hanna langsung tersadar akan sesuatu, ia langsung menyilangkan tangannya di depan dada dan menatap tajam ke arah pria di sampingnya.
"Apa??" pria itu bingung dengan tingkah hanna.
"KAUUU!!" hanna memundurkan tubuhnya menjauhi pria di hadapannya, pria itu langsung sadar dengan maksud hanna.
"Wahhh apa kau berfikir aku melakukan sesuatu padamu,,wohhh" ujar si pria.
"Aku tidak melakukan apapun padamu, justru aku menolong mu, jika bukan karena aku, pasti kamu sudah sakit karena kehujanan di atap waktu itu" pria itu mencoba menjelaskan pada hanna jika dirinya tidak melakukan apapun.
"Mana mungkin aku bisa percaya pada mu" jawab hanna.
"Ya tuhan, wanita ini" ucap pria itu lirih sambil berdesah lembut.
"Bukan kah kau tersadar dan pergi dari unit ku?" tanya si pria dengan santai.
"Tentu saja, untuk apa aku terus di sana" jawab hanna masih dengan nada curiga.
"Lalu, saat kau sadar apa ada dari bajumu yang terbuka atau rusak?" tanya si pria.
"Mana aku tahu, waktu aku sadar aku tidak sempat memperhatikan itu, karena kepala ku yang terasa sangat pusing" batin hanna.
"Apa mungkin dia benar tidak melakukan apapun padaku,, akkhhh ini sungguh membuatku bingung dan kesal" batin hanna.
"Kenapa diam?" tanya si pria yang melihat hanna hanya diam tak menjawab.
"Ahhh sudahlah lupakan itu, aku tidak mau membicarakan hal itu lagi" hanna langsung berjalan meninggalkan pria itu.
"Dasar wanita" ujar si pria yang tersenyum melihat tingkah hanna, pria itu pun berjalan menyusul langkah hanna.
"Pantas saja dia tadi seakan mengenal ku, ternyata dia memang pria menyebalkan itu" ucap hanna lirih namun ternyata terdengar oleh si pria.
"Menyebalkan??... siapa yang kau maksud?" tanya si pria.
"Siapa lagi kalo bukan orang yang sama yang membuat kue ku hancur" jawab hanna yang menghentikan langkahnya dan duduk di bangku taman tepi jalan.
"Ternyata kau memang suka mencari masalah ya nona burung" sahut si pria yang ikut duduk di samping hanna dan mengeluarkan sepotong roti yang tadi mereka rebutkan. melihat kue yang di sodorkan ke hadapannya tangan hanna pun spontan ingin meraih nya tapi kemudian ia sadar jika ia sekarang sedang merasa kesal, melihat hanna yang tidak jadi meraih kue lezat itu si pria langsung menggigit kue nya, sampai membuat hanna menelan ludah saat melihatnya. si pria pun tersenyum melihat ekspresi hanna yang merasa gengsi, akhirnya ia mengeluarkan kembali sepotong roti yang satunya dan kembali menyodorkan nya ke hanna, namun hanna membuang mukanya.
"Ya sudah jika tidak mau akan aku makan lagi" ujar si pria yang dengan sengaja menggoda hanna. mendengar ucapan si pria hanna pun dengan cepat mengambil kue itu dari tangan si pria dan menggigitnya. melihat hanna yang memakan kue itu dengan malu-malu membuatnya tersenyum.
"Namaku reco, siapa nama mu?" tanya reco.
"Hanna" jawab hanna singkat.
"Nama yang cantik" puji reco. namun hanna malah menatapnya tajam, melihat tatapan hanna reco pun tertawa geli.
"Kau ini garang sekali, padahal aku memuji mu, tapi kau malah menatap ku seperti itu,, dasar anehh" kata reco. namun hanna tidak menjawabnya dan langsung mengalihkan pandangannya ke sisi taman.
"Kenapa kau bisa di sini, bukankah ini jauh dari apartemen mu?" tanya reco penasaran.
"Hahhh?,, siapa bilang,, apartemen ku di sana" hanna menunjuk ke gedung besar di seberang jalan..
"Ahhhhh begitu rupanya,, lalu waktu itu kenapa kau bisa ada di apartemen itu?" tanya nya lagi.
"Bukan urusan mu" jawab hanna singkat. reco hanya menganggukkan kepalanya saat mendengar jawaban singkat hanna. mereka duduk dalam diam di tengah kota paris yang sangat indah, hanna yang masih memakan kue miliknya, saat kue miliknya habis, reco memberinya air minum yang tersisa setengah botol, hanna meminum dan menghabiskannya, sampai membalikkan botolnya, melihat hanna yang sepertinya masih ingin minum reco pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju supermarket yang berada tak jauh dari tempat mereka duduk. Melihat reco yang tak banyak bicara dan langsung bertindak membuat hanna menatap kepergian reco.
