Menyelidiki

Happy Reading!

Iris setengah berlari memasuki Kantor Polisi ketika mendapatkan kabar bahwa kasus kematian Nina akan ditutup.

Mereka mengatakan bahwa pembunuhan ini terlalu bersih, sehingga tidak meninggalkan jejak. Iris yang merupakan sahabat, sekaligus sepupu Nina, tentu saja tidak terima akan keputusan itu. Ia merasa sangat marah.

Dia menatap kearah seorang pria paruh baya dihadapannya. "Apa maksud Bapak mengatakan kasus ini akan ditutup?" Dia berjalan mendekat. "Bapak lihat kan, semengenaskan apa kematian sahabat sekaligus sepupuku itu?"

Pria itu tampak diam. Namun beberapa menit kemudian menjawab pertanyaan Iris. "Pembunuhan ini sangat bersih, sulit menemukannya. Tidak ada bukti yang ditinggal 'kan."

"Tapi kita bisa mencarinya bukan? Kenapa harus ditutup? Bapak sendiri tau kan bahwa ini kasus pembunuhan! Saya harap Bapak dapat bertindak adil."

"Saya tetap menutupnya," kata pria tersebut.

Mata Iris memicing. "Apa jangan-jangan– Bapak sudah tau 'kan pembunuhnya siapa? Kasih tau saya Pak!"

Pria tersebut terkejut, kemudian mengendalikan ekspresinya. "Saya tidak tau. Sebaiknya kamu pulang saja nak.

Iris tau bahwa ada yang disembunyikan oleh pria ini. Ia harus menyelidikinya. " Saya akan menyelidiki ini," ucapnya lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.

Iris memasuki mobilnya dan menjalankannya dengan cukup kencang. Namun, ketika lampu merah, saat melihat ke samping. Ia melihat Ammar. Pemuda itu mengendarai mobil bewarna silver. Dia tampak berbeda, tidak seperti biasanya.

"Ammar...?" Gumamnya tidak percaya.

Ammar menjalankan mobilnya ketika lampu merah sudah berganti, dan Iris mengikutinya. Ia harus menyelidiki kemana pemuda itu ingin pergi.

Mobil Ammar berhenti disebuah rumah kosong. Iris segera keluar dari mobilnya dan mencoba untuk bersembunyi sambil mengintip apa yang dilakukan Ammar. Dia baru tersadar bahwa ada mobil lain selain mobil Ammar didepan rumah itu.

Dia pun bersembunyi di samping jendela agar tau apa yang dilakukan Ammar didalam sana. Ia juga harus menguping.

"Aku sudah membereskannya?"

"Membereskan apa?" Tanya Iris ketika mendengar suara Ammar berbicara kepada sosok yang tidak dapat dilihat Iris karena posisinya yang cukup sulit.

"Bagus."

Suara itu...Iris seperti mengenali suara itu walaupun suara tersebut sepertinya diganti dengan menggunakan teknologi. Iris merasa tidak asing.

"Aku sudah muak, mereka sangat menjengkelkan," ucap suara itu lagi.

"Tenanglah. Lintah itu pasti akan ku basmi."

Tak terdengar suara. Iris mencoba untuk mengintip lebih dekat. Namun, ia tidak sengaja memijak sebuah kaleng minuman.

"Sialan!" Umpatnya.

"Siapa disana?"

Buru-buru Iris berlari meninggalkan tempat itu. Ia tidak ingin ketahuan. Kecurigaannya selama ini pasti benar. Ammar memang palsu. Ammar itu sepertinya cocok menjadi seorang aktor karena akting polosnya selama ini.

Awas saja ya!

Dilain sisi,

"Ah, dasar bodoh," ucap seorang pemuda sambil menyeringai.

Sosok didepannya terkekeh. "Bisa saja dijebak. Bodoh, bodoh~" Kemudian bersedekap. "Aku tidak sabar membunuh orang-orang seperti mereka. Sangat menggangu."

Pemuda itu tersenyum sinis. "Itulah sebabnya aku ingin secepatnya membunuh mereka. Agar sayang-ku tidak merasa kesal."

Sosok itu tertawa, "gombal. Sudah pergilah, atau dia akan marah."

"Aku baru saja keluar, masa harus kembali lagi sih," ucapnya.

Sosok itu mendekat. "Sudahlah, dia sudah menunggu-ku. Kamu pergi, aku sedang merindukan sayangku yang lain."

"Ya, ya, yah, terserahlah."

TBC