Bab 18

Sudah satu tahun Olivia hanya mengurung diri dalam rumah.

Kamarnya berantakan. Piring kotor berserakan, rumah yang penuh debu tebal karena sama sekali tidak di bersihkan, terasnya yang di penuhi rumput tinggi karena tidak terawat lagi. Laba laba pun bersarang ria di setiap sudut dinding.

Tante Olivia mencoba menyewa tukang bersih bersih, namun selalu di usir dengan kasar oleh Olivia.

Jika mau makan ia hanya mengorder makanan. Ia tidak mau keluar rumah apalagi kuliah. Tante Olivia merasa bersalah atas keadaan Olivia.

Begitu juga dengan Steven. Setelah ia mendengar bagaimana keadaan Olivia, ia merasa seperti seorang manusia paling egois di dunia. Dan Steven merasa sangat menyesal karena tidak bisa menepati janjinya pada Christian.

Olivia depresi karena di tinggalkan oleh Christian. Jika ditanya, ia enggan menjawab bahkan saat seorang psikolog didatangkan oleh tantenya, Olivia tak segan segan berlaku kasar dan memukulinya dengan benda tumpul.

Bahkan Anggi sahabatnya pun diusir olehnya. Anggi sampai menangis melihat keadaan Olivia. Anggi juga berusaha mencari tahu kemana Christian pergi. Namun hasilnya nihil.

***

"Ayah !!?! Ibu !!?! Adik ll?!" Dengan keringat yang bercucuran Olivia terperanjat dari tidur karena mimpi buruk yang di alaminya. Yaitu kecelakaan yang terjadi 10 tahun yang lalu.

Olivia menjambak rambutnya sendiri dan ia menangis sesegukan.

Ayah... Ibu.. Maafkan anakmu ini jika telah membuatmu sedih di alam sana... Maafkan aku...

Olivia menatap cermin. Ia miris melihat pantulan dirinya.

Rambut panjangnya yang acak acakan dan gimbal, matanya yang cekung serta kulitnya yang terbaluti oleh daki yang tebal akibat jarang membersihkan diri.

"Aku menyukai rambut panjangmu yang tergerai, Olivia. "

Olivia mengambil gunting dan ia memotong rambut panjangnya.

"Dengan memotong rambutku... Aku akan melupakanmu... Dan memulai kehidupan baru... "

***

Anggi mengantar Olivia ke bandara. Ia bahagia melihat sahabatnya kembali ceria seperti sedia kala.

"Aku pergi. Terimakasih banyak udah mau jadi sahabat aku selama ini... "

"Nanti Aku akan mengunjungi kamu Liv. Hubungi aku terus, ya... "

Anggi dan Olivia berpelukan untuk perpisahan mereka.

"Olivia ?! Tunggu ?!"

Terlihat Steven berlarian dan menabrak siapapun yang menghalangi jalannya hingga ia mendapat sumpah serapah dari orang orang tersebut.

"Olivia... Hah, akuh, hah. "

"Steven ? Tarik nafasmu perlahan. " Olivia keheranan melihat Steven.

"Olivia, aku ingin jujur kepadamu. Karena jika belum mengatakannya, aku akan merasa bersalah seumur hidupku. "

"...Jujur dalam hal apa ?"

"Sebenarnya... Aku mengancam Christian akan menyebarkan foto kalian saat sedang berpelukan dengan wajah yang jelas. Aku yang memaksa Christian untuk meninggalkanmu. " ucap Steven sambil terengah engah.

Mata Olivia dan Anggi membulat seketika.

"Steven ? Tega sekali kau... "Olivia hampir tidak percaya kalau Steven yang telah menyebarkan foto setahun yang lalu.

"Maafkan aku, Olivia... "

Olivia menghela nafas dan memejamkan matanya sejenak.

"Aku memaafkanmu, Steve. Terimakasih sudah berkata jujur."

Tidak ada gunanya Olivia marah. Jikalau tidak ada ancaman dari Steven pun Christian masih meninggalkan Olivia karena anak dan istrinya...

***

Olivia sudah sampai di kota dimana tantenya tinggal. Saat ingin memesan taksi online, ponselnya tiba tiba dirampas oleh pencopet.