hanna kembali menatap reco dari kejauhan yang sedang mengantri di kasir, saat reco tak sengaja menatap hanna mata mereka bertemu beberapa saat sebelum hanna mengalihkan tatapan matanya, reco hanya bisa tersenyum melihat tingkah hanna. saat menatap langit hanna merasakan seperti ada rasa yang mencekik paru-paru nya, udara di sekitarnya tiba-tiba berubah menjadi dingin, hanna tak mengerti apa yang terjadi pada dirinya saat angin dengan cepatnya mengibaskan rambutnya hingga mengenai matanya membuat hanna memejamkan matanya yang terasa perih, saat itu juga hanna teringat oleh ucapan seorang nenek yang mengatakan hanna tidak bisa kedinginan, hanna pun membuka matanya dan rasa dingin yang menjalar di seluruh tubuhnya membuat ia jadi lemas dan dadanya semakin sesak. hanna bangkit untuk pergi karena tidak ingin reco melihat dirinya yang sedang kesakitan itu, hanna jalan terbata-bata sambil memegang dadanya yang semakin sesak. saking lemas nya kaki hanna tak mampu lagi melangkah sampai akhirnya ia tersungkur dan melihat cincin di tangannya yang ternyata kembali mengeluarkan cahaya.
Saat reco kembali ke tempat dimana mereka duduk, tapi hanna sudah tidak ada. ia berfikir hanna sudah pergi meninggalkannya karena ia terlalu lama di supermarket.
"Kenapa dia selalu pergi begitu saja" ucap reco yang berjalan santai menuju tempat dimana ia menaruh mobilnya, namun tiba-tiba angin kencang menabrak wajahnya, sampai ia dengan cepat menolehkan kepalanya.
"Hanna?" ucap reco yang tak sengaja melihat sosok wanita yang mirip dengan hanna sedang tersungkur di tengah taman.
"Apa benar itu dia, tapi sedang apa dia duduk di sana" reco menghampirinya untuk memastikan apakah benar itu hanna. wanita itu mencoba kembali bangkit dan berjalan, saat melihat wanita itu melangkah reco mencoba memanggilnya.
"Hanna?" ujar reco yang sangat penasaran. hanna menghentikan langkahnya saat mendengar suara yang sangat familiar, ya tuhan kenapa reco harus melihatnya seperti ini, hanna tak menoleh ke belakang dan melanjutkan langkahnya. melihat wanita di depannya tak merespon reco pun mengerutkan dahinya dan berfikir itu bukan hanna, tapi mata reco melihat jari wanita itu kotor oleh cream, karena tahu dirinya dan hanna tadi habis makan cake dengan cream, reco pun mencoba kembali memangil nama hanna, tapi hanna tetap berjalan di ikuti langkah kaki reco yang mencoba mendahului untuk memastikannya, ketika reco hampir sejajar dengan hanna, tubuh hanna hilang keseimbangan, reco pun terkejut dan langsung menangkap tubuh itu.
"Hanna!!,, kamu kenapa?" reco terkejut saat melihat ternyata itu benar hanna.
"Apa kau sakit?" tanyanya, namun hanna menggelengkan kepalanya. akhirnya hanna dengan terpaksa
mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan memberikannya pada reco yang ternyata itu adalah access card untuk masuk keunit hanna, hanna tak sanggup lagi untuk berbicara apalgi untuk berjalan karena tubuhnya kini semakin mengigil dan dingin bagaikan es.
tanpa bertanya lagi reco langsung membawa hanna menuju apart nya. karena malam minggu keadaan kota sangat lah ramai membuat reco harus berhati-hati membawa hanna.
.
.
.
Sesampainya di unit hanna, reco langsung membaringkan hanna dan langsung bergegas menghubungi dokter. tak lama kemudian dokter datang memeriksa hanna, wajah reco terlihat sangat khawatir menunggu dokter selesai memeriksa hanna.
"Bagaimana dok" tanya reco cemas.
"Ini aneh sekali" jawab dokter yang merasa kebingungan saat memeriksa hanna.
"Aneh kenapa dok, cepat katakan" reco semakin cemas.
"Kondisi nya baik-baik saja, bahkan tekanan darahnya pun stabil, suhu badannya juga normal, tapi saat berada di sampingnya kenapa terasa sangat dingin" jawab dokter yang sedari tadi tidak melepaskan tatapan nya pada hanna. mendengar jawaban si dokter reco pun meminta dokter untuk memeriksa hanna sekali lagi, dokter itu pun menuruti keinginan reco dan lagi-lagi dokter hanya mengatakan hal yang sama jika hanna baik-baik saja, reco tidak bisa berkata apa- apa lagi karena sang dokter masih harus menangani pasien yang lain, akhirnya sang dokter meminta izin untuk pamit, dengan wajah kecewa reco mengantar kepergian dokter sampai depan pintu unit.
Reco kembali ke sisi hanna dan menatap hanna dengan teliti.
"Bagaimana bisa dokter itu berkata hanna baik-baik saja padahal aku tadi melihat sendiri hanna begitu kesakitan" reco mengangkat tangan hanna untuk merapikan selimut betapa terkejut nya ia jika tangan yang ia pegang itu dingin sedingin es.
"Ya tuhan dia dingin sekali, tapi kenapa dokter tadi bilang hanna baik-baik saja" ujar reco.