Meja makan yang sebelumnya kosong kini telah terisi oleh beberapa makanan, dan juga orang orang yang akan menyantapnya.
"Hahahahhaha" tawa eci memecahkan keheningan pagi di meja makan, hanna dan devan menatapnya secara bersamaan, ada rasa terkejut di hati keduanya ketika eci tiba tiba saja tertawa.
" ini pasti buatan mu kan" ucap eci yang mengambil piring di hadapannya dan mengarahkannya pada devan.
Devan hanya meringis sambil menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal.
"Apa ini, apa kamu mencoba memasak arang?, atau sekarang arang sudah bisa untuk di konsumsi,, hahahaha" ucapan eci membuat devan merasa sangat malu sampai semua wajahnya kini memerah seperti buah tomat, karena dia tahu jika dirinya memang tidak bisa memasak dan tidak pernah memegang alat masak jika tidak di paksa.
hanna yang melihat wajah devan yang memerah pun ikut tertawa sampai terbahak bahak.
"kakak kau ini, jika kamu tadi tidak memintaku untuk melanjutkan ini mungkin arang itu tidak akan tersaji di atas piring" ucap devan dengan rasa malunya.
"wahahahah,, jadi kamu mengakui jika itu adalah arang" timpal hanna yang semakin tidak tahan menahan tawanya sampai ia menangis karena ucapan devan yang secara tidak langsung mengiyakan ucapan eci sebelumnya.
mereka bertiga pun akhirnya tertawa bersama dan menghabiskan makanan yang di masak oleh hanna, sedangkan masakan devan tersingkirkan begitu saja.
.
.
Beberapa saat berlalu, kini meja itu kembali kosong seperti semula, devan kembali dengan kesibukannya, eci dan hanna juga kembali kedalam kesibukannya.
"Han" ucap eci.
"Hmmm" hanna menyaut tanpa menoleh.
"Coba lihat ini" ucap eci lagi.
"Apa?" jawab hanna yang masih duduk di bangkunya.
"Sini cepat ih" menarik lengan baju hanna.
"Ada apa??" menatap layar laptop eci.
"Bukankah ini dokter yang waktu itu menolong mu?" ucap eci yang menujuk layar laptopnya.
Hanna terdiam menatap eci dengan wajah sedikit masam.
"Kenapa?" tnya eci.
"Untuk apa kau menunjukkan itu padaku?" jawab hanna.
"Hehe tidak apa apa, siapa tau kamu ingin tau dia lebih jauh" ledek eci yang tidak sengaja menemukan akun ensta milik dokter raffa.
hanna menghiraukan ucapan eci dan kembali ke meja kerjanya, sementara eci tertawa kecil melihat ekspresi hanna karena ledekannya. hanna kebali fokus pada pekerjaannya dan tidak ingin menghiraukan ucapan eci lagi.
Sampai tiba jam 12 siang dimana seharusnya mereka sedang menyantap makan siang, tapi mereka berdua tetap fokus pada pekerjaannya.
"tok tok tok" suara pintu terdengar.
"permisi bu" seorang wanita muda masuk dengan membawa paperbag berisi makanan di tangannya dan meletakannya di meja dekat jendela.
"Apa aku memesan makanan?" tanya hanna pada wanita itu.
"Aku yang memesannya" sahut eci.
"Owww okay,,, terimakasih yah" ucap hanna yang menatap wanita yang megantarkan makanan ke ruangannya.
"Sama sama" jawab eci.
"Aku tidak bicara padamu, tapi padanya" ujar hanna, wanita itu pun hanya tersenyum dan pamit pergi.
hanna kembali fokus pada pekerjaannya, eci terdiam menatap hanna, ia pikir hanna akan menghentikan pekerjaannya dan memakan makanan yang sudah di pesan olehnya, tapi hanna malah kembali bekerja. eci menghela nafasnya dan berjalan menuju makanan di sisi mejanya lalu membawakannya kedepan hanna.
"makanlah dulu, ini sudah waktunya makan siang, jangan sampai makanannya dingin" ucap eci yang menaruh makanan di atas meja hanna, dan hanna hanya mengangguk saja.
"Han makan dulu nanti kamu sakit aku yang repot loh" ucap eci namun lagi lagi hanna hanya mengangguk dan tidak bergeming dari posisinya. dengan rasa sedikit kesal tangan eci pun mengarah pada laptop hanna dan ingin menutupnya, namun sebelum tangan itu menyentuh laptop milik hanna, hanna dengan segera menahan tangan eci, karena jika eci sampai menutup laptopnya pasti akan ada perang dunia lagi, dan dia tidak mau mendengar ocehan eci, karena jika eci sudah mengoceh satu hari pun tidak akan bisa berhenti dengan mudah, dan itu adalah hal yang akan menganggu konsentrasi hanna.