"Toloong... Copeet ll?!"

Semua orang panik, Namun motor yang dikendarai dua pencopet itu dj tabrak oleh sebuah mobil mewah. Alhasil, kedua pencopet itu tumbang dan habis di hajar masa.

Olivia shock, ia memegangi dadanya dengan air mata yang berlinang.

Tak lama kemudian polisi datang.

Seorang pemuda tampan menghampiri gadis berambut sebahu itu.

"Hey ? Ini ponselmu ?" ucap pemuda itu sambil mengembalikan ponsel Olivia.

"Terimakasih. Maaf mobilmu jadi lecet..." Olivia menatap pemuda yang lebih tinggi 20 cm darinya itu.

Pemuda itu tersenyum.

"Tak apa. Kau kelihatannya baru datang di kota ini ? Apa aku perlu mengantarmu ?"

"Aku bisa naik taksi online. " Olivia mengutak atik ponselnya.

Shit !!?! Mengapa baterainya habis !!?! Sialnya lagi chargerku tertinggal !!?!

Pemuda itu tertawa dan menggelengkan kepalanya melihat ekspresi wajah Olivia.

"Bagaimana ? Mau ku antar ?"

Olivia sedikit mendongak menatap pemuda tampan itu.

Bagaimana aku bisa mempercayai pemuda ini ? Tapi daripada aku tertipu oleh tukang taksi dan aku di rampok...

Akhirnya Olivia bersedia diantar pemuda itu dengan mobil mewahnya yang sudah lecet.

"Kalau boleh tahu, siapa namamu ?" ucap pemuda tampan itu sambil menyetir.

"Olivia." jawab Olivia datar tanpa menoleh.

Ia tak segan meminta maaf, iajuga tak berminat dengan ketampananku. Bahkan ia awalnya menolak ku antar memakai ferari kesayanganku. Ini menarik perhatianku.

"Namaku Al gazali. Panggil saja aku Al. Boleh ku minta nomor ponselmu ?"

Olivia hanya menoleh sambil tersenyum.

Cuek sekali... Bahkan wanita di luar sana nekat memohon mati matian untuk meminta nomor ponselku. Haha. Wanita yang unik. Tapi sayangnya mungkin aku tak akan bertemu lagi dengan wanita ini.

Batin Al.

***

Tante Olivia sangat senang skaligus terkejut akan kedatangan Olivia yang tanpa memberitahunya terlebih dahulu.

Ini hari pertama dimana Olivia akan melaksanakan ospek di kampusnya.

"Olivia, jika ada yang berani mengganggu kamu, beritahu tante."

Olivia tersenyum.

"Olivia tidak ingin mendapat teman karena harta dan tahta tante. Dan Olivia ingin tinggal di apartemen biasa saja. "

Tantenya sudah menduga. Karena ia paham betul. Bahwa keponakannya itu sangat menjunjung tinggi ketulusan.

Sikap Olivia yang ramah dengan semua orang membuat ia mendapat banyak teman, baik dari kakak senior maupun setingkatnya dalam kurun waktu yang singkat.

Saat melakukan kegiatan ospek di lapangan, Olivia tersentak saat ada yang menarik lengannya dan ia langsung dikelilingi oleh tiga wanita.

"Kamu itu mahasiswa baru disini. Iadi jangan sok caper ya ?!"

Olivia hanya diam dan menunduk.

"Iya ! Ni cewek, mana pendek, sok cantik pula !"

Olivia masih diam. Sedangkan temannya hanya bisa melihat dengan tatapan kasihan dan tak berani ikut campur.

"Sekali lagi kami lihat kamu sok mencari perhatian, kami akan... "

"Akan apa...?!" Seorang pemuda berdiri membelakangi tiga senior itu sambil memasukkan tangan ke sakunya.

Tiga orang wanita itu perlahan menoleh ketakutan.

"Ka... Kakak Al ? Kami hanya... "

Al menatap tajam ketiga wanita itu.

"Jangan lagi ulangi hal ini padanya. Katakan pada yang lain juga. Kalian mengerti ?!"

Tiga wanita itu berlari terbirit birit. Semua orang di lapangan itu kini memperhatikan Olivia. Kakak senior berwatak dingin yang menjadi idola kampus dan terkenal paling ditakuti... Melindungi... Sarah Olivia ???

