapi sebagai dokter."
"Aku akan berusaha melakukannya paman!" ujar Yunho, setelahnya ia berpamitan pada pria itu dan kembali kerumah sakit tempatnya bekerja—karena malam ini Yunho memiliki jadwal piket.
Mengingat Jaejoong, ia juga tahu jika lelaki itu memiliki perasaan padanya. Sejak beberapa tahun yang lalu, ketika ia berkunjung kerumah keluarga Kim lelaki itu akan selalu menatapnya lekat. Namun, Yunho tidak bisa menyakiti perasaa Yoona—gadis yang saat ini dekat dengannya karena Yunho telah berjanji memberi kesempatan gadis itu untuk mencuri hatinya—walau Yunho berfikir itu mustahil, ia bukan orang kejam yang langsung menolak pernyataan cinta seseorang padanya.
Im Yoona, seorang dokter magang yang baru dikenalnya satu tahun ini. Seorang gadis yang ceria dan juga pintar, bahkan terkadang Yoona adalah dokter yang menjadi asistennya dimeja operasi. Umurnya masih muda, sama seperti Jaejoong dan Yunho tidak bisa untuk menyakiti hati Yoona. Meski Yunho harus berperang dengan hatinya sendiri karena perasaannya pada Jaejoong.
"Apa yang harus kulakukan Tuhan?"
TBC