Eci masuk ke dalam unitnya, dan menaruh tas di samping devan yang sedang menonton tv.
"Kamu pulang sendiri ka?" ucap devan.
"Hmm" sahut eci yang berjalan menuju dapur.
Devan menatap eci yang terlihat sangat kelelahan dan juga terburu buru menuju kedapur.
"Ka eci kenapa ya?" batinnya. tapi devan tidak menghiraukan nya,, beberapa saat kemudian eci muncul lagi di hadapan devan.
"Jangan makan yang ada di meja makan, kalau mau makan kamu makan yang ada di dapur okay" ucap eci yang berjalan kekamarnya.
"Memang nya kenapa?" tanya devan.
"Itu untuk hanna" sahut eci.
"Memang dia ada dimana?" tanya devan lagi.
"Kantor" jawab eci yang menutup pintu kamarnya.
"Kantor?, jam segini dia masih di kantor?, ngapain?" ujar devan lirih.
.
.
Sementara itu hanna masih sangat fokus dengan laptopnya, ia sudah menghabiskan dua gelas kopi untuk menahan rasa kantuknya, karena dia sudah mengatakan pada dirinya sendiri akan menyelesaikan pekerjaan ini sebelum malam tahun baru nanti, tapi sepertinya itu tidak berpengaruh, matanya mulai terkatup katup tapi ia mencoba membuka lebar matanya, sampai ia memesan satu gelas kopi lagi.
"Kenapa ka eci ga keluar dari kamar? katanyanya mau antar makanan ke kantor. devan pun bangun dari duduknya dan memeriksa kamar eci.
"Hahhh??? apa apaan dia ini, katanya sahabat sejati tapi ko malah di tinggal tidur" ujar devan yang melihat eci tertidur pulas di kamarnya.
"Sepertinya ka eci ketiduran, kasian sekali si singa itu di kantor pasti dia kelaparan" devan menutup kembali pintu kamar eci dan berjalan ke dapur.
"Sebaiknya aku antarkan saja deh, sekalian aku mau lihat apa sih yang di kerjakan dia sampai selarut ini" devan mengambil kotak makanan di atas meja makan dan berjalan ke arah mobil lalu pergi ke kator tempat hanna berada.
.
.
"Sedikit lagi, ayolah mata bertahan lah tinggal sedikit lagi" ucap hanna untuk menyemangati dirinya sendiri. ia pun mengambil ponselnya dan memutar musik agar menghilangkan keheningan di dalam ruangannya. saat musik terdengar ia sedikit lebih segar dari sebelumnya, ia mengangguk anggukkan kepalanya dan ikut bernyanyi, sambil sesekali meminum kopi yang berasa di sampingnya, matanya tidak pernah lepas dari layar laptop, ia bernyanyi dan tersenyum mendengar alunan musik dari ponselnya itu, tapi itu tidak bertahan lama, kantuknya kini datang lagi bahkan lebih parah dari sebelumnya, hanna mencoba menggeleng geleng kan kepalanya tapi kantuknya berhasil mengalahkan nya, matanya perlahan mulai tertutup, dan ia tidak menyadari jika posisi duduknya berada di pinggir sekali. Kepala hanna membawa tubuhnya untuk jatuh kelantai, untung saja devan datang tepat waktu dan langsung berlari memahan tubuh hanna yang hampir terjatuh dari kursinya.
"Huhhh, untung saja aku datang tepat waktu, jika tidak-- tunggu!!.. kenapa aku jadi mengkhawatirkan dia" devan menatap hanna dan menyadari kenapa dia tiba tiba jadi perhatian pada hanna.
Kepala hanna kini berada di tangan devan, devan pun menyandarkan kepala hanna di atas meja.
"Dia ini ceroboh sekali" ucap devan.
ia menaruh kotak makanan yang berisi sandwich itu di meja hanna, dan ia duduk di kursi yang tidak jauh dari hanna.
"Hangat sekali disini" ujarnya yang tadi kedinginan saat masuk kedalam kantor itu. devan menatap hanna yang tertidur pulas di atas mejanya.
"Dia itu sebenarnya cantik jika diam seperti itu, tapi kenapa dia itu rewel dan galak sekali, jika dia tenang seperti saat dia tidur sekarang mungkin aku tidak akan memberi julukan singa padanya" kata devan lirih.
