Terdampar disisi baru II

"Maksud mu jika tidak di pegang nenek itu benda ini tidak akan terlihat?" timpal hanna.

"Ya, itulah mengapa aku bertanya dari mana kau mendapatkan ini, dan bagaimana kau bisa melihat bahkan sampai memegang benda ini" tanya arthur.

"A-aku.. aku tersandung sesuatu dan terjatuh, aku tidak tahu apa yang membuatku terjatuh dan benda ini yang pertama aku lihat ketika aku terjatuh jadi aku mengambilnya untuk melihatnya lebih dekat dan saat aku mengambilnya tiba-tiba saja anak panah mendarat tepat di depan ku" jawab hanna.

"Pantas saja kau tadi di serang, itu karena kau memegang benda ini, ketika benda ini terlihat ia akan bersinar" jawab arthur. mendengar perkataan arthur hanna pun melihat ke arah benda itu namun ia tidak melihat cahaya apapun.

"Apa kau mencoba menipu ku?" ujar hanna yang menatap tajam arthur.

"Apa!! menipu mu?... untuk apa aku menipu mu, ya sudah jika kau tidak percaya?" arthur langsung membuang mukanya mendengar perkataan hanna yang mengatakan dia menipu hanna. ketika arthur kembali menatap hanna, ia terkejut melihat cincin yang melingkar di jari manis hanna ketika hanna sedang mengusap keringat dari dagunya, arthur langsung menarik tangan hanna.

"Cincin ini, bagaimana bisa cincin ini juga ada di tangan mu? apa kau mencurinya?" tanya arthur.

"Enak saja, ini cincin ku?" jawab hanna yang langsung menarik tangannya dari gengaman arthur.

Arthur kembali menarik tangan hanna kini ia mencoba melepaskan cincin itu dari jari hanna.

"Tidak mungkin" jawab arthur yang mencoba menarik keluar cincin itu dari jari hanna, namun saat ia menariknya hanna langsung merasakan lehernya seperti tercekik. hanna pun langsung memegang lehernya yang saat ini mengeluarkan darah sangat banyak. melihat darah yang keluar dari leher hanna arthur pun terkejut dan melepaskan tangan hanna.

"Akkkhhhh sakitt" hanna berteriak kesakitan, rasanya seperti ada benda bergerigi yang sedang merobek-robek luka hanna, ia meringkuk kesakitan. arthur langsung membuka perban yang melingkar di leher hanna, saat ia melihat luka yang ada di leher hanna ia pun terjatuh dan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.

"Mungkinkahh" batin arthur. ia menatap hanna dengan teliti.

"Akhhhh ibuuu" teriak hanna. arthur langsung mendekati hanna dan mencoba menahan darah yang keluar dari luka hanna. namun luka hanna terus mengeluarkan darah, sampai akhirnya karena tidak sangup untuk menahan rasa sakit hanna pun jatuh pingsan dengan banyak darah di tubuhnya.

Arthur diam membeku menatap hanna pikiranya kini tidak bisa menerima apa yang ada di hadapannya, tapi ia langsung berlari keluar mencari sesuatu untuk menahan darah yang keluar dari leher hanna.

Beberapa saat kemudian arthur kembali dengan membawa sesuatu di tangannya dan langsung membersihkan luka hanna dengan hati hati, setelah selesai ia membaringkan hanna tak jauh dari api unggun agar hanna tetap hangat.

Arthur duduk tak jauh dari hanna, tatapannya tidak lepas dari hanna.

"Apa mungkin dia--- tidak!! itu tidak mungkin terjadi... tidak.. ini hanya sebuah kebetulan saja" ucap arthur.

"Emmmmm" suara hanna mengagetkan arthur yang sedang bergelut dengan pikirannya sendiri, arthur langsung menghampiri hanna untuk melihat kondisinya.

"Apa kau baik baik saja?" tanya arthur.

"Hmm" hanna mencoba untuk duduk dan arthur membantunya untuk bersandar pada dinding gua.

"Ini minumlah" ucap arthur yang memberikan botol air pada hanna.

Hanna menatap botol itu sejenak sebelum akhirnya di timpal oleh ucapan arthur.

"Aku tidak menaruh apapun disini tenanglah, jika kau tidak percaya aku akan meminumnya sedikit" arthur langsung menenggak sedikit air dari botol yang ia pegang untuk menghilangkan rasa curiga hanna pada dirinya. melihat arthur seperti itu hanna pun meraih botol yang di berikan oleh arthur padanya, hanna menenggak habis isi dari botol itu.

"Apa kau masih haus?" tanya arthur.

Hanna menggelengkan kepalanya, ia tidak mau membuat arthur kesusahan, terlebih lagi arthur memiliki luka di tubuhnya karena menyelamatkan dirinya.

