Bab 6

Baik Olivia ataupun Christian menikmati ciuman itu. Setelah kurang lebih satu menit bibir mereka menyatu, Christian melepaskan ciumannya.

Mata Olivia terbuka perlahan...

"My second kiss..."

"Kau bilang apa ?"

"Ah... Ti... Tidak apa - apa Pak." Olivia menyengir kuda.

Christian perlahan memajukan wajahnya dan berbisik di telinga Olivia namun terdengar seperti desahan.

"Second kiss ? Huh ? Berarti... Saat kau menciumku malam itu... Itu adalah ciuman pertamamu ?"

Olivia spontan menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya.

"Hey... Ayolah... Lepaskan tanganmu..."

"Aku malu Pak..."

"Kau tahu ? Kau terlihat semakin cantik ketika blushing..."

Perlahan Olivia melepaskan telapak tangannya, dan di depannya terlihatlah senyum tulus di wajah tampan Christian yang amat disukai Olivia.

Christian memegang kedua belah pipi Olivia.

"Terimakasih... Telah menjadikan aku yang pertama bagimu."

"Mmm... Bolehkah aku berharap bahwa Pak guru juga yang terakhir untukku ?"

"Percayalah, kalau kita berjodoh, kita pasti akan bersama Liv."

"Pak guru..."

Christian mendengus.

"Bisakah kamu nggak manggil aku dengan sebutan itu selain di sekolah ?"

"Chris..."

"Itu lebih baik."

Christian tersenyum, lalu mendekap Olivia dengan penuh kasih sayang.

Olivia memejamkan mata sambil menyandarkan tubuh mungilnya di tubuh six packs Christian, menikmati dekapan dari tangan yang kekar itu...

Menghirup nafas panjang perlahan - lahan, menikmati aroma tubuh Christian yang bisa membuat wanita manapun mabuk kepayang.

***

Christian pov

Aku sendiri terkejut dengan perbuatanku. Bisa - bisanya aku memacari murid yang umurnya bahkan separuh dari umurku ? Apa mau dikata. Logikaku bertentangan dengan kata hati, dan hatikulah yang menjadi pemenangnya.

Lagipula lelaki mana yang tidak lumpuh dengan pesona Olivia. Dia cantik, mungil, dan manis. Dia tidak gila belanja dan tidak gila make up. Dia begitu polos dan alami.

Bahkan hanya di dekatnya saja rudalku sudah mengeras dan memaksa ingin diluncurkan. Bibir itu seolah sudah jadi candu buatku. Di tambah lagi bongkahan pantatnya... Oh, ingin sekali aku menampar bokong telanjangnya dan menusuknya dari belakang. Apalagi buah dadanya yang besar menempel kenyal saat aku memeluknya... Itu sungguh menguji benteng pertahananku. Dan itu pastinya terjadi pada setiap lelaki normal termasuk aku.

Tapi aku tidak ingin merusak masa mudanya. Karena aku menyayanginya. Bila suatu saat dia ingin meninggalkanku pun, mungkin aku akan melepaskannya. Karena aku sadar akan perbedaan usia diantara kami, meskipun Olivia sama sekali tidak ingin menggubris hal itu.

Olivia... Apakah kau tahu ? Bahwa selama didekatmu aku setengah mati bahkan mati - matian menahan diriku.

***

Author pov

Olivia bercermin, melihat apakah penampilannya masih ada yang kurang. Ini sudah masuk semester akhir. Biarpun dia harus menyembunyikan hubungannya dengan gurunya, ia ingin tetap terlihat cantik di depan kekasihnya.

Selesai mengunci pintu rumahnya, Olivia berbalik badan, dan ia terpaku melihat Christian sudah di depan pagar rumahnya dengan motor cbr hitam yang mengkilap.

Olivia tersenyum dan berlari kecil menghampiri kekasihnya.

Ia begitu cantik hari ini. Ouch. Rudalku sama sekali tidak bisa di ajak kompromi. Hanya karena melihat payudaranya terombang ambing ke atas dan kebawah saat ia berlari saja sudah membuat aku berdesir.

"Udah lama nunggu ?"

"Ah...? Lumayan."

"Kalau mau jemput kenapa gak hubungin aku dulu, Chris..."

Christian memutar bola matanya.

"Aku udah chat dan coba telepon kamu. Tapi ga ada balasan ataupun jawaban."

Olivia langsung mengambil ponsel dari sakunya dan melihat, ada 3 panggilan tak terjawab dan 5 chat. Olivia pun menyengir kuda.

"Hihi. Ponselnya aku silent. Maaf ya ..."

Christian mencubit pipi Olivia.

"Gadis nakal. Ayo kita pergi."

Olivia mengusap - ngusap pipinya yang sakit dan memajukan mulutnya lalu naik ke motor Christian sambil tangan kanannya melingkar di perut Christian. Namun, Olivia segera menariknya kembali.

"Lho ? Kenapa ?"

"Nanti ada murid sekolah yang lihat kita Chris."

"Sekolah masih jauh sayang."

Christian mengambil tangan kanan Olivia dan melingkarkannya diperut six packsnya. Keduanya tersenyum dan mereka pun melaju.

***

Olivia berada di ruang osis. Ia dan teman - temannya sedang mengerjakan beberapa pekerjaan.

"Liv, sebelum kamu pulang, bisa tolong berikan ini sama Pak Christian ?" ucap Steven, sang ketua osis.

