Kepanikan eci

Di sisi lain eci masih belum sadar jika hari sudah larut dan sahabatnya belum juga kembali, bahkan ia sama sekali belum beranjak dari ruang kerjanya sejak pagi tadi, ia bukan hanya menyelesaikan pekerjaannya tapi ia juga mengerjakan pekerjaan hanna, ia benar-benar sahabat yang sangat pengertian dan baik hati. namun terkadang kesibukan nya bisa melupakan orang yang sedang bersamanya. tak lama kemudian pekerjaan eci selesai dan ia beranjak menuju dapur mengambil minum, dan berjalan menuju ruang tv hendak minum obat, ia melihat kotak obat yang tidak pada tempatnya, ia pun mengambil kotak obat itu dan membukanya, hedak meminum obat miliknya, tapi obat nya tak tertutup dengan benar ia pun menghitung isinya yang ternyata berkurang satu.

"Aku belum minum obat hari ini kenapa sudah berkurang satu" eci bertanya-tanya kemana perginya satu butir obat itu..

"Apa tadi hanna salah minum?!" eci mulai sadar dengan sahabatnya dan mencarinya ke kamar.

"Han kamu salah minum ob--!!!" eci menjatuhkan kotak obat nya, ia terkejut sahabatnya tak ada di kamar, ia mencari keluar dan ke seluruh ruangan tetap tak menemukan hanna, ia mencoba menelpon ponsel hanna tapi tidak aktif. eci mulai panik dan mencari hanna di sekitar apart,,

Eci mencari ke loby, ke taman, kolam renang dan mengelilingi apartemen untuk mencari hanna tapi hasilnya nihil.

"Ya tuhan bagaimana aku sampai melupakan sahabatku, bahkan dia sedang sakit saat ini," eci menangis menyesali perbuatannya yang terlalu fokus pada pekerjaan sampai tidak tahu sahabatnya menghilang

Ia bertanya pada petugas dan meminta memeriksa rekaman cctv, namun cctv dari lantai eci sampai atap sedang dalam perbaikan. pada saat itu eci teringat kata-katanya yang pernah memberitahu taman di atap yang jarang orang tahu, eci bergegas menuju atap berharap sahabatnya ada di sana.

.

.

.

hanna terbangun dari tidurnya, ia mencoba bangun dan menata penglihatannya, memperhatikan semua yang ada di sekitarnya, sebuah tempat yang belum pernah ia datangi dan seorang pria yang tengah tertidur di sofa menghadap nya, dalam benaknya ia bertanya di mana dan dengan siapa dia, hanna melangkah perlahan dan terus memperjelas penglihatannya, ia melihat dekorasi ruangan yang tidak asing.

"sepertinya ini masih di apartemen yang sama, aku harus keluar dan mencari eci, dia pasti mengkhawatirkan aku" batin hanna.

hanna melangkah perlahan mencari pintu keluar, sampai akhirnya ia pun keluar dari unit itu, hanna berjalan menjauh ia berharap bertemu seseorang untuk bertanya di lantai berapa kah dia saat ini, karena penglihatannya masih belum cukup jelas di tambah kepala nya yang terasa berat dan sangat pusing, namun ia tidak menemukan seorang pun yang dapat ia tanya dan dimintai pertolongan, hanna berusaha untuk menemukan anak tangga, ia berjalan merambat menahan kantuk yang masih melanda dirinya, beberapa saat kemudian ia menemukan pintu menuju anak tangga saat ia buka sunyi sekali tidak ada satu orang pun yang lewat, ia berfikir mungkin karena semua orang menggunakan lift jadi ia tidak akan menemukan orang yang lewat tangga seperti dirinya, ia terdiam menatap anak tangga hanna bingung naik atau turun yang harus ia tuju untuk sampai pada eci, akhirnya ia mencoba untuk melangkah pada anak tangga yang mengarah ke bawah, ia berharap jika ia salah arah setidaknya posisinya mengarah ke bawah dan dapat bertanya di loby nanti, namun baru satu langkah kakinya menginjak anak tangga.

"AAAAKKkkkkhhhhhh" hanna teriak kesakitan badannya terjatuh ke lantai, darah seketika mengalir dari lehernya, tangan hanna mengepal menahan sakit dan nafas nya yang semakin terdengar berat.

"Ada apalagi ini" batin hanna bertanya-tanya, ia mencoba bangun dan meneruskan langkahnya, berjalan merambat memegang erat lengan tangga dan menahan rasa sakit, darah menetes di semua anak tangga yang telah hanna lewati sampai pada akhirnya hanna tidak sanggup menahan sakit dan terjatuh ke lantai.

.

.

"Brakkk" suara dari hentakan pintu yang di buka oleh eci, membuat burung-burung terkejut dan berterbangan, bahkan rintik hujan masih menyelimuti malam dengan angin dingin nya yang berhembusan ke sana kemari menabrak dedaunan, eci berlari menyusuri taman untuk menemukan sahabatnya namun ia tidak menemukan hanna di manapun, eci kembali memeriksa taman sekali lagi berharap ada sudut yang ia lewatkan dan menemukan sahabatnya.

"Han kamu dimana??" airmata mulai membasahi pipi eci yang mulai bingung mencari hanna kemana lagi, ia berfikir hanna tidak akan keluar dari area apartemen nya, eci terduduk lemas di depan bangku taman menutup wajah dengan kedua tangan, ia merasa sangat bersalah karena terlalu sibuk sampai tidak ingat sahabatnya sendiri. saat eci hendak bangkit untuk mencari hanna lagi ia melihat sesuatu yang tergeletak di bawah bangku, ia pun mendekati benda itu dan meraih nya, ternyata itu adalah ponsel milik hanna yang sudah basah terkena hujan.

"Ini ponsel milik hanna, itu artinya ia sempat ke sini, jika ia tadi benar salah minum obat pasti ia akan tertidur di sini tapi di mana hanna?,, apakah ada yang membawanya!!" eci semakin panik, ia mengusap airmata nya.

"Tidak!! tidak mungkin ada yang membawa hanna, tidak banyak orang yang tahu tempat ini, kecuali!!!.... kecuali hanna pergi sendiri dan tertidur di suatu tempat saat meninggalkan taman... yaa.. pasti hanna tertidur di suatu tempat, aku tidak boleh berfikir terlalu jauh, sebaiknya aku pergi lewat... TANGGA!!... YAA tangga kenapa aku bisa lupa hanna tidak bisa naik lift pasti ia lewat tangga" eci berlari meninggalkan taman dan menuju anak tangga, saat ia menuruni anak tangga ke dua ia terdiam melihat lantai dengan banyak bercak darah, ia ingat leher hanna terluka ia pun kembali berlari dan terjatuh, tak jauh dari tempat eci terjatuh di situlah ia melihat sosok wanita tergeletak penuh darah. mata eci terbelalak dan langsung berlari mendekati wanita itu, air mata eci berhamburan saat mendekati tubuh yang tergeletak lemas itu.

"Haa--Hannaaaaaaaa!!!!"

.

.