Mata arthur kembali menatap cincin yang terpasang di jari manis hanna, ia ingin menanyakannya lebih rinci tapi ia tahu jika kondisi hanna sekarang tidak baik jadi dia mencoba untuk menahan rasa penasarannya itu. melihat mata arthur yang sedari tadi memperhatikan tangannya hanna pun mengerti jika arthur ingin bertanya banyak padanya tapi pasti ia tidak ingin memaksa untuk mengatakannya.

"Sebenarnya.."

ucapan hanna membuat arthur kaget dan menatapnya.

"Aku baru memiliki cincin ini" ujar hanna, mata arthur menatap hanna dengan serius.

"Mmm bisakah.. kamu tidak menatap ku seperti itu??" ujar hanna yang tidak nyaman dengan tatapan arthur.

"Ohh, yaa maafkan aku" arthur mencoba mengontrol dirinya.

"Saat itu aku sedang tertidur di kamarku, dan saat aku terbangun aku sudah memiliki luka ini" ucap hanna.

"Hahh!! bagaimana bisa?" timpal arthur.

"Ya aku sendiri tidak tahu,.. lalu aku mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi tapi semakin aku mengingat luka ku semakin terasa sakit" lanjut hanna. arthur mendengarkan cerita hanna dengan teliti.

"Kemudian saat aku di perjalanan menuju kantor, aku--" ucapan hanna kembali di timpal oleh arthur.

"Kantor?? apa itu?" tanyanya penasaran.

"Kantor itu nama tempat dimana aku bekerja untuk mencari uang" jawab hanna.

"Uang?? apa itu uang??" tanya arthur lagi.

"Uang itu selembar kertas yang bisa digunakan untuk membeli sesuatu yang kamu inginkan" jawan hanna.

"Emm apa itu kertas?" tanya arthur lagi.

"Huhhhhh sabarr.... kertas itu alat yang di gunakan untuk menulis sesuatu" Jawab hanna.

"Em A---" arthur tersentak oleh ucapan hanna.

"Jangan tanya lagi" sahut hanna.

"A-" arthur terdiam melihat hanna yang terlihat kesal.

Ketika melihat arthur yang kembali diam, ia pun melanjutkan ceritanya.

"Saat aku menuju kekantor aku melamun dan hampir menabrak seorang nenek, sontak aku turun dari mobil dan memeriksa kondisi sang nenek, lalu aku mengajaknya untuk naik kedalam mobilku dan mengantarnya pulang, tapi setelah itu aku terbangun dan berada di sebuah kelinik dan sudah memakai cincin ini" ujar hanna.

"Bagaimana penampilan nenek itu?" tanya arthur.

"Emmm ntahlah aku tidak terlalu mengingatnya, tapi dia beberapa kali muncul di dalam mimpiku dan mengatakan sesuatu yang berkaitan dengan luka dan cincin ini" ucap hanna.

"Baiklah dengarkan aku, kamu tidak boleh menceritakan ini pada siapapun, jangan sampai cerita ini di ketahui oleh orang lain, apapun yang di tanyakan padamu, kamu harus berhati hati, dan jangan sampai ada yang melihat cincin dan batu ini berada padamu, kamu mengerti!!" arthur menatap hanna dengan serius.

Hanna mengangguk untuk menjawab perintah arthur.

"Tapi---"

'bruk..bruk..brukk..bruk' terdengar banyak sekali suara langkah kaki di luar gua.

"Cepat ambil kita pergi dari sini" arthur menarik tangan hanna.

Hanna mengikuti langkah kaki arthur tapi lama lama ia kewalahan karena arthur sangat cepat, akhirnya arthur kembali menggendong hanna dan berlari mengikuti lorong gua.

"Arthur boleh aku bertanya" tanya hanna.

"Tanyakan saja" ucap arthur yang masih berlari.

"Apa luka mu tidak sakit, kamu menggendongku seperti ini" ucapan hanna membuat mata arthur sedikit terbuka dan melambatkan larinya.

Hanna menggosokkan kedua telapak tangannya dan meletakkannya di atas luka arthur, arthur terkejut dengan tindakan hanna.

"Apa yang kau lakukan" tanya arthur yang langsung berhenti.

"A-aku...aku hanya mencoba menghangatkan lukamu" ucap hanna, mendengar jawaban hanna arthur hanya diam dan langsung menurunkan hanna dari punggungnya.

Hanna menatap pria di hadapannya

"Kenapa?" tanya hanna.

Tapi arthur tidak menjawab dan pergi meninggalkan hanna sendiri.

"Ada apa dengannya?" batin hanna.

.

.