Part 3

Riya pun tiba di kantor Dewanta tepat jam 9 pagi. Di saat semua karyawan Dewanta baru datang kekantor mereka.

Riya melihat kesekeliling kantor yang terlihat bekas bangunan lama.

"Kok kantornya tua banget, pasti yang punya juga udah sepu" cibir Riya dengan menilai.

Tak lama terlihat seorang reseptionis wanita tersenyum di meja kerjanya.

"Pagi Mbak??"

"Pagi Mbak, maaf saya mau tanya, di sini bisa nerima anak magang gak Mbak?"

"Oh, bisa" sahut wanita reseptionis itu welcome.

Riya pun senang.

"Syaratnya gimana ya mbak??"

"Ah, kalau hal itu bisa tanya di Devisi SDM.. adik ini bisa langsung ke lantai dua lewat tangga sebelah kanan" arah sang reseptionis.

Riya mengangguk paham.

"Ooh"

Dan tak lama sang reseptionis memberi kartu nama pada Riya.

"Temui mas Jono, nanti akan di arahkan sama beliau"

Riya mengambil dengan membaca kartu nama tersebut.

"Jono bin Kadir" ucap berbisik Riya yang hampir saja tertawa membaca nama aneh itu.

"Kalau begitu saya ijin kesana dulu yaa, mbak terima kasih" ujar Riya yang berlalu pergi menuju lantai atas.

Setiba di lantai atas ia melihat kesekeliling dengan mencari pemplet ruangan. Ada 4 ruangan di sana, namun ia tak tau ruangan mana yang menjadi tujuannya.

Hingga terlihat seorang Cleaning Servis lewat. Riya pun menyampa wanita itu.

"Maaf mbak, mau tanya ru-ang SDM dimana yaa??"

Wanita itu menunjuk lurus pada sebuah ruangan.

"Ooh, ruang SDM paling pojok ya, baik terima kasih mbak"

Riya pun berjalan dengan langkah cepat. Ia berharap jika pak Jono adalah orang yang ramah.

Riya masuk dengan mengetuk pintu ruangan itu.

Tok.. tok..

"Permisi!" seru Riya sopan.

Terlihat dua orang wanita muda menoleh pada Riya.

"Ya??"

Riya datang mendekat dengan ragu-ragu.

"Pagi, mbak.. maaf saya mau ketemu pak Jono"

"Si Jono?" seru salah satu wanita dengan reflek melihat pada meja kerjanya.

"Belum datang kayaknya, ada apa??"

"Ohh, saya Noveriya dari Universitas Xxx.. mau ijin magang di sini" jawab Riya apa adanya.

"Kamu mau magang? di sini?? yakin??" tanya salah satu wanita dengan Alis terangkat.

"I-iya, mbak" jawab Riya jadi ragu.

"Waduh?? kenapa nie??" bisik batin Riya was-was.

"Ah, enggak.. semoga kamu bisa magang di sini" sahut salah satu dari mereka dengan tersenyum tipis.

Lalu tak lama terdengar suara langkah masuk di ikuti dengan suara super cemepreng. Sehingga kedua wanita itu reflek menoleh begitu pun dengan Riya yang merasa terusik.

"Iya..iya aku taulah.. ikh.. geram kali ku liat kau nie lah.. macam gak pernah aja kita kerjasama, ada pernah aku bohong, ikh benci kali ku dengar!!" cecar pria dengan logat batak namun di bumbuhin feminis.

"Tuh, si Jono" seru salah seorang wanita tadi pada Riya.

Dan kedua mata Riya reflek melebar karena kaget melihat sosok pria yang terlihat "kutilang" (tinggi, kurus, langsing) dengan baju model eksentrik.

"Hm, iya lah.. masak mau gak di bayar, kalaot aja yang begitu-begitu, benci kali aku liat orang serakah, gak kanlah di bawa mati tuh duit..ikh.. udah lah.. dak sanggup lagi ku ngomong sama kau nie, dah lah bodoh bengak pula..ikh.. habis pulsaku kau buat... Udahlah..udahlah, kau tunggu aja nanti anak buah ku bakal cari kau.. kau tunggu aja!!" tukas pria kutilang itu sembari memutuskan telfon dengan emosi.

Riya reflek menelan saliva pahitnya.