"Ah... Iya Steve, aku duluan ya !" Olivia mengambil berkas itu dan berjalan menuju ruang bp.

Uh, gimana keadaannya ya kalo aku ketemu sama dia di ruang bp ? Berduaan lagi ? Fiuh... Yang jelas harus pajang wajah biasa.

'Tok tok !'

"Masuk"

Suara baritone itu membuat Olivia tersenyum. Saat membuka pintu, nampaklah Christian sedang serius menulis dengan kaca matanya tanpa sedikitpun menoleh ke arahnya.

Pak guru lebih manis dengan kaca mata itu.

"Mmm, ini berkas dari ketua osis, Pak. Permisi." Olivia langsung pergi setelah meletakkan berkas itu di atas meja.

'Brakkk'

Olivia tersentak karena satu tangan kekar berada tepat di depan matanya. Tangan yang menutup pintu dengan tiba - tiba pada saat satu meter lagi dia akan keluar dari ruangan itu membuat Olivia kaget.

'Cklek'

Tangan kekar itu pun telah mengunci pintu.

Christian berdiri di depan Olivia dengan tersenyum menyeringai sambil mempersempit jarak di antara mereka.

Olivia bersusah payah meneguk salivanya. Ia mendongak menatap Christian sambil perlahan berjalan mundur sementara Christian terus maju. Entah mengapa ia merasa aura Christian terlihat berbeda hari ini.

Pinggang Olivia membentur meja. Oh shit ! Olivia jadi tidak bisa kemanapun lagi. Sementara Christian semakin mempersempit jarak mereka.

Christian membenturkan dahinya ke dahi Olivia. Sementara kedua tangannya disandarkan ke meja tepat di samping tubuh Olivia.

"Kenapa buru - buru ? Heum ?"

"A... Aku, aku..."

Christian berbisik mendesah di telinga Olivia.

"Kau sangat cantik hari ini. Apa kau tidak merindukan aku ?"

"Pak Guru..."

Christian menunduk dan memegang kedua belah pipi Olivia. Ia tersenyum dan perlahan mendekatkan wajahnya...

'Tok tok tok !'

"Pak guruuuu !!!" suara cempreng beberapa murid terdengar dari balik pintu ruang bp. Christian pun langsung melepaskan tangannya dan menoleh ke arah pintu.

Olivia memutar bola matanya sambil memajukan bibirnya.

Itu pasti para fans Pak guru ! menganggu saja !

Saat Christian menoleh ke arah Olivia, ia menahan tawa karena melihat wajah Olivia seperti sedang ditekuk.

Christian menempelkan jari telunjuknya di bibirnya, dan itu membuat Olivia heran.

Olivia terkejut saat Christian mengangkat dan mendudukannya di atas meja persis seperti mengangkat seorang balita. Kini tingginya telah sejajar dengan Christian.

"Pak guru mau apa ?" bisik Olivia.

"Apalagi, sayang ?"

Perlahan wajah Christian mendekat. Tapi yang membuat Olivia sedikit bingung, kali ini Chris akan menciumnya dengan bibir yang terbuka. Padahal sebelumnya selalu dengan bibir tertutup.

Olivia membulatkan mata saat Christian melumat bibirnya dengan sangat rakus. Tidak seperti biasanya yang hanya bersentuhan bibir. Olivia ingin berteriak namun ketukan di pintu masih saja terdengar.

Olivia terpejam erat dengan meremas bahu Christian saat Christian menggigit kecil bibir bawahnya dan memasukkan lidahnya kemulut Olivia untuk mengabsen satu persatu gigi Olivia. Olivia pun kewalahan dibuatnya karena baru pertama kali berciuman seperti ini.

Saat mulai kehabisan oksigen, Olivia dengan sekuat tenaga mendorong dada Christian.

Christian pun melepaskan pangutannya dengan air liur yang memanjang dari mulut ke mulut, menandakan betapa panasnya ciuman mereka. Dan keduanya pun terlihat terengah - engah.

"I'm sorry. I miss u so much babe." bisik Christian.

Olivia ingin berbicara tapi siswi - siswi itu masih ada di balik pintu. Jadi ia hanya bisa menatap Christian dengan sayu.

Christian memeluk Olivia yang masih duduk di atas meja dengan lembutnya. Ia merasa bersalah karena sudah kebablasan saat ciuman tadi. Christian harus mengerti karena pacarnya adalah wanita yang belum dewasa sepenuhnya. Apalagi Christianlah yang pertama untuknya.

Tak lama kemudian, siswi - siswi yang tadinya ada di depan pintu ruang bp sudah pergi. Christian melepaskan pelukannya.

"Kamu... Nggak apa - apa ? Maaf ya ?"

"Mmm..." Olivia menunduk. Ia masih teringat dengan ciuman Christian tadi.

Christian mengambil tissue dan mengelap saliva di sekitar bibir Olivia karena sisa ciuman tadi.

"Aku janji, lain kali aku akan lebih lembut..."

"Hah...?"

Christian tertawa kecil.

"Ya udah... Ayo kita pulang bareng. Kebetulan aku juga sudah selesai."

***

Mobil Christian sampai di depan pagar rumah Olivia.

"Istirahatlah. Jangan lupa belajar. Okay ?" ucap Christian setelah mengusap pelan ubun - ubun Olivia.

"Mmm, iya Pak."

Olivia masih duduk di dalam mobil.

Mengapa dia tidak menciumku ?

"Ada apa sayang ? Ingin dicium ? Heum ?"

"Hah ?"