"baiklah" hanna menyingkirkan tangan eci dari laptopnya.
dan akhirnya mereka pun menghabiskan makan siangnya meskipun eci masih kesal karena hanna makan sambil sesekali menyentuh laptopnya. eci hanya takut hanna akan sakit terlebih lagi dengan kondisi hanna yang aneh belakangan ini yang tidak ia ketahui banyak apa yang sebenarnya terjadi pada hanna, karena hanna masih belum menceritakan apapun sampai sekarang.
Hari menjelang sore, orang orang di kantor tempat hanna bekerja sudah mulai membereskan barang barang mereka dan bersiap untuk pulang, namun hanna dan eci masih tidak bergeming dari tempatnya, entah mereka lupa waktu atau memang sengaja menghiraukan waktu yang terus berjalan. kini suasana di kantor semakin sepi, satu persatu orang sudah mulai meninggalkan kantor dan pulang kerumah mereka masing masing, mungkin saat ini tinggal mereka berdua dan beberapa security yang bertugas yang berada di kantor.
'tik..tok..tik..tok' suara jarum jam terdengar sangat jelas di dalam ruangan kerja mereka, di iringi dengan suara dari keyboard yang mereka tekan, jari jemari mereka terlihat sangat mahir di atasnya.
"Tlakk" suara vas bunga yang terjatuh karena tersenggol oleh lengan eci mengagetkannya sekaligus menyadarkan eci dari kefokusannya itu, ia meletakkan posisi vas di tempat semula, iya melihat kesekelilingnya dan menatap jam di atas meja kerjanya.
"Oo waww sudah jam segini!!" Jarum jam menunjukan pukul 7 malam.
"Derrtttt...derrttt" ponsel eci berdering tiba tiba, ia pun mengangkatnya.
"Halo.."
setelah beberapa saat ia pun menutup ponselnya dan menatap hanna yang masih fokus menatap layar laptopnya, hanna terlihat seperti seekor singa yang tengah menatap mangsa buruannya, begitu tajam dan penuh ketelitian, akhirnya eci pun beranjak dari kursinya dan menghampiri hanna.
"Apa kamu tidak lelah?" tanyaa eci.
Hanna menggelengkan kepalanya, melihat jawaban hanna eci hanya bisa menghela nafas saja dan berjalan kembali ke mejanya.
"Pulanglah jika kamu lelah" ujar hanna.
Eci pun menoleh ke arah hanna,
"Tidak,, mana mungkin aku meninggalkan mu sendiri" jawab eci.
"Kan aku tidak sendiri, ada security yang menemaniku" ucap hanna.
"Emmm tidak mau" sahut eci.
"Huhhhhh..emmm aku lapar, aku ingin makan masakan mu, buatkan aku sandwich kesukaan ku, mau kan??" ucap hanna yang mencoba mencari alasan agar eci bisa beristirahat di rumah, karena ia melihat raut wajah eci yang sepertinya sangat lelah.
"Kamu bisa memesannya, jangan cari alasan untuk mengusir ku" sahut eci.
"Aku tidak mengusirmu, kan kamu tahu jika aku hanya suka sandwich buatan mu, dan juga aku kan sudah lama tidak makan sandwich buatan mu lagi" ucap hanna dengan nada memelas. eci menatap hanna yang tengah menunjukan wajah melasnya itu.
"Aku tidak akan meninggalkanmu titik" jawab eci.
"Baiklah jika kamu ingin aku sakit" ucap hanna, ia pun yang kembali mengerjakan pekerjaannya.
mendengar jawaban hanna hati eci terasa sangat sakit, ia tidak sanggup membayangkan jika hanna sakit hanya karena dia tidak mau membuatkan sandwich untuk hanna.
"Okay aku akan buatkan, kamu tidak boleh kemana mana, aku akan kembali secepatnya" kata eci. hanna pun menatap eci dan tersenyum, lalu eci pun berlalu meninggalkan hanna sendirian.
Setelah kepergian eci hanna meningkatkan lagi tingkat kefokusannya agar semua pekerjaannya selesai malam itu. angin di luar sana bertiup sangat kencang tapi ruangan hanna terasa sangat hangat, karena dia sudah meminta untuk menaruh penghangat di ruangannya.
.
.