"Buset!! ini bener yang namanya Jono bin Kadir!! mati dah gue!!" rutu batin Riya ciut.

"Kenapa lagi Jon, pagi-pagi dah marah-marah?" tanya salah satu wanita itu dengan senyum lucu.

Pria eksentrik itu jalan dengan langkah gemulai membawa tas besar merek Louis Vuitton.

"Ini, benci kali awak liat, si Dimas itu entah bengak dia.. Bisa-bisanya dia salah kirim uang ke kita.. ikh macam gak pernah pun dia kirim duit tuh.. bukannya sekali pun tapi udah puluhan kali.. masa bisa salah.. kan gilak!!" geram Jono dengan terus mencela sosok yang telah membuatnya naik pitam pagi ini.

Riya mendengar dengan wajah pasih. Niatnya seketika terbang entah kemana ketika melihat sosok yang harus ia temui ini.

"Udah, jangan marah lagi.. tar dna salmo kulit lo bisa rusak, kan baru perawatan salmon kemarin.." goda salah wanita dengan senyum lucu.

Jono pun reflek memegang wajahnya dengan terkejut.

"Ah, masa.. suntik salmon mahal ini awak pakek, gak mungkin lah cepat rusak" elak Jono dengan sinis. Lalu tanpa sengaja tatapannya beradu pandang dengan Riya yang sedari tadi terpaku menatap dirinya.

"Eh, sapa nie??" tanya Jono ketus.

"Ini anak cari lo"

Kening Jono berkenyit bingung.

"Ada apa?"

Bibir Riya seketika keluh, keberanian seketika hilang di hadapan pria kutilang ini.

"Ah, sa-ya Noveriya Ka-k.. mau urus ijin Ma-gang" jawab Riya yang tiba-tiba jadi gagap.

Tatapan Jono seketika sinis menatap Riya dari ujung kaki hingga kepala.

"Dari kampus mana kau??"

"Kam-pus Xxx, kak"

"Ikh.. kampus apa tuh?? gak pernah pulak awak dengar" cepat Jono sinis.

Riya terkaget.

"Eh buset, ini kampus mahal loh.. bisa-bisanya nie bencong gak tau!!" rutu batin Riya tersinggung.

"Ya, udah.. mana berkasnya??" pinta Jono dengan ogah-ogahan.

Riya dengan cepat membuka tas ransel lalu dengan cepat menarik satu map biru dan memberikannya pada Jono.

Jono menerima dengan wajah enggan.

"Udah lah, kau tinggalkan aja ini, kapan sempat ku baca.. hari ini sibuk aku.. banyak urusan ku ini hari.." ujar Jono ketus dengan logat bataknya.

Riya reflek mengangguk. Jono melihat map itu dengan wajah yang enggan.

"Gimana saya tau kalau saya di terima magang kak?"

Seketika Jono berubah sini.

"Ya, ku telfon lah.. masak itu aja kau gak tau.. kalau ku telfon berarti masuk kau, kalau enggak urusan kau lah" jawab Jono ceplas-ceplos.

Riya hanya bisa menelan saliva kesalnya ketika mendengar suara cemepreng pria yang mulutnya minta di cabeiin.

"Sabar Riya.. sabar!!" seru batin Riya menenangkan dirinya sendiri.

"Ah, udahlah.. kau pulang sana.. jangan tambah semak ruangan karena liat kau nie, ada pulak rambut keribo begini di pelihara.. macam gak tau smooting aja kau nie" nyinyir Jono sinis dengan berjalan gemulai menuju meja kerjanya.

Riya hanya bisa terpelongo melihat tingkah pria gemulai itu. Sungguh ia harus kuat mental jika benar-benar magang di perusahaan Dewanta ini.

Riya pun berbalik arah dan keluar dari ruangan yang bising karena suara cemepreng Jono yang terus nyerocos tampa henti.

"Hebat benar dua mbak tadi, sanggup dengar itu suara selama kerja" bisik batin Riya dengan menoleh pada ruangan yang kini mulai terlihat sibuk.

Lalu dengan langkah pasti ia pun kembali turun kelantai bawah untuk pulang.

Usahanya untuk masuk ke perusahaan Dewanta tinggal selangkah, dan ia berharap pria gemulai itu memberi ijin.