"Apa yang kalian lihat ? Lanjutkan kegiatan kalian ?!" ujar Al dengan nada tegas.

Al melihat ke arah Olivia.

"Olivia ? Kau terlihat pucat ?"

"Aku tidak ap... "

"Ikut aku. " Al menarik tangan Olivia lalu melangkah. Namun Olivia masih tetap di tempatnya.

"Tapi kak... "

Al menoleh, dan tersenyum melihat raut wajah Olivia yang melambangkan kecemasan.

"Jangan khawatir. Aku yang akan bertanggung jawab atas dirimu. "

Al menggandeng tangan Olivia, dan Ia berjalan diikuti oleh Olivia di belakangnya.

Semua orang hanya berani melirik dan tidak berani untuk menoleh. Karena Al sangat berpengaruh, baik dalam maupun luar kampus. Ia adik pengusaha terkaya nomor dua di negara itu, sedangkan siapa yang nomor satu ? Ya. Perusahaan orang tua Olivia yang sekarang dikelola oleh tantenya.

Mereka berjalan melewati gedung yang masih di renovasi. Olivia melihat ke atas. Matanya membulat melihat setumpukan kayu yang akan jatuh.

"Olivia !! Awas !" Al mendorong Olivia.

Olivia yang jatuh tersungkur berteriak seketika melihat Al yang tertimpa oleh kayu kayu itu.

"Kakak !!!"

***

Di poliklinik kampus, Olivia mengobati luka di kepala Al sambil meneteskan air mata.

"Olivia... Harusnya aku yang bawa kamu kesini. Ini malah kebalik." ujar Al tersenyum walau sedang merasakan sakit di tubuhnya.

"Aku baik baik saja. Maaf telah membuat kakak terluka."

"Tidak mengapa. Tapi, sepertinya tangan dan kaki kanan ku terkilir. Aku tidak bisa menyetir. " Ucap Al sambil meringis menggerakkan tangan dan kaki kanannya.

"Aku yang akan menyetir mobil kakak. Nanti aku pulang sendiri setelah mengantar kakak. "

"Jangan khawatir Olivia. Aku bisa menelpon sopirku."

"Tolong kak, biarkan aku menebus kesalahanku. " Olivia menunduk lesu.

Al menghela nafasnya.

Aku tak menyangka akan bertemu lagi dengannya disini. Awalnya kukira dia cuek. Tapi ternyata dia perhatian juga. Sepertinya aku benar benar tertarik padanya.

"Baiklah... Olivia. "

***

Christoper mengernyitkan dahinya karena mendengar suara perempuan dari kamar adik bungsunya. Ia pun berjalan perlahan dan memasuki kamar itu.

Terlihat adiknya sedang berbaring dan sedang di suapi makan oleh seorang wanita berambut sebahu yang duduk membelakanginya.

"Kakak ? Kapan kau datang ?"

"Baru saja. Ku dengar dari kampus kau mengalami kecelakaan kecil. "

Olivia tertegun mendengar suara baritone ini. Perlahan ia menoleh, mata Olivia pun membulat seketika.

Christoper mengernyitkan dahinya. Dan dalam sekejap ia tersenyum memandang wanita berambut sebahu itu.

"Kakak, kenalkan. Dia Olivia. Mahasiswi tingkat awal di kampus. Olivia, ini kakakku. Chris. "

Christoper sedikit heran. Al memang suka bermain main dengan banyak wanita. Namun semua wanita itu tak pernah satu pun di biarkannya menginjak rumah mewah itu. Al selalu bilang pada kakak kembarnya bahwa hanya calon istrinya saja yang akan dibiarkannya menginjak rumah tersebut.

Dan sekarang... Ia membawa mantan pacar Christian kerumah bahkan masuk ke kamarnya ???

Apakah Olivia memang special seperti yang dikatakan adik kembarku itu ?

Christian berpesan pada Al tidak mau bertemu dengan siapapun...

Al mengenalkanku padanya dengan sebagian namaku...

Sepertinya ini akan jadi permainan yang seru... Haha

Christoper tersenyum sambil menjulurkan tangannya.

"Aku Chris. Kakak Al. "