"Aahh kenapa aku jadi membicarakannya" devan mencoba mengalihkan perhatiannya dan mencari kesibukan dengan memainkan ponselnya agar tidak melihat ke arah hanna.
Tak berselang lama dari kedatangan devan, hujan turun dengan derasnya, beserta dengan kilat dan petir yang menyambar dan mengeluarkan suara garangnya.
"Wahhh kenapa tiba tiba cuacanya jadi seperti ini" Devan menatap ke arah kaca yang berada disampingnya, lalu menoleh menatap hanna.
"Dia masih tertidur yah, aku jadi tidak enak meninggalkannya sendiri disini, dan aku juga tidak mungkin membawa nya pulang, pasti dia sangat berat jika aku menggendongnya" batin devan, ia seperti itu karena eci dulu pernah bilang jika sahabatnya memiliki kemampuang tidur yang sangat luar biasa, dan kini ia tahu siapa sahabat eci adalah hanna.
.
.
Devan kembali menatap layar ponselnya, tapi ia sesekali menatap hanna yang tidak bergeming, ia berfikir hanna pingsan, ia pun langsung menghampiri hanna dan mencoba mencubit pipi hanna.
Saat mencubit pipi hanna devan tersenyum sendiri,
"Pipinya kenyal sekali, jadi seperti pipi bayi" akhirnya devan gemas dengan pipi hanna dan mencubitnya lagi dan lagi, sampai akhirnya hanna menggerakkan kepalanya,
"Syukurlah dia tidak pingsan" ujar devan.
bukannya kembali ke posisinya devan malah mengeluarkan ponsel dari sakunya dan memfoto wajah hanna yang terlihat sangat lucu saat tertidur, ia mengambil beberapa foto wajah hanna yang tertidur dan melihat hasil jepretannya.
"haha aku tidak tahu jika dia bisa terlihat menggemaskan seperti ini" ujar devan yang masih melihat hasil fotonya.
kemudian ia melihat hanna yang sepertinya mulai tidak nyaman dengan posisi tidurnya, devan pun mencoba untuk memindahkan hanna ke sofa.
"Waaahhh.... dia benar benar berat sekali" ucap devan yang sedang mengangkat tubuh hanna dan memindahkannya ke atas sofa.
"Huhhh ya ampun berat sekali" ucap devan setelah membaringkan tubuh hanna di atas sofa, tapi saat ia akan bangkit justru kancing kemejanya tersangkut di baju bagian belakang hanna.
"Hahhh ya ampun kenapa bisa nyangkut di belakang gini" kata devan yang mencoba menarik lengannya, tapi tidak bisa,, akhirnya ia pun mencoba memiringkan posisi tidur hanna agar dia melihat dan mengeluarkan kancing baju miliknya yang terangkut di baju belakang hanna. tapi sebelum itu terjadi, hanna mengubah posisi tidurnya sendiri menghadap devan yang tentunya semakin menahan tangan devan di bawah tubuhnya.
devan sangat terkejut dengan wajah hanna yang kini berada tepat di depan wajahnya.
Degup jantung devan mulai tidak karuan, tubuhnya terasa membeku, ia tidak mengerti harus melakukan apa saat ini, yang pasti ia tidak bisa membuatnya terus berada di posisi ini. ia pun mencoba menggeser tubuh hanna tapi hanna, hanna tidak merasakan jika tubuhnya kini sedang menyusahkan orang lain. sampai akhirnya devan bisa melepaskan lengan bajunya dan kembali ke tempat dia duduk tadi.
keringat dingin membasahi tubuh devan yang baru kali ini bertatapan sangat dekat seperti tadi dengan seorang wanita, karena selama ini devan hanya kuliah dan berada di depan buku dan hobinya itu. devan menyandarkan tubuhnya ke sofa dan memejamkan matanya, tapi baru beberapa detik matanya terpejam suara petir di luar mengagetkan dirinya, dan akhirnya ia kembali manatap hanna dari kejauhan. tapi ada yang aneh dari tubuh hanna, benar saja, benerapa saat kemudian hanna mulai gelisah dalam tidurnya, devan pun beranjak dari duduknya dan menghampiri hanna, tapi kakinya malah tersandung kaki meja.
"Heeee!